Tuesday, April 30, 2013

Susno duadji


“ Anda boleh tunjuk siapapun pejabat di negeri ini. Kalau ingin dicari kesalahannya sebagai koruptor pasti ketemu.” Demikian kata teman saya kemarin malam ketika kami rendezvous di CafĂ©. Teman ini adalah pejabat Negara  yang berhubungan dengan Pengawasan Keuangan Negara dan begitulah caranya menjawab pertanyaan saya terhadap kasus Susno. Dia selalu tidak mau membuka cerita mengenai pekerjaannya namun dengan kata kata yang singkat itu sudah cukup bagi saya bahwa ada sesuatu yang sangat salah pada Negara ini. Bahkan dia sempat berkata kepada saya bahwa 40 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia itu berasal dari transaksi haram. Haram karena didukung oleh business illegal dari mereka pencari rente. BIla korupsi itu hanya terjadi segelintir orang atau kasuistis maka itu kita bisa berharap akan ada perbaikan dikemudian hari. Karena ya sifatnya partial tentu mudah diselesaikan. Namun bila semua pejabat Negara terlibat langsung maupun tidak langsung dari tindak korupsi maka ini sudah berhubungan dengan kesalahan system. Ini bukan kasus partial. Ini bukan kasus mudah. Penyelesaiannya tidak akan pernah selesai bila tetap dengan system yang ada.

Mengapa Susno bisa dengan gagah menolak untuk di eksekusi? Tanya saya. Teman ini dengan tersenyum berkata bahwa itulah bukti bahwa hokum di negeri ini berjalan  diatas system yang brengesek dan di jalankan oleh orang yang bermental brengsek. Jadi itu satu kesatuan. Tidak mungkin system yang baik dijalankan oleh orang yang buruk. Karena yang namanya system itu ada SOP untuk  memastikan hanya orang yang memenuhi syarat saja yang bisa bertindak sebagai pelaksana. Bukankah kita sudah berkali kali merubah system. Dulu di Era Orla kita melakukan berkali kali perubahan system dengan ditandai jatuh bangunnya cabinet tapi tetap tidak menyelesaikan masalah sampai akhirnya kita harus menjatuhkan Soekarno. Soeharto terpilih, era baru dengan system baru. Kita kembali kepada Pancasila secara murni namun setelah 32 tahun berlalu kita mulai muak.  System harus dirubah lagi. Soeharto harus jatuh.  Era Reformasi, era baru untuk sesuatu yang baru. Tapi , lihatlah kini , kita masih saja mengeluh bahwa korupsi  mewabah karena system yang salah. Apakah memang benar bahwa segala sesuatu itu karena kesalahan system?

Menurut teman saya bahwa system itu mutlak dirubah. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana melakukan perubahan terhadap system yang sudah eksis. Ini penting agar tidak terjadi kesalahan baru lagi.  Jadi kalau ingin melakukan perubahan maka yang diganti bukan hanya pemimpinnya tapi juga mereka yang ada dibalik system itu. Artinya perubahan system hanya mungkin dilakukan bila yang melakukan perubahan bukanlah orang yang tadinya berada didalam system  atau bersinggungan dengan system. Perubahan itu harus dilakukan oleh orang yang ada diluar system. Tentu perubahan seperti ini terkesan revolusi. Ya memang harus revolusi. Tapi ada perubahan yang lebih santun ketimbang revolusi Francis. Yaitu Revolusi Kebudayaan di China. Mao menyebut restore system lewat perbaikan akhlak kelompok berjuis melalui pendekatan kebudayaan china. Kebudayaan yang dimaksud adalah hidup untuk bekerja dan berbagi. Jadi stop rakus dan stop individualism. Konon katanya ada 25 juta kelompok berjuis ( kelompok menengah ) yang selama ini membuat system lemah harus mengikuti program Brain Washing di kamp kerja paksa. 

Kini China tumbuh menjadi kekuatan ekonomi nomor dua didunia dan diperkirakan tahun 2030 China akan menjadi kekuatan ekonomi nomor satu didunia. Andaikan dulu Mao  ragu melakukan revolusi kebudayaan karena akan berdampak buruk kepada 99% sahabat yang menjadikannya Pemimpin China, mungkin china sampai kini akan sama nasipnya dengan Korea Utara. Gelap dan terpuruk dalam mimpi buruk sepanjang malam. Memang revolusi menilbulkan korban tidak sedikit dan selalu bau amis darah. Sisi  negative revolusi lebih banyak dibicarakan ketimbang sisi positipnya. Ya karenanya tidak banyak yang siap terutama mereka yang berada didalam system itu sendiri. Dan lihatlah bagaimana Susno mentertawakan system itu. Dia DPO Kejaksaan  namun dia tetap sibuk di Dapil sebagai CALEG. Sebagai seorang praktisi hukum, aparat penegak hukum tadinya, dia sedang mempertontonkan secara vulgar kepada publik betapa rentanya system hukum di negeri ini untuk mendapatkan kebenaran, kebaikan dan keadilan. Tidak ada kepastian. Pemimpin lemah dan dilemahkan oleh system yang memang lemah ( Korup).

Menurut saya memang banyak pilihan terhadap sistem negara yang bisa ditiru namun kalau ingin meniru tirulah yang terbaik. Apa itu? sistem yang tidak dicreate oleh manusia tapi oleh Allah yang telah di teladankan oleh Rasul dan para sahabat setelah Rasul. Mengapa sistem berasal dari Allah lebih baik ? Karena sistem ini tidak hanya melekat secara yuridis formal (lewat akad ) tapi juga melekat secara batin bagi setiap pemeluknya. Dapat diterima oleh siapapun karena ajaran ilahiah ini berhubungan dengan cinta dan kasih sayang. Loyalitas orang tidak kepada Pemimpin atau Bendera atau Negara tapi kepada Kebenaran, kebaikan dan keadilan. Siapapun akan menjadi pengawas yang lain , dan saling mengingatkan tentang kekenaran untuk lahirnya kebaikan dan tentu tegaknya keadilan bagi semua. Rakyat tak lagi berbuat karena ingin mengejar kekuasaan atau harta tapi mereka berbuat hanyan ingin mengharapkan ridho Allah. Sesuatu yang imaginer namun hidup menghidupkan jiwanya untuk bergerak secara teratur bagaikan lebah, yang hanya menghasilkan kebaikan...Sejak negara ini berdiri, semua orang yang ingin menegakan syariah Islam, berhadapan dengan penjara. Setiap perubahan terjadi sebetulnya tidak ada perubahan karena lingkaran sekular selalu berujung sama yaitu : rakus dan culas.

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...