Sunday, December 13, 2009

Arus investasi

Dari informasi yang saya dapat bahwa saat sekarang ini beberapa Fund Manager world class sudah berdatangan ke Indonesia untuk memanfaatkan peluang investasi. Rose Mont, Sollberry, Tronton Infrastructure LLC, Founder China Part One (FCP) juga tahun depan rencananya akan membuat perusahaan patungan bersama Danareksa. Sebelumnya Black Stone, Rose Wood, North Star , China Investment Corporation juga sudah masuk ke Indonesia. Bahkan beberapa saat yang lalu ada Gabungan Fund Manager Group besar dari luar memberikan presentation di Depkeu. Semua mereka antusias. Positip kah ini ? Semua itu adalah Institusi yang biasa berhubungan Financing scheme dan piawai untuk itu. Positipkah ini ?

Ada tiga hal yang saya lihat sebagai Indikasi yang mendorong tingginya minatnya institusi keuangan tersebut masuk ke Indonesia.

Pertama : Indonesia masuk negara urutan ke 18 sebagai negara yang mempunya GNP terbesar di dunia. Juga indonesia memiliki kelompok midle class terbesar nomor 5 didunia dengan jumlah 30 juta orang, yang penghasilannya diatas USD 25,000 pertahun.. Jumlah populasi ini mengalahkan Singapore, Malaysia, Thailand dan sebagian negara Eropa. Ini merupakan potensi yang tak terbantahkan sebagai peluang business yang beroriteasi kepasar. Maklum saja aktifitas uang hanya ada dimana uang banyak berputar. Ini hukum uang. Disamping itu Indonesia merupakan salah satu negara dengan regulasi pasar uang dan moda terbebas didunia.

Kedua : Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Penghasil CPO terbesar didunia dan merupakan raksasa penghasil batu bara disegani didunia. Soal MIGAS kita masuk salah satu produsen terbesar didunia. Banyak lagi sumber daya alam yang kesemuanya memiliki potensi besar. Ditengah kebutuhan industri dunia akan sumber daya alam dan semakin terbatas resource dunia maka potensi ini juga menjadi tak terbantahkan untuk terjadinya kegiatan investasi berskala global.

Ketiga : Regulasi investasi paling maju dan liberal dibandingkan dengan negara lain seperti China, Thailand dan Malaysia. Kemungkinan ditahun tahun kedepan akan ada deregulasi untuk membuat kegiatan investasi semakin bergairah dan liberal. Dengan keadaan ini maka ruang indonesaia adalah ruang bagi terjadinya kegiatan investasi.

Ketiga hal tersebut bukan hanya sebatas indikasi tapi memang begitulah kenyataannya. Lantas bagaimanakah wajah indonesia kedepan ? Teman saya yang bekerja sebagai analisis Keuangan di Hong Kong mengatakan “ Mungkin dimasa mendatang orang asli indonesia akan bernasip sama dengan penduduk Aborigin di Australia atau Indian di AS yang harus menjadi second class di negeri nenek moyangnya sendiri. Karena laju kekuatan arus globalisasi dan modernisasi pembangunan sangat sulit diikuti oleh penduduk mayoritas Indonesia yang sebagian besar masih terbelakang soal pendidikan. Disamping itu budaya asli Indonesia tidak mengajarkan untuk bersaing dalam kompetisi global.

Ungkapan teman saya ini membuat saya termenung. Mungkin ada benarnya. Karena kalau melihat tipikal investor yang masuk ke Indonesia itu bukan real investor. Mereka adalah broker yang legimite. Mereka datang tidak membawa uang tapi membawa Knowledge tentang bagaimana memanfaatkan financial resource yang ada untuk kegiatan investasi di Indonesaia. Sementara dana untuk investasi itu berasal dari dana pensiun yang ada didalam negeri maupun di luar negeri. Ini adalah investor portfollio. Uang mereka cepat datang dan cepat pula pergi. Setiap kegiatan investasi mereka didukung oleh exit starategy yang pada akhirnya bila untung mereka nikmati dan bila terjadi krisis maka yang korban adalah financial resource dalam negeri. Dan selalu mereka akan tampil. sebagai penyelamat setelah pemerintah mem bail out , ya tentu dengan skema financing baru lagi.

Hal tersebut diatas bukanlah hal yang baru. Peristiwa krisis tahun 1998 dan kemudian tahun 2007 cerita berulang. Negara ditempatkan sebagai pencuci piring dan akibatnya terjebak dengan beban APBN syarat hutang untuk kembali mempersilahkan financial resource masuk dengan modus yang sama.... setiap krisis, terjadi penurunan asset dan ketika ditawarkan kepada investor , selalu institusinya itu itu juga

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...