Jokowi adalah CEO terbaik dan presiden terbaik didunia yang pernah ada. Kata teman saya kemarin waktu makan malam. Mengapa ? kamu bayangkan aja. Ketika awal dia menjabat sebagai presiden, dia mewarisi kondisi makro ekonomi dalam keadaan merah. Penerimaan negara dikurangi dengan pengeluaran ( tidak termasuk bayar bunga dan cicilan utang ) hasinya adalah negatif sebesar 1,03% dari PDB. Artinya negara tekor. Bukan hanya tidak ada laba tetapi juga dalam kondisi lebih besar pasak daripada tiang. Untuk mengatasinya tentu harus meningkatkan penerimaan. Sementara ketika itu harga komoditas semua terjun bebas di pasaran. Bukan hanya dialami minyak, namun juga komoditas non-minyak. Semua mengalami penurunan. Kondisi itu lantas berlanjut hingga 2015, ujar dia.
Apakah dengan kondisi makro ekonomi yang merah itu Jokowi stuck dan sibuk menyalahkan presiden sebelumnya ? Tidak. Jokowi menghadapinya dengan tenang. Disituasi yang tertekan itulah dimanfaatkannya untuk melakukan konsolidasi APBN. Melakukan penghematan APBN dan sekaligus melakukan restruktur APBN dari konsumsi ke produksi. Mengapa ? karena disituasi ekonomi dalam keadaan mendekati bankrut, upaya recovery tidak begitu dipedulikan oleh DPR. Sehingga tekanan politik dari DPR atas setiap rencana Jokowi dapat dengan mudah diloloskan oleh DPR. Contoh penyelesaian RUU atas revisi UU pajak yang ada, mengubah tata niaga migas dan lain sebagainya.
Nah gimana hasilnya setelah empat tahun Jokowi berkuasa ? Penerimaan negara terus meningkat significant seiring meningkatnya PDB. Pada 2014 kontribusi perpajakan sebesar 75%, lalu 2015 naik 82,3%, 2016 naik 82,6% dan 2017 turun sedikit 80,6%? Tahun 2018 ini dapat dipastikan diatas 81,2 %. Sementara GDP pada tahun 2014 sebesar USD 890 miliar , tahun 2018 sudah meningkat significant sebesar USD 1,015 miliar sehingga kita masuk kelompok negara diatas satu trilion dollar GDP nya. Bagaimana dengan kesehatan APBN ? Pada 2014 defisit APBN sebesar 2,25% terhadap PDB. Pada 2015 naik 2,58, lalu turun pada 2016 menjadi 2,49%, 2017 kembali turun menjadi 2,12% dan tahun ini dipastikan turun mencapai sebesar 1,84%.
Tetapi di era Jokowi utang terus ditambah, kata teman saya. Benar utang bertambah. Tetapi kemampuan kita membayar semakin besar. Itu bisa dilihat dari data defisit keseimbangan primer APBN yang dari tahun ketahun terus menurun. Bila awal Jokowi berkuasa keseimbangan primer 0,88%, sekarang tinggal separuh nya saja atau 0,44%. Tahun depan dipastikan akan surplus. Jadi tidak ada lagi defisit primer. Ini salah satu penyebab mengapa SBN kita laku keras diserap investor karena kinerja pemerintah secara financial itu sehat sekali. Kalau engga mana ada investor yang mau beli SBN. Itu bisa diliat contoh bagaimana Turki gagal menerbitkan global Bond untuk mengatasi lIra yang jatuh, dan akhirnya terpaksa lempar handuk putih agar dapat bantuan dari IMF dan tetangganya Qatar.
Apakah perbaikan ekonomi itu dirasakan oleh rakyat ? Disamping semakin meluasnya pembangunan infrastruktur ekonomi yang hampir tidak pernah ada presiden sebelumnya bisa mengerjakan sehebat Jokowi, juga barang kebutuhan sehari hari tidak meningkat signifant. Padahal Indonesia selama 4 tahun mengalami tekanan ekonomi yang luar biasa akibat faktor eksternal seperti kebijakan the fed atas suku bunga dan kemudian perang dagang antara US dan China sehingga rupiah sempat jatuh cukup dalam. Mengapa ? karena inflasi berhasil dijaga dengan baik oleh team Ekonomi Jokowi. Jokowi mampu menahan inflasi di bawah 4% selama 4 tahun berturut-turut. Realisasi inflasi pada 2015 tercatat di level 3,35%, lalu pada 2016 3,02%, 2017 3,61% dan 2018 ditargetkan 3,18%. Ini pertama kali dalam sejarah republik ini dimana inflasi kita dibawah 4%. Dampaknya sangat besar bagi rakyat. Ratusan triliun uang dipompa dari APBN ke publik lewat belanja dan investasi namun tidak berdampak harga melambung akibat hiperinflasi. Artinya dampak buruk ekpansi fiskal tidak ada , bahkan justru semakin membuat ekonomi Indonesia mandiri dengan semakin besarnya porsi SBN rupiah.
Bagaimana dengan kesehatan menagement APBN? Apakah belanja APBN yang terus meningkat juga meningkatkan kebocoran APBN? Berdasarkan hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), menunjukkan pertanggungjawaban pengelolaan uang rakyat dari tahun ketahun semakin membaik. Pada tahun 2007 hanya 15 kementerian dan lembaga yang dapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), sementara pada 2017 ada 80 kementerian dan lembaga yang dapat WTP. Artinya tata kelola pertanggungjawaban uang rakyat semakin membaik. Jadi kalau ada orang bilang era Jokowi korupsi semakin meningkat , jelas itu HOAX. Index Persepsi korupsi ( CPI index ) semakin membaik yaitu dengan skor 37. Jauh lebih baik dari era sebelumnya dimana peringkat di ASEAN paling belakang dan kini kita peringkat ketiga di ASEAN.
Anda bisa bayangkan, kata teman saya. Bagaimana hebatnya Jokowi. Dalam keadaan semua harga komoditas turun, dia malah bisa melakukan recovery ekonomi dan sekaligus mendongkrak penerimaan negara. Kalau uang berlebih ya semua orang bisa. Tetapi uang cekak namun tidak stuck bahkan bisa jumping keluar dari posisi cekak menjadi melimpah, ini yang tidak semua orang bisa. Ini yang saya maksud mengapa Jokowi bisa disebut CEO terbaik yang pernah ada, ujar teman. Tetapi menurut saya , Jokowi tepatnya adalah solution provider. Mengapa ? Secara tekhnis tidak sulit melakukan recovery. Tetapi mengapa presiden sebelumnya tidak bisa berbuat lebih baik dari Jokowi ? ini soal mindset. Cara berpikir! Itulah yang membedakan Jokowi dengan yang lain. Calon lain seperti pasangan PS-Sandi selalu selalu menghitung masalah yang ada dan membayangkan masalah yang belum ada. Sikap seperti ini akan membuat dia selalu jadi pecundang. Apapun yang dia usahakan tetap akan menjadikannya pecundang. Baik dari sisi spiritual maupun dari sisi sosial. Dia bukan penyelesai masalah, tapi bagian dari masalah itu sendiri.
Sikap paranoid melekat erat kepada orang yang pesimistis. Banyak orang punya titel berlapis, punya harta berlebih dari warisan keluarga, namun akhirnya semua hilang dan dia meradang seumur hidup menyesali yang telah terjadi dan membayangkan hal buruk yang akan terjadi. Orang yang bernasib baik adalah orang yang mau menerima nasib buruk dan melewatinya dengan tegar! Ya… orang pesimistis melihat kesulitan dalam setiap peluang. Orang optimis melihat peluang di setiap ada kesulitan. Optimism is the most important human trait, because it allows us to evolve our ideas, to improve our situation, and to hope for a better tomorrow. Dengarlah nasihat Ali Bin Abi Thalib ‘Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu, jangan pernah mencoba untuk menyerah, dan jangan pernah menyerah untuk mencoba. Maka jangan katakan kepada Allah bawa kita punya masalah, tapi berkatalah kepada masalah bahwa kita punya Allah SWT, Yang Maha Segalanya.’
No comments:
Post a Comment