Yang dikawatirkan dunia sekarang adalah bencana karena perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan banyak masalah lingkungan. Hal yang sudah mulai terjadi adalah fenomena es di kutub-kutub bumi meleleh yang menyebabkan permukaan air naik sehingga terjadilah banjir. Ditambah lagi cuaca ekstrim yang belakangan ini sering terjadi. Misalnya saja, musim kemarau yang berkepanjangan, gelombang panas yang meningkatkan suhu udara secara ekstrim dan hujan lebat yang sering sekali terjadi. Kondisi-kondisi ini menimbulkan banyak sekali permasalah lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia.
Perubahan iklim melahirkan paradox ekosistem. Karena kelembaban udara pada musim kemarau cukup tinggi. Mikroorganisme-mikroorganisme seperti, bakteri, virus, jamur dan parasit tumbuh dengan sangat subur dan dapat bertahan hidup lebih lama. Kondisi ini menyebabkan wabah yang berhubungan dengan mikroorganisme dan udara semakin mjudah terjadi. Belum lagi ancaman bencana alam akibat perubahan iklim sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Sekali bencana bisa meluluh lantakan upaya kerja keras manusia membangun puluhan tahun.
Pemimpin suluruh dunia membahas perubahan iklim itu dalam KTT Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia. Mengatasi perubahan iklim itu tidak bisa diselesaikan lewat komitmen sepihak. Memaksa negara berkembang mematuhi kuridor soal pengurangan emisi karbon. Tidak bisa. Karena kemajuan ekonomi negara maju seperti Eropa, AS dan lainnya berkat pengrusakan lingkungan di negara miskin, seperti Indonesia. Itu sudah berlangung puluhan tahun, dan karena itu negara maju menikmati kemakmuran.
Bumi adalah milik bersama, dan semua orang berhak hidup begitu juga generasi sesudahnya. Harus ada skema financing sebagai bentuk tanggung jawab bersama dari semua negara untuk mengatasinya. Indonesia setidaknya membutuhkan dana hingga 365 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 5.131 triliun (kurs Rp 14.060) untuk menurunkan 29 persen emisi karbon hingga tahun 2030. Bahkan, dananya akan lebih besar mencapai 479 miliar dollar AS atau Rp 6.734 triliun untuk menurunkan emisi karbon sebesar 41 persen hingga 2030.
Dalam satu pertemuan di Hong Kong dengan teman teman fund manager dari AS, saya sempat marah. Karena mereka bilang Indonesia membangun tidak mengindahkan kepatuhan terhadap lingkungan hidup, sosial.
“ Era Soeharto sampai kini kalian jarah negeri ini. Puluhan juta hektar hutan gundul. Miliaran dollar kalian dapat. Kemudian, kalian beri kami hutang untuk bangun pembangkit listrik dari batubara. Puluhan ribu megawat pembangkit listrik dihasilkan, yang mengakibat bumi semakin panas. Kalian beri kami hutang untuk impor BBM, yang berdampak massive terhadap perubahan iklim. Sekarang bukan lagi saling menyalahkan. Tetapi bagaimana mengatasinya. Yang punya kemampuan membayar ya kalian. Jangan terlalu berharap kami bisa mengatasinya, makan aja susah. Kalau engga mau bantu, ya udah. Mari musnah bareng.” Kata saya
No comments:
Post a Comment