Waktu sebelum diterapkan PSBB, para oposisi inginkan lockdown. Dengan niat agar penyebaran virus dapat dihentikan. Namun mereka tidak tahu sampai kapan lockdown itu dilakukan. Karena juga egga tahu gimana memberantas COVID-19. Maklum Vaksin belum ditemukan. Tetapi mereka berharap selama lockdown itu pemerintah menanggung makan orang, termasuk hewan piaran. Itu sesuai dengan UU Karantina. Mereka sangat paham bahwa kalau itu diterapkan negara ini pasti bangkrut. Kemudian, Jokowi terapkan PSBB. Orang masih bebas berjalan keluar rumah asalkan mengikuti standar protokol PSBB. Merekapun meradang karena engga bisa sholat berjamaah. Padahal kalau lockdown seperti Wuhan, itu keluar rumah saja engga bisa. Sementara kita masih bisa sholat berjamaah dengan protokol PSBB. Hanya saja tidak ada negara menanggung semua orang kecuali yang miskin saja.
Setelah dua bulan proses PSBB, maka kini pemerintah melanjutkan program pelonggaran PSBB. Orang sudah bebas keluar rumah dan beraktifitas bisnis sebagaimana normalnya namun tetap dengan protokol kesehatan. Karena vaksin COVID-19 belum ditemukan. Para oposisi juga meradang. Bahkan MUI meminta pemerintah mematuhi WHO. Ada juga yang bilang bahwa pemerintah membiarkan rakyat keluar rumah dan mati tanpa perlindungan. Perhatikan, mereka mengeluh PSBB karena merasa beribadah dibatasi tetapi ketika PSBB dilonggaarkan mereka mengeluh. Mengapa ? mereka sudah membaca situasi akibat dari perang terhadap COVID-19 ini keuangan negara bleeding dan keresahan sosial dan ekonomi meluas. Karena orang kehilangan pendapatan.
Mereka juga berharap apabila PSBB terus diterapkan sampai akhir tahun, akan terjadi eskalasi keresahan sosial yang berujung chaos ekonomi dan akhirnya negeri ini bankrut. Bankrut secara sosial maupun spiritual. Karena kantong bokek. Maka yang terjadi, terjadilah. Kelompok yang selama ini sudah penuh dengan sahwat politik ingin berkuasa akan tampil di depan dengan narasi “ hanya kami solusinya. Karena kami berjalan di jalan Tuhan. Kapitalisme sudah gagal dan membuat negara bangkrut. Harus diganti dengan ekonomi syariah.” Sama seperti ketika Venezuela diambil alih oleh partai sosialis. Yang akhirnya menasionalisasi semua perusahaan asing dan membagikan uang dan makan kepada rakyat. Yang kini hasilnya Venezuela menjadi negara gagal.
Dalam situasi negara yang menganut sistem demokrasi, kebijakan apapun yang dibuat pemerintah akan selalu salah di hadapan oposisi. Mengapa ? karena mereka miskin idea yang smart. Mereka juga tidak punya basis ekonomi membela rakyat. Mereka hanya hadir bersama rakyat dalam bentuk retorika. Dari retorika itulah mereka berfantasi ingin berkuasa diatas situasi yang chaos, dan distrust kepada pemerintah. Itu saja.
No comments:
Post a Comment