Kehebatan negara modern dengan kemajuan sains ternyata menyimpan masalah yang serius dari waktu kewaktu yaitu masalah ketidakstabilan ekonomi ( imbalance economic ). Masalah itu selalu berputar kepada tiga hal yaitu inflasi , pengangguran dan ketimpangan neraca pembayaran. Sejak awalnya masalah inflasi menjadi musuh nomor satu bagi negara manapun. Keberadaan Bank Central yang didukung oleh para ahli ekonomi bekerja siang dan malam mengendalikan inflasi itu. Inflasi tak lain adalah seni negara merampok rakyat lewat pencetakan uang dengan jaminan masa depan diatas asumsi asumsi ideal . Bila asumsi tidak tercapai maka uang itu terbang melayang ditengah masyarakat tanpa ada jaminan apapun. Makanya orang pintar terutama para produsen dan pedagang yang tahu ulah culas pemerintah ini menyikapinya dengan menaikan harga barang. Tentu yang korban adalah konsumen. Terjadi gelombang krisis ekonomi dari masa kemasa tak lain dimana inflasi terakumulasi sedemikian besarnya akibat asumsi asumsi ideal tidak pernah tercapai.
Walau semua negara dengan para ahli ekonomi tahu bahwa inflasi adalah musuh kemakmuran namun mereka tidak pernah mampu melakukan solving problem langsung kepada akar masalah. Ibarat tubuh sakit maka yang diobati rasa sakit bukan penyebab sakit itu. Akibatnya tidak pernah pernah bisa lari dari penyakit. Lantas apa akar masalahnya ? Lebih kepada konspirasi antara orang kaya dengan penguasa. Ini yang tak bisa disentuh untuk oleh negara. Karena mungkin kekuasaan itu ada karena bertautnya paham feodal. Bila dulu pemerintah mencetak uang secara langsung dan kemudian ditebar kerakyat lewat barang dan jasa. Namun lama lama orang kaya melihat penguasa dengan seenaknya mencetak uang sementara mereka bekerja keras untuk mendapatkan uang. Makanya terjadi konsesus antara orang kaya dan penguasa. Yaitu pemeritah boleh cetak uang tapi orang kaya juga harus mendapatkan bagian. Toh yang ditampok kan rakyat., Ya harus sama sama lah menikmatinya.
Lantas bagaimana caranya konspirasi ini dapat terjadi ? caranya adalah pemerintah menerbitkan Obligasi ( Bond ) dan dijual kepada orang kaya. Obligasi ini tidak 100% diserap oleh orang kaya. Ya hanya sebatas kemampuan orang kaya yang ada saja. Sisanya atau sebagian besar dibeli oleh Bank Central. Nah dari mana Bank Cental dapatkan uang untuk beli Obligasi ini ? Ya dari cetak uang. Loh kan inflasi ? Tidak usah kawatir, para ahli ekonomi sudah menghitung dengan baik berdasarkan tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh Pemerintah. Darimana pemerintah dapatkan uang untuk bayar hutang dan bunga? Ya, Dari pajak. Apa jadinya bila asumsi pendapatan pajak tidak tercapai hingga tidak mampu bayar hutang dan bunga ? Oh, tidak usah kawatir, pemerintah akan terbitkan bond lagi untuk berhutang dan pasar akan meyerapnya. Begitulah seterusnya. Hingga jadilah rezim hutang. Semakin maju negara semakin canggih rezim hutang meng cretate system berhutang. Kini rezim itu sudah menglobal.
Akumulasi hutang ini tentu adalah cermin dari keculasan rezim. Yang berdampak pada tingkat harga kebutuhan yang terus merangkak sampai pada tahap dimana tingkat pendapatan rakyat tidak mampu lagi mengejarnya. Membuat orang miskin semakin miskin dan kelompok menengah menjadi miskin. Namun tidak bagi orang kaya yang sudah kaya. Karena setiap proses pencetakan uang dan inflasi , mereka dilibatkan untuk mendapatkan rente lewat pasar uang yang sengaja di create oleh penguasa. Juga mereka dilibatkan pemerintah dalam ekspansi kredit lewat sistem perbankan. ' Mereka dibutuhkan oleh pemerintah sebagai cara untuk mengatasi Penganguran melalui kegiatan produksi. Dari kegiatan produksi ini diharapkan akan menghasilkan laba untuk akhirnya membayar pajak kepada negara. Maka neraca pembayaran negara dapat terjaga." demikian alasan pemerintah. Namun target dan asumsi mengatasi pengangguran dan keseimbangan neraca pembayaran tidak pernah terjadi. Justru yang terjadi adalah krisis demi krisis yang tak pernah tuntas diselesaikan, dengan semakin besarnya jurang sikaya dengan simiskin.
Akar masalah ini sudah diperingatkan oleh Allah “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila...”. (QS. Al Baqarah: 275). Anda bias bayangkan bagaimana bentuk manusia yang kemasukan setan dan gila ? Begitulah permisalan yang diberikan Allah kepada penguasa atau negara yang mencetak uang lewat mekanisme penerbitan surat hutang berbunga ( riba ) dan mereka orang kaya yang menikmati bunga itu. Kenapa mereka sampai begitu kelakuannya padahal mereka tahu akibatnya. Tololkah mereka ? “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS. Thaha: 124). Ya karena mereka berpaling dari Allah. Islam mereka musuhi dan bila perlu diciptakan bad image bahwa Islam itu adalah teroris dan tak pantas mengatur sebuah negara. Makanya walau mereka bergelimang kekuasaan dan harta namun penghidupan mereka sempit. Krisis akan terus terjadi dan akan semakin membesar dan terus membesar.
No comments:
Post a Comment