Saturday, March 2, 2013

Erdogan dan Turki


Dulu saya masih ingat ketika naik taksi di Istanbul , saya harus menyediakan uang lira dengan nominal besar untuk  membayar taksi hanya karena kurs lira yang sangat murah dihadapan USD, dan itulah dampak dari hyperinflasi dari rezim yang sangat lemah mengelola moneter dan tentu juga lemah mengelola negara. Tapi kini setelah reformasi, tampilnya AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi ) atau Partai Keadilan sebagai pemenang PEMILU dengan Recep Tayyep Erdogan sebagai Perdana Menteri, Ekonomi Turki yang semula morat-marit, segera pulih. Inflasi terkendali dan menurun tajam: sekarang di bawah 8 persen/tahun. Perekonomian tumbuh konsisten 7 persen sampai 8 persen/tahun. Pengangguran berkurang, bahkan standar upah minimun pekerja dinaikkan. Mata uang Lira juga menguat. Turki berhasil melakukan redenomiasi mata uang lira dan dinilai sangat berhasil di bandingkan negara yang pernah melakukan redenominasi. Kurs Lira Turki yang semula bernilai jutaan di hadapan dolar Amerika , kini  1 dolar Amerika senilai 1,5 Lira Turki saja. Bank Dunia memprediksi, pada 2025 nanti, Turki akan menjadi salah satu negara terkaya. Pada saat itu Turki juga menjadi 15 besar tiang ekonomi global yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi negara lain. Dan Kini dengan keberhasilannya, Turki mampu menanamkan pengaruh geopolitiknya. Di Barat, Turki mulai menjadi pemain kunci di wilayah Mediterania. Di Utara dan Timur, ia menjadi penghubung Asia Tengah. Yang terpenting adalah, di Selatan, ia menjadi contoh sintesis keberhasilan industrialisasi dan kebudayaan Islam. 

Lalu siapa Erdogan? Erdogan, politisi kelahiran 1954 dan jago bola ini adalah sarjana manajemen dari Universtas Marmara, Istanbul. Pada 1970, dalam usia belia, ia sudah terjun ke dunia politik lewat MSP (Milli Selamet Partisi/Partai Orde Nasional) pimpinan Dr. Necmettin Erbakan, sebuah partai yang dicurigai militer karena dianggap anti-sekularisme. Kemudian terjadi kudeta militer di 1980. Rezim berkuasa melarang semua parpol. Pada saat itu, Erdogan bekerja pada Otoritas Transportasi Istanbul. Aneh bin ajaib, bosnya menyuruh Erdogan mencukur kumisnya karena dikatakan berbau Islam. Erdogan menampik, lalu ia keluar untuk kemudian memasuki dunia bisnis dan politik. Sekularisme Turki ternyata juga mengurus kumis, tetapi gagal mengurus kemakmuran rakyat.  Pada 1983, pada saat angin demokrasi bertiup di Turki, Erdogan menyertai partai RP (Refah Partisi/Partai Kemakmuran), juga pimpinan Erbakan. Di 1994, Erdogan terpilih jadi Wali Kota Istanbul, sebuah kota metropolitan terbesar dengan penduduk sekitar 10 juta. Karena RP selalu dicurigai politisi sekuler, pemerintah membubarkan RP. Erdogan dianggap dapat mengguncangkan bangunan sekularisme setelah ia membacakan puisi yang bernuansa Islam. Dia ditangkap, kemudian dihukum 10 bulan, tapi entah apa sebabnya tiba-tiba dikurangi menjadi empat bulan.  Sebagai politikus berbakat dan cerdik, setelah pembebasannya, Erdogan tidak menyia-nyiakan peluang politik yang semakin terbuka. Pada 2001, partai baru AKP dibentuknya. Ibarat menjolok buah ranum yang hampir jatuh, dalam pemilu November 2002, AKP keluar sebagai pemenang dengan meraup 363 dari 550 kursi yang tersedia di parlemen. Dunia sekuler Turki sempoyongan. Pada Maret 2003 ia dilantik jadi perdana menteri.

Tanda tanda kehebatan Erdogan sebagai pemimpin sudah nampak ketika Erdogan menjadi Wali Kota Istanbul di akhir dekade 90-an, ia berhasil mengembangkan bekas ibu kota imperium Ottoman (Utsmaniyyah) itu yang kehilangan ruh dan gairahnya pasca bercokolnya rezim sekuler Ataturk. Kebersihan, ketertiban, membaiknya pelayanan, pemberantasan korupsi, hingga berkurangnya arus kemacetan merupakan beberapa prestasi Erdogan saat memimpin kota Istanbul. Kini Istanbul sejajar dengan Singapore, Hong Kong, Dubai, New York, London, Toronto, Shanghai sebagai International financial center. Rakyat Turki yang 99% beragama islam memang pantas bersyukur kepada Allah dengan tampilnya Erdogan sebagai pemimpin. Dengan akhlak seorang kiyai dan kehandalan seorang ahli management serta ekonom telah menggiring Turki kearah reformasi yang sejuk dan damai. Ekonomi membaik secara significant. Kelompok sekuler yang telah berkuasa lebih dari 80 tahun dapat dijinakan untuk berubah dan kembali kepada Syariah Islam. Ini memang masih berproses secara gradual namun akan mengarah kepada syariah Islam secara kaffah. Dengan AKP menguasai mayoritas di parlemen maka tidak akan mengalami kesulitan berarti untuk merubahnya walau tentu butuh waktu. Namun secara fakta UU sekular yang ada sekarang tidak bisa membendung syariah islam ditegakkan,  seperti larangan pakai jilbab bagi wanita kini dilanggar dengan mudah.Lebih 50% wanita Turki kini pakai jilbab.Bahasa Arab dan Al Quran yang tadinya dilarang diajarkan di Turki , di era Erdogan kembali diajarkan secara luas disemua jenjang pendidikan. Gerakan kembali ke masjid efektif membuat masjid diramaikan jamaah disetiap waktu sholat.Membuat umat semakin dekat kepada ulama. Membuat ulama semakin mendapat tempat didalam masyarakat dan negara.

Berkat berbagai macam prestasi itulah, Erdogan mendapatkan tempat dan kepercayaan di hati rakyat Turki. Ia menjadi idola dan pahlawan rakyat Turki. Simpatisan AKP pun kian berlipat dan kembali memenangkan pemilu di tahun 2007. Erdogan kembali dipilih sebagai PM dan Abdullah Gul terpilih sebagai Presiden. Semua tahu bahwa Erdogan adalah pendiri AKP yang bukan partai Islam, tetapi partai sekuler yang menghormati agama. Meski demikian, tak ada yang meragukan jika Erdogan adalah sosok Hoja (Kiyai) dan AKP adalah partai berspirit Islam-moderat. Yang pasti di tangan Erdogan, Islam menawarkan solusi, bukan slogan formalisme seperti yang diusung berbagai kelompok yang buta realitas. Islam ditempatkan dalam dimensi sikap dan perbuatan dengan mengedepankan kebenaran, kebaikan dan keadilan oleh pemimpinnya. Nilai nilai inilah yang menjadi inspirasi bagi Rakyat Turki untuk kembali kepada Islam secara kaffah dengan rasa percaya diri tinggi untuk keluar dari sekularisme yang membelenggu konstitusi, bahwa mereka adalah umat yang sempurna dan dalam lindungan Allah selagi mereka beriman dan bertaqwa. Kita merindukan Pemimpin seperti Erdogan, semoga 2014 nanti kita bisa memilih dengan benar...

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...