Sunday, July 17, 2011

Obat dan Kesehatan

Tahukah anda bahwa Indonesia merupakan pasar obat obatan terbesar di Asia Tenggara. Perbulan total penjualan obat sebesar USD 3,43 milliar atau setara dengan Rp. 28 triliun. Sebagian besar obat obatan itu adalah produk import. Kalaupun ada industrinya didalam negeri maka tak ubahnya hanya memindahkan pabrik dari negeri asal ke Indonesia. Namun tidak akan berdampak apapun untuk menekan harga menjjadi murah. Mengapa ? Karena mana ada harga turun dalam dunia kapitalis. Dan lagi bisnis obat obatan di Negara manapun sudah menjadi jaringan yang saling ketergantungan untuk sepakat agar harga tidak turun. Semua pihak yang terlibat saling membutuhkan untuk mendulang uang dari bisnis obat ini. Kekuatan tangan pemerintah semakin melemah seiring semakin luasnya ketergantungan rakyat terhadap obat obatan modern. Bahkan ada teman yang mengatakan bahwa penjualan obat yang berkompetisi itu telah melahirkan konspirasi ala mafia yang berujung memeras konsumen.

AS paska crisis global telah mengeluarkan kebijakan mengenai system layanan kesehatan dimana Negara menjamin kesehatan bagi keluarga tidak mampu hanya untuk yang berusia dibawah umur dewasa. Selebihnya mereka harus membayar premi asuransi kalau ingin mendapatkan jaminan layanan kesehatan. Akibatnya, masyarakat AS, menjadikan herbal sebagai solusi. Terbukti kini pengobatan herbal digandrungi oleh sebagian besar rakyat AS yang tidak terjangkau system layanan kesehatan. Namun , kecaman dari NGO yang berafiliasi Industri Pharmasi sangat gencar. Mereka berusaha melobi pemerintah untuk melarang kegiatan pemasaran herbal dan bahkan industry obat tradisional sengaja di halangi lewat kebijakan ketat dari FDA. Terjadi pro dan kotra dimasyarakat soal ini. Sampai kini terus berlangsung ditengah kebingungan pemerintah memberikan solusi comprehensive ditengah ketidak berdayaan anggaran kesehatan.

Di China pengobatan tradisional dilegitimasi oleh Negara dan dilaksanakan secara sistematis. Pendidikan dokter di berbagai universitas mengajarkan secara utuh pengobatan tradisional ini. Seperti Guangzhou University of Chinese Medicine (GZUCM) yang merupakan universitas terbaik di China yang menyediakan program dokter dan specialis khusus pengobatan cara tradisional. Mereka juga memberikan materi pelajaran mengkombinasikan cara Barat dan China, yang made in China. Kini ada 113 negara didunia mengirim mahasiswa kedokterannya belajar di berbagai universitas di China. Dunia international mengakui kehebatan china menjadikan kekuatan akar budaya sebagai sebuah system kemandirian khususnya dibidang kesehatan. Kini terbukti kebijakan China paska Deng menemukan kebenaran. Bahwa menolak SOP kesehatan cara Barat adalah cara smart mengelola layanan kesehatan untuk rakyat.

Untuk memperluas variasi obat obat yang berstandar Lab , pemerintah menyediakan pusat riset terbaik dibidang herbal dan memberikan dukungan dana riset kepada universitas. Dengan demikian China memiliki standard klinis modern untuk menjadikan herbal sebagai obat modern dan bersaing dengan obat obatan dari industry Pharmasi berkelas TNC. Industri obat herbal itu tumbuh begitu pesat dan meminggirkan obat obatan modern bermerk international. Mungkin bagi anda yang American or western minded akan mengatakan herbal atau jamu adalah keterbelakangan. Tapi tahukah anda, Menteri kesehatan kita yahg sekarang terindikasi cancer dan dia memilih Rumah Sakit di Gungzhou yang menggunakan obat tradisonal China untuk menyembuhkan cancernya. Tentu ibu Menteri yang dokter specialis itu tahu percis bahwa obat obatan dari Barat dan AS itu memeras dan tak berorientasi kepada penyembuhan melainkan mengeruk uang anda sampai anda mati.

Sebetulnya keadaan China tidak jauh beda dengan ndonesia. Bahwa Indonesia sangat kaya akan keaneka ragaman obat obatan tradisional dan telah pula diyakini oleh rakyat sejak ratusan tahun sebagai pengobatan yang efektif. Namun karena mental korup dan membangun tanpa visi maka jadilah kita Negara yang follower asing dibawah kendali TNC dibidang Industri Pharmasi. Betapa tidak. Apakah mungkin di Indonesia ada Universitas mengajarkan mata kuliah Jamu. Apakah ada pusat riset pemerintah dibidang jamu untuk melegitimasi jamu sebagai obat resmi berstandard SOP Rumah Sakit. ? Apakah ada jamu yang bisa masuk obat first grade di apotik ? Apakah ada Rumah Sakit merekomendasikan kepada dokter agar menulis jamu dalam resep.? Tentu tidak mungkin. Mengapa ? Karena bukan rahasia umum lagi, dibalik kebijakan pelayanan kesehatan terdapat agenda konspirasi antara Pemerintah , Indusri Pharmasi ( TNC), Rumah Sakit, Dokter, Perusahaan Asuransi, untuk mengeruk keuntungan dari sisakit. Ya sebuah bisnis yang melibatkan triliunan rupiah , dan tentu hanya memperkaya segelintir orang diatas penderitaan orang lain. Zolim !

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...