Thursday, October 20, 2022

Unknow person.

 



Saya kadang termenung lama kalau ada di Financial Club untuk sekedar killing time. Ini Club para pria. Di dinding club ada photo jadul para pendiri NM Rothschild (London), Rothschild Bank ( Berlin) Warburg Bank ( Hamburg), Warburg Bank (Amsterdam),  Lazard Brothers ( Paris), Kuhn Loeb (Bank of New York), Israel Moses Seif,  Bank of Italy, Goldman Sachs (New York)  dan JP Morgan Chase Bank (New York).  



Club ini ada di Financial center seperti Singapore, Hong Kong, London, New York, Boston, Toronto, Dubai. Sydney, Swiss. Jumlah mereka hanya 9999. Setiap members punya qualifikasi berbeda beda yang ditandai dengan level dari 1 sampai dengan 7. Level tertinggi adalah 7.  Setiap level hanya bisa deal dengan level yang sama. Lewat proxy nya mereka pengendali di hampir semua Top Corporate 500 Fortune


Untuk jadi anggota Club berdasarkan invitation. Tanpa rekomendasi dari 3 top financial global yang member tetap, jangan harap bisa jadi member walau ada uang diatas USD 100 mio. 


Merekalah yang menggerakan uang dengan putaran gigantik. Menjadi financial resource bagi TNC dan negara di dunia.  Capitalisasinya mengalahkan GNP Amerika. Bahkan GNP china dan British tidak ada artinya. Multi triliunan dolar berbagai global bond diperdagangkan. Transaksi dilakukan dengan kerahasiaan tingkat tinggi.


Bahkan Indonesia juga termasuk negara yang terikat dengan 144 A Sec. Upaya refinancing utang kemarin tanggal 20 september pemerintah menerbitkan global bond dalam denominasi USD dengan format SEC Shelf Registered. Fasilitas USD 60 miliar Repo Line the fed untuk BI. Sebelumnya divestasi Freeport oleh Inalum juga menggunakan skema yang sama.  Kekuatan mata uang kita tergantung mood members. 


Dari bisik bisik di Financial club, bandul poltik setiap negara diatur mereka. Ada ribuan Professor, PHD, tokoh politik dan NGO,  lawyer, financial analisis, fund manager , asset manager berkelas dunia sebagai proxy dan hulu balang mereka. Namun siapa mereka ? tidak ada yang tahu pasti. Karena mereka menjauh dari hidup hedonis dan tidak pernah terlibat skandal dengan wanita seleb.  Tidak terlibat dalam politik, ormas, bahkan yayasan. Mereka unknow rich person. Dan invisible power yang menentukan perubahan peradaban. 


***


Kemesraan yang sekian dekade antara AS dan Arab seakan berangsur angsur memudar. Terutama sejak sikap intervensi AS terhadap pembunuhan pembangkang jurnalis Jamal Khashoggi, oleh intelijen Saudi. Dengan alasan demokrasi, AS merasa perlu untuk mengingatkan raja Arab untuk tidak anti demokrasi, apalagi membunuh jurnalis. Bagi AS itu biasa saja. Tetapi bagi Raja Saudi itu sikap yang tidak berbudaya. Bagi Arab, titah raja adalah juga konstitusi. AS hasus pahami perbedaan itu kalau ingin jalinan persahabatan terus berlangsung.


Puncaknya, sejak perang Rusia- Ukrania, Arab Saudi bersikap ambigu. Walau secara resmi ikut mengembargo ekonomi Rusia namun kenyataannya Arab Saudi tak mau meningkatkan produksi Minyaknya. Saudi malah bersama sama anggota OPEC memotong produksi crude oil. Sehingga harga naik. AS secara tidak langsung diuntungkan. Karena AS sudah jadi net exporter MIGAS. Namun bagaimana dengan mitra satu ranjangnya, Eropa? Tentu kalau harga Crude tidak turun ketingkat ekonomi, itu akan semakin membuat Eropa suffering.


Walau Biden mengancam akan memblock bantuan persenjataan atas sikap Saudi itu, Saudi tidak bisa berbuat banyak. Terlalu banyak luka persahabatan sekian dekade. AS selalu diuntungkan. Arab harus mengubah paradigma geogstrategis dan geopolitiknya. 2/3 perdagangan Crude oil Saudi sudah menggunakan Yuan lewat billateral SWAP. Soal Yaman tidak lagi jadi prioritas. Saudi tidak begitu butuh alat perang. Apalagi hubungan dengan Israel sudah membaik. Berkat dukungan Yuan, walau Rusia diembargo ekonominya, Arab bisa leluasa bermitra dagang dengan Rusia.


Andaikan OPEC mau mendengar saran AS untuk meningkatkan produksi. Harga minyak akan jatuh. Rusia tidak akan punya sumber daya keuangan untuk terus melanjutkan perang. Rencana geopolitik dan geostrategis AS di Eropa akan semakin mencapai tujuannya. Tetapi kenapa OPEC tidak mau mendengar ? Kata Daniel , teman saya di NY saat Chatt via SafeNet. Masalahnya, Daniel, OPEC lebih mendengar elite financial Global daripada  Elite politik di Whitehouse dan United States Capitol. kata saya.


Mengapa ?


Pemegang saham NOC di negara OPEC itu adalah TNC, adalah juga mereka yang jadi oilgarki bisnis di negara AS. Harga minyak tetap tinggi, Kurs USD semakin kuat dan itu ternyata itu lebih menakutkan dunia daripada perang Rusia -Ukrania. Dunia demam menuju jurang resesi karenanya. 1/3 GNP dunia disita begitu saja oleh mereka. Ketergantungan kepada USD semakin besar. Hegemoni AS adalah hegemoni para elite konglomerat financial.  Paham kan Daniel. Ya kita semua sedang dihabisi elite financial global. Termasuk AS sendiri

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...