Dalam bahasa Belanda , harta itu disebut Aktiva dan bahasa Ingris disebut Asset. Ini pengertian dalam akuntansi. Karena kalau diterjemahkan dalam pengertian khusus maka harta itu adalah Wealth ( seperti Wealth management atau pengelolaan Harta ).. Harta dalam pengertian Akuntasi akan selalu dipacu untuk meningkat. Bagaimana meningkatkannya ? ya melalui hutang atau pelepasan saham agar sektor produksi meningkat menghasilkan laba. Dari laba ini akan memupuk peningkatan modal dan akhirnya neraca perusahaan akan meningkat. Sukses perusahaan diukur dari rasio pertumbuhan ( financial ratio ). Semakin tinggi rasio pertumbuhan asset semakin baik walau karena itu perusahaan harus menarik hutang.
Demikian sekilas yang kita tahu tentang harta sebagai sebuah indikator kemakmuran masyarakat kapitalis. Pengertian ini dibawa pula dalam pengelolaan keuangan negara. Kita mengenal apa yang disebut dengan PDB atau Produk Domestik Bruto. Ini adalah suatu indikator kemampuan negara menghasllkan barang dan jasa secara nasional. Selagi PDB tinggi maka negara dianggap punya prestasi. Tidak penting kenaikan PDB itu disebabkan oleh arus investasi asing yang mengolah sumber daya dalam negeri. Tidak penting bila investasi itu menghasilkan masyarakat jongos dan konsumtiv. Yang penting negara dapat pajak untuk mengakumulasi modal pemerintah melakukan expansi agar pemerintah tetap eksis.
Mari kita lihat data dari BPS, PDB tumbuh rata-rata 7% per tahun sejak tahun 1967 selama 32 tahun, pada tahun 2007, jumlah UKM sebanyak 49.840.469 buah perusahaan. Jumlah perusahaan besar sebanyak 4.527 perusahaan. Artinya secara persentase keseluruhan sektor produksi dan jasa , pengusaha besar hanya 0,01 % namun tingkat sumbangannya terhadap PDB sebesar 54%. Dan UKM yang jumlahnya 99,9% menyumbang PDB hanya sebesar 46%. Jadi kalau sekarang PDB kita USD 511 miliar atau Rp. 5000 triliun dan merupakan urutan ke 16 negara didunia maka Ssaha Besar menguasai sektor produksi dan jasa sebesar Rp. 2700 Triliun dan UKM sebesar Rp. 2300 triliun yang merupakan 99,9 persen dari total populasi dunia usaha di republic ini. Tanggal 1 januari 2010 era FTA China Asean, dan keliatannya hanya Usaha Besar saja yang siap bersaing soal barang dan jasa. UKM akan tersudut dan tersingkir.
Pertumbuhan PDB yang tinggi akan tentu mendorong kemakmuran sektor produksi sebagaimana negara sosialis dimana pertumbuhan adalah real. Dalam sistem kapitalis timbul pertanyaan dimana nilai produksi dan jasa itu tidak percis sama dengan yang real. Ini masih dipengaruhi oleh tingkat harta yang dipermainkan oleh inflasi akibat kebijakan moneter. Belum lagi nilai produksi dan jasa itu dikaitkan dengan perubahan harga secara global., yang sebagian besar dipengaruhi oleh permainan dilantai bursa dengan berbagai instrument derivativenya. Akibatnya pertumbuhan PDB tidak otomatis pertumbuhan kesejahteraan rakyat yang merupakan pemegang saham republik ini.
World bank kini telah menetapkan acuan baru tentang angka pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu GNI ( Gross National Income).Model ini tidak melihat output sebagai indikator tapi input berupa income. Jepang dengan PDB yang rendah karena deplasi, AS yang PDB rendah , Jerman yang PDB 0%, Semua negara tersebut masih unggul pertumbuhan ekonominya dan mengatasi kebutuhan sosial APBN nya karena Income mereka tinggi. Mengapa ? Karena sumber pendapatan negara berasal dari pemasukan pajak dari perusahaan TNC mereka diluar negeri. Ini sebagai akibat dari Globalisasi , dimana kemakmuran negara tidak lagi diukur dari teritorial suatu negara dengan potensi alamnya. Tapi diukur dari kemampuan dunia usahanya mendulang laba dinegeri orang untuk kemakmuran negerinya. Dengan itu penjajahan baru atau Neocolonialism yang didengungkan Soekarno dulu , kini terbukti.
Kalau kita lihat dari populasi usaha besar yang merupakan penyumbang terbesar PDB maka tahulah kita mereka hanyalah segelintir. Hanya 4,527 perusahaan. Tentu tidak sulit untuk menghitungnya. Juga tidak sulit untuk mengetahui siapa mereka. Mereka adalah penguasa bisnis tambang, migas, infrastruktur, usaha jaringan retail, telekomunikasi , property. Sebagian dari mereka terhubung dengan TNC asing baik tekhnologi maupun modalnya. Apa yang dapat kita maknai dari kebijakan system pertumbuhan ekonomi dengan indikator PDB ini ? Mind corruption dari pejabat dan elite politik negari ini sudah sampai pada titik menjajah secara sistematis. Mengejar PDB dalam negeri untuk memacu pertumbuhan GNI negara lain.
Yang pasti pertumbuhan PDB itu telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah dan meminggirkan hak hak dasar rakyat untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Tapi pejabat kita bangga tergabung dalam G20 yang merupakan negara yang menempati PDB tinggi didunia. Sangat menyedihkan.
Demikian sekilas yang kita tahu tentang harta sebagai sebuah indikator kemakmuran masyarakat kapitalis. Pengertian ini dibawa pula dalam pengelolaan keuangan negara. Kita mengenal apa yang disebut dengan PDB atau Produk Domestik Bruto. Ini adalah suatu indikator kemampuan negara menghasllkan barang dan jasa secara nasional. Selagi PDB tinggi maka negara dianggap punya prestasi. Tidak penting kenaikan PDB itu disebabkan oleh arus investasi asing yang mengolah sumber daya dalam negeri. Tidak penting bila investasi itu menghasilkan masyarakat jongos dan konsumtiv. Yang penting negara dapat pajak untuk mengakumulasi modal pemerintah melakukan expansi agar pemerintah tetap eksis.
Mari kita lihat data dari BPS, PDB tumbuh rata-rata 7% per tahun sejak tahun 1967 selama 32 tahun, pada tahun 2007, jumlah UKM sebanyak 49.840.469 buah perusahaan. Jumlah perusahaan besar sebanyak 4.527 perusahaan. Artinya secara persentase keseluruhan sektor produksi dan jasa , pengusaha besar hanya 0,01 % namun tingkat sumbangannya terhadap PDB sebesar 54%. Dan UKM yang jumlahnya 99,9% menyumbang PDB hanya sebesar 46%. Jadi kalau sekarang PDB kita USD 511 miliar atau Rp. 5000 triliun dan merupakan urutan ke 16 negara didunia maka Ssaha Besar menguasai sektor produksi dan jasa sebesar Rp. 2700 Triliun dan UKM sebesar Rp. 2300 triliun yang merupakan 99,9 persen dari total populasi dunia usaha di republic ini. Tanggal 1 januari 2010 era FTA China Asean, dan keliatannya hanya Usaha Besar saja yang siap bersaing soal barang dan jasa. UKM akan tersudut dan tersingkir.
Pertumbuhan PDB yang tinggi akan tentu mendorong kemakmuran sektor produksi sebagaimana negara sosialis dimana pertumbuhan adalah real. Dalam sistem kapitalis timbul pertanyaan dimana nilai produksi dan jasa itu tidak percis sama dengan yang real. Ini masih dipengaruhi oleh tingkat harta yang dipermainkan oleh inflasi akibat kebijakan moneter. Belum lagi nilai produksi dan jasa itu dikaitkan dengan perubahan harga secara global., yang sebagian besar dipengaruhi oleh permainan dilantai bursa dengan berbagai instrument derivativenya. Akibatnya pertumbuhan PDB tidak otomatis pertumbuhan kesejahteraan rakyat yang merupakan pemegang saham republik ini.
World bank kini telah menetapkan acuan baru tentang angka pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu GNI ( Gross National Income).Model ini tidak melihat output sebagai indikator tapi input berupa income. Jepang dengan PDB yang rendah karena deplasi, AS yang PDB rendah , Jerman yang PDB 0%, Semua negara tersebut masih unggul pertumbuhan ekonominya dan mengatasi kebutuhan sosial APBN nya karena Income mereka tinggi. Mengapa ? Karena sumber pendapatan negara berasal dari pemasukan pajak dari perusahaan TNC mereka diluar negeri. Ini sebagai akibat dari Globalisasi , dimana kemakmuran negara tidak lagi diukur dari teritorial suatu negara dengan potensi alamnya. Tapi diukur dari kemampuan dunia usahanya mendulang laba dinegeri orang untuk kemakmuran negerinya. Dengan itu penjajahan baru atau Neocolonialism yang didengungkan Soekarno dulu , kini terbukti.
Kalau kita lihat dari populasi usaha besar yang merupakan penyumbang terbesar PDB maka tahulah kita mereka hanyalah segelintir. Hanya 4,527 perusahaan. Tentu tidak sulit untuk menghitungnya. Juga tidak sulit untuk mengetahui siapa mereka. Mereka adalah penguasa bisnis tambang, migas, infrastruktur, usaha jaringan retail, telekomunikasi , property. Sebagian dari mereka terhubung dengan TNC asing baik tekhnologi maupun modalnya. Apa yang dapat kita maknai dari kebijakan system pertumbuhan ekonomi dengan indikator PDB ini ? Mind corruption dari pejabat dan elite politik negari ini sudah sampai pada titik menjajah secara sistematis. Mengejar PDB dalam negeri untuk memacu pertumbuhan GNI negara lain.
Yang pasti pertumbuhan PDB itu telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah dan meminggirkan hak hak dasar rakyat untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Tapi pejabat kita bangga tergabung dalam G20 yang merupakan negara yang menempati PDB tinggi didunia. Sangat menyedihkan.
No comments:
Post a Comment