Monday, November 14, 2022

Spirit persatuan

 



Tahukah anda? bahwa hampir tidak pernah terbayangkan bagaimana mungkin partai yang berdiri tanpa saingan, berkuasa secara otoriter bisa di kalahkan tanpa darah, tanpa aksi pentungan atau lempar batu. Tanpa teriak pakai Toa demo di depan kantor Pemerintah.  Tapi benarlah bahwa Nothing is impossible ? Itulah yang terjadi di Taiwan.  Yang mengalahkan itu adalah Democratic Progressive Party (DPP). Gimana ceritanya bisa menang  ? 


Baik saya ceritanya. DPP didirikan tahun 1986 tanpa hak ikut pemilu atau kalaupun ikut pemilu harus ikuti aturan yang menguntungkan partai penguasa. Namun bagi pendiri DPP, diberi kesempatan mendirikan partai adalah berkah tak terbilang. Dari pendirian partai itulah aksi apokalipse di lakukan oleh kaum muda terpelajar..


Apa yang mereka lakukan ?  


Menolong rakyat tertindas dari kekuasaan otoriter Partai. Caranya ? melalui pendekatan nilai nilai agama Budha, tanpa mengusung agama Budha. Nilai itu adalah Cinta! Ya namanya program cinta tentu tidak menyalahkan orang lain apalagi menghujat pemerintah. Mereka mengajarkan rakyat untuk memaafkan penguasa. Mereka mendidik rakyat kecil untuk sekecil mungkin berharap dan tergantung dengan pemerintah.   Melalui gerakan koperasi  yang tumbuh pesat dan rakyat kecil yang sebagian besar petani dan nelayan mendapatkan kemakmuran dari gerakan ini.  


Mereka tidak ingin ribut menuntut hak sama dengan perusahaan raksasa yang dekat dengan partai. Apalagi cemburu dengan orang kaya.  Mereka terus bergerak dengan program cinta membina Rakyat untuk menjadikan gerakan Koperasi berkelas dunia. Mungkin Taiwan adalah gerakan  Koperasi yang paling berhasil dan paling kuat di dunia . Tahun 1990an Taiwan telah menjelma menjadi Negara Industry yang besar bukan karena konglomerasi tapi UKM yang tangguh melalui gerakan koperasi. Dan itu berkat kerja keras tanpa lelah dari kaum muda untuk merubah rakyat mandiri dari kekuasaan. 


Nah, tahun 2000 Pemilu di gelar tapi diatas 90% rakyat Taiwan memilih liburan ke luar negeri.  Mereka tidak mau ribut dengan alasan gulput. Mereka biarkan Pemilu berlangsung dan memenangkan Partai Penguasa. Namun kemanangan itu tidak punya legitimasi international karena diikuti tidak lebih 10%. Akhirya penguasa harus menerima kenyataan bahwa rakyat inginkan perubahan. Karena konstitusi baru diterbitkan yang memberikan hak kepada DPP untuk ikut Pemilu. 


Ya, Rakyatpun antusias ikut pemilu. Udah bisa ditebak hasilnya. DPP memenangi Pemilu untuk pertama kali pada 18 Maret 2000, dengan calonnya Chen Shui-bian. Kemenangan ini mencerminkan satu momen berakhirnya dominasi kekuasaan satu partai (KMT) selama 50 tahun. Kepercayaan rakyat kepada DPP bukanlah kepercayaan mereka kepada lambang Partai dengan sejuta jargon tapi karena orang orang DPP memang akrab lahir batin dengan rakyat. Mereka selalu hadir ditengah rakyat sebagai mentor untuk kemandirian disegala bidang. Gaya hidup mereka sederhana dan selalu menyebut diri mereka pelayan Tuhan. Karenanya setelah itu, partai kuomintang juga berubah jadi lebih pro rakyat.


Semoga ini bisa jadi bahan pelajaran bagi siapa saja. Bahwa perubahan politik tidak bisa lagi di lakukan dengan kekerasan dan pemaksaan kehendak dengan melempar issue murahan dan usang. Apalagi membawa program populis dalam politik. Eranya sudah lewat. Mungkin 5% dari penduduk yang dungu bisa percaya dengan jargon populis  tapi 95% rakyat tahu yang mengusung itu tidak pernah hadir secara nyata menyelesaikan masalah keseharian mereka.  


***

Di tengah euforia politik yang dibawa angin demokrasi, saya kadang terhenyak. Begitu banyak orang bicara politik tapi tidak banyak yang paham sistem presidentil yang kita anut. Begitu banyak orang  memuji Presiden tapi tidak suka DPR, padahal presiden bekerja atas agenda bersama DPR. Tidak syah APBN tanpa persetujuan DPR. Tidak jalan agenda presiden tanpa persetujuan DPR. Sampai disini paham ya sayang.


Nah kalau paham, janganlah halu seakan ganti presiden adalah perubahan. Presiden yang kita pilih itu sayang, hanya adaministratur yang bekerja atas dasar SOP yang terikat kepada UUD 45 dan UU, serta aturan lainnya. Presiden terpilih tidak akan bisa mengubah UU tanpa persetujuan dari DPR. Anggota DPR patuh terhadap SOP  dan agenda partai. Jadi interlock posisi trias politika kita bekerja dengan sistematis.


Nah kalau sudah paham, maka cerdaslah. Andaikan ada capres yang berjanji akan melakukan perubahan. Yakinlah bahwa dia sedang berbohong. Bayangkan sayang. Ada lebih 500 kepala di DPR. Apa jadinya kalau presiden harus mengubah banyak hal ? tentu dia tidak ada waktu lagi kerja memikirkan APBN dan hutang yang setiap waktu argo bunga jalan terus. Dampaknya tentu ekonomi akan stuck dan pemerintahan jadi autopilot. Justru yang terjadi ya tidak akan ada perubahan apapun.


Ah kita harus pilih presiden yang pancasilais? Duh sayang, Pancasilais seperti apa?  Negeri kita sayang, tidak punya menifesto politik. Pancasila hanya falsafah, bukan idiologi. Pancasila hanya konsep imaginer tentang kehidupan bernegara dan berbangsa. Bagaimana sudut pandang orang terhadap Pancasila? Tidak diatur. Semua orang bebas dengan persepsinya sendiri sendiri. Itulah dasar mengapa akhirnya pemerintah dan DPR menolak pembahasan RUU Haluan Idiologi Pancasila. Karena memang negara kita bukan negara idiologi, juga bukan negara agama.


Lantas bagaimana kita bisa berubah lebih baik? Hak melakukan perubahan itu sudah ada. Yaitu PEMILU. Nah janganlah hanya focus kepada PILPRES tetapi juga focus kepada Pileg ( Pemilu legislatif ). Galang persatuan diantara rakyat. Janganlah mudah terprovokasi sehingga lewat uang dan narasi para influencer, relawan lewat media massa, sosial media, kitapun terpolarisasi. Itu begonya keterlaluan. Karena sesama kita rakyat adalah korban dari elite yang hipokrit dan itu karena kebodohan kita memilih wakil yang bego. Pilihlah Calon Aggota DPR yang “hanya pro” kepada kita sebagai rakyat. Itulah perubahan sebenarnya.


Cerdaslah sayang. Perubahan yang lebih baik itu hanya akan terjadi kalau mindset kita sebagai rakyat juga berubah. Negara besar bukan karena sistem dan pemimpinnya hebat. tetapi karena rakyatnya memang hebat. Ya rakyat yang pekerja keras, berinovasi, berkreasi, gemar membaca,dan  suka dipersatukan dalam narasi cinta dan kasih sayang.. Paham ya sayang.


No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...