Dalam teori ekonomi moneter , salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan kredit adalah dengan menurunkan suku bunga. Dari suku bunga rendah ini diharapkan dua hal , pertama, akan memacu konsumsi dan produksi ,kedua akan memacu dana kesektor riel atau bursa saham. Bila kedua hal terlaksana maka ekonomi riel akan terangkat. Inilah yang dilakukan oleh banyak negara didunia untuk mengatasi dampak crisis global belakangan ini. Tapi nyatanya kebijakan suku bunga rendah itu tidak mencapai hasil seperti yang diharapkan.Banyak bank bank di AS semakin rapuh dan akhirnya jatuh. Sektor riel tetap tidak bergerak seiring semakin ketatnya likuiditas perbankan. Penyebabnya banyak. Tapi yang dominan adalah semakin luasnya kepemilikan dana pribadi dibank. Semakin luasnya kanal perlindungan bagi pemilik dana pribadi ini. Semakin beragamnya pilihan investasi yang aman dan menguntungkan bagi mereka. Salah satunya banjirnya dana jangka pendek kenegara Asia yang masih menerapkan suku bunga tinggi seperti Indonesia.
Pemilik dana pribadi ini tidak peduli dengan konsep ekonomi multiplier effect. Mereka hidup nyaman dengan kondisi apapun. Bahkan sebagian mereka ketika suku bunga rendah, mereka menempatkan dananya dalam program investasi berjangka pendek yang sangat riskan bagi bank bila digunakan untuk lending resource. Melihat situasi ini maka AS akan mengeluarkan kebijakan dengan memompa dana secara langsung ke dunia perbankan. Caranya tidak melalui kebijakan tabungan dengan suku bunga tinggi. Tapi dengan cara yang mudah ( easing ). Yaitu pemerintah AS akan membuka rekening di FED ( bank central) dan pada rekening itu akan ditempatkan Tbill ( surat hutang pemerintah ).. Tbill ini tidak dijual melalui pasar terbuka tapi dibeli sendiri oleh the FED dengan mencetak uang ( meng credit rekening pemerintah AS) . Jadi uang datang bukan dari hasil produksi tapi dari ”udara ”. Simsalabim maka jadilah uang. Uang ini akan digunakan oleh the FED untuk membanjiri likuiditas perbankan lewat operasi pasar uang tertutup atau disebut dengan 144 A.
Keliatannya secara awam ini tidak ada yang istimewa. Bukankah ini urusan dalam negeri AS sendiri. Tapi untuk diketahui bahwa apabila kebijakan itu dilakukan oleh pemerintah kita maka Rupiah akan terjun bebas dan pemerintah akan jatuh. Tapi , AS tidak. Walau logikanya bila uang banjir dipasar akan memacu inflasi tapi ini akan kecil sekali terjadi di AS. Mengapa ? AS sangat paham geopolitik dan geostrategis dan mereka sangat smart untuk itu. Karena tidak ada satupun negara didunia yang ingin dollar melemah. Seluruh negara akan berjuang keras menciptakan keseimbangan terhadap fluktuasi mata uang dollar. Negara negara didunia yang menjadikan AS sebagai pasar industrinya, yang menjadikan dollar AS sebagai cadangan devisanya tentu tak ingin produknya mahal hingga tidak kompetitif dipasar global dan tentu tak ingin portfollio devisanya dilute. Ini disadari betul oleh AS dengan kekuatan geopolitiknya.
Hanya saja yang patut diketahui bahwa perjuangan negara lain itu menjaga keseimbangan dollar terhadap kurs negaranya harus dengan kebijakan yang pasti mengorbankan rakyat banyak. Negara yang kaya seperti China dan India, akan terdorong untuk belanja dollar baik itu surat hutang bermata uang dollar maupun investasi langsung di AS. Bagi negara yang tak begitu kuat fundamental ekonominya akan berusaha membuka kanal bagi perusahaan AS masuk dinegaranya agar dollar seimbang. Bayangkanlah,betapa naipnya kehidupan ini. AS dengan seenaknya menciptakan uang lewat permainan akuntasi ( Quantitative easing ) untuk mempertahankan hegemoni negaranya disegala bidang sementara negara lain harus berlelah dalam produksi, harus membongkar perut bumi, menguliti bumi, menebas hutan untuk mendapatkan dollar agar terus seimbang. Inilah fakta adanya.
Terakhir untuk diketahui pula bahwa kebijakan QA ini sepenuhnya dikendalikan oleh the FED dan kanalnya adalah 7 big player ( 7 Lembaga Keuangan ) yang notabene adalah pemegang saham the FED sendiri. Kalau kita telusuri data riset maka ketujuh pemain itu adalah private company dan bukan milik negara AS, dan memang the FED adalah private company tidak seperti bank centaral di negara lain. Mereka itu berhubungan dengan kepemilikan perusahaan TNC yang menguasai resource diseluruh dunia. Mereka menguasai secara langsung maupun tidak langsung lewat bursa. Hampir sebagian besar group perusahaan yang berkibar namanya di Indonesia tak bisa dilepaskan dari keberadaan 7 big player itu lewat berbagai perusahaan yang dibungkus secara rumit. Artinya, crisis global adalah crisis by design untuk kepentingan segelintir orang saja menguasai dunia tanpa berlelah bekerja kecuali create system untuk menjajah secara sistematis.
Semoga ini disadari oleh para pemimpin dan calon pemimpin untjuk cerdas mengenal siapa sebetulnya musuh di planet bumi ini...Berkiblat pada AS dan sekularisme adalah membenamkan diri untuk sebuah idiologi yang terjajah. Ya terjajah secara sistem dan menderita secara sistem. Sadarlah ..
No comments:
Post a Comment