Ada yang menarik dalam bulan ini bagi kita. Dua negara besar yang disegani oleh Dunia , dan juga sedang bersiteru dalam komplik mata uang, yaitu China dan Amerika , datang berkunjung ke Indonesia. Pihak China mengirim Ketua Parlemen nya , Wu Bangguo dan Amerika Serikat mengirim President , Obama. Kedua tamu ini datang dengan satu tujuan yaitu meningkat hubungan strategis dengan Indonesia. Tapi public lebih memperhatikan kehadiran Obama dengan segala ceremonial kenegaraan yang selalu diliput televise. Bahkan ketika Obama berkunjung ke UI untuk memberikan kuliah Umum, pada kaum intelektual kita mau hadir dengan mengikuti standard protocol keamanan yang ditetapkan oleh Secret Service. Mereka sudah harus hadir ditempat pada jam 5 pagi dan acara baru berlangsung malam hari. Tak ada rasa lelah selama menanti itu. Dan semua itu karena kerinduan untuk bertatap langsung dengan sang Idola, Obama. Tapi kunjungan Wu ke Indonesia jauh dari publikasi wah. Padahal Ketua Parlemen dalam system kekuasan di China adalah orang yang berada pada kelompok penentu kebijakan.
Apa yang bisa kita simak dari dua negara ini. China dan Amerika. Keduanya adalah negara dengan system yang jauh sekali berbeda. China mengenal kapitalis dan juga Amerika. Tapi kedua negara ini punya mindset yang berbeda dalam menyikapi Kapitalisme. Bagi China kapitalisme bukanlah idiolgi dan juga bukan dogma. Bagi China kapitalisme adalah metode untuk meningkatkan nilai produksi. Bagi Amerika Serikat, Kapitalisme adalah dogma. Sebagai dogma maka ia bukan hanya metode tapi sudah menjadi mindset dalam membuat kebijakan nasionalnya. Bagi Amerika, Sosialis adalah metode mensiasati pasar tapi bagi China , sosialis adalah ide bukan idiologi. Bagi Amerika , komunisme adalah haram namun bagi China , komunisme adalah Idiologi. Itu tentang kedua negara ini. Lantas benarkah Amerika menjadikan Kapitalisme sebagai idiologi ? Itu juga tidak seratus persen benar. Karena Amerika memang tidak pernah tuntas soal idiologi. Ini negara yang berdiri tanpa bangsa dan budaya. Negara ini ada karena proses sejarah para buruh dan usahawan migran yang ingin merdeka dari jajahan Inggeris.
Amerika sebetulnya adalah laboratorium terbaik bagi pemikiran imperilisme. Selama ini sebagian besar kita , terutama yang dididik oleh universitas AS beranggapan bahwa semuan tentang amerika adalah baik. Sehingga baik pula untuk diterapkan di manapun, baik itu kapitalisme, system pemilihan distrik, maupun kentang goreng. Pierr Bourd Bourdieau, pemikir Francis yang cemerlang itu, pernah menulis dengan meradang apa yang dianggapnya sebagai La ruses de la raison imperialiste, Menurut dia satu satunya buah kecerdikan akal imperialis itu adalah McDonaldisasi pemikiran. Dengan kata lain, sebuah bentuk cara berpikir yang terjadi lantaran dominasi AS diberbagai bidang dalam dana riset , penguasaan media massa, penerbitan buku dan kekayaan dunia akademik. Jadi infrastruktur yang menjadi magnet kaum cerdik pandai diseluruh dunia itu, di create untuk melancarkan mindset kapitalisem.
Sementara China adalah negara yang punya identitas jelas sebagai sebuah bangsa dan terikat dengan budaya ribuan tahun. China bukan laboratorium system apapun. China adalah Asia yang membumikan budaya sebagai idiologi. Teori revolusi Marx hanyalah sebagai metode bukan sebagai dogma. Oleh karena itu, Marxisme bagi China dipahami dalam kerangka teoritis dan penerapannya amat tergantung pada kondisi masyarakat China sendiri. Begitupula cara mereka menerima kapitalisme. Bagi China , Marxisme mapun kapitalisme adalah penerapan metode berpikir, bukan menjalankan hasilnya cara berpikir. China sangat mementingkan sains tapi tidak menjadikan sains sebagai tulang punggung sosial. Budayalah sebagai tulang punggung social dan Sains sebagai obor menerangi dari luar untuk menunjukan kebenaran.
Bila China membangun peradaban lewat interaksi social dan produksi namun Amerika membangun lewat interaksi media dan modal. Nah, bagaimanakah kita bersikap terhadap dua negara ini , yang keduanya menaruh kepentingan terhadap kita. Menurut saya, kedua negara ini merupakan tesis yang tampil kepermukaan untuk pembelajaran bagi kita yang menjadikan agama sebagai jalan hidup. Amerika dan China adalah dua negara yang mengharamkan agama sebagai idiologi. Dua negara itu merupakan cobaan bagi orang umat islam yang membumikan Al Quran dan hadith sebagai idiologi, sebagai aqidah. Dapatkan kita menarik hikmah dari kedua negara ini. Lantas setelah itu apa langkah kita kedepan. Apakah tetap menjadi follower ataukah sebagai umat pembaharu untuk menciptakan peradaban yang lebih santu dan dirahmati Allah…
No comments:
Post a Comment