Tuesday, March 29, 2011

Komunitas?

Di china, mereka gemar sekali berkelompok dan bergotong royong menyelesaikan masalahnya. Tak penting siapa yang akan mengkoordinirnya , bagi mereka yang penting ada orang yang mau memimpin kelompok itu. Orang china itu dalam ring terkecil mereka mengorganisir dirinya lewat system arisan. Antar kelompok arisan ini mereka membentuk perkumpulan berdasarkan bidang profesi ( antar petani kol, antar petani beras , antar pengrajin dan lain lain ). Dari perkumpulan berdasarkan bidang profesi ini mereka membentuk lagi perkumpulan berdasarkan kecamatan. Dari kecamatan membentuk perkumpulan kabupaten. Begitu seterusnya. Tapi susunan perkumpulan ini tidak terstruktur sebagaimana design pemerintah seperti dikita dalam sistem INKUD denga KUD. Di China sistem itu tumbuh alamiah ( budaya). Makanya strukturnya seperti jaring laba laba. Peneliti barat mengatakan ini sistem ring to ring. Dari satu lingkaran kelingkaran berikutnya dalam ikatan yang kokoh atau seperti sarang lebah, dimana diantar lingkaran itu ada palka. Dalam hal palka ini berisi para cerdik pandai yang menjadi penghubung antar ring dengan ring itu.

Ketika pemerintah memberikan kebijakan agar rakyat boleh berkelompok membangun kawasan perumahan. Maka segera kekuatan ring to ring itu bergerak cepat. Para mentor dari kalangan kampus dan tokoh masyarakat tampil menjadi pencerah atas program pemerintah itu. Para ketua arisan, ketua kelompok, ketua wilayah memasarkan Kupon kepemilikan rumah kepada anggotanya masing masing. Hasil penjualan kupon itu tidak dipakai untuk membangun rumah. Tapi dananya di pool dan ditempatkan sebagai jaminan di bank untuk mereka mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank. Di China bunga bank sangat murah. Untuk kegiatan ini bunga bank tidak lebih 1,5% per tahun. Bank bukan hanya memberikan kredit juga membantu struktur pendanaan lewat turn key project. Setelah project selesai dibangun maka kupon itu di tukar dalam bentuk obligasi bagi hasil ( revenue Bond ). Revenue Bond ini diperjual belikan sebagai alat investasi oleh perkumpulan tingkat propinsi dan pusat. Disini nampak dana orang kaya dikota mengalir ketingkat bawah secara sistematis tanpa dipaksa.

Hasil penjualan Revenue Bond itulah dijadikan alat pelunasan hutang kepada Bank. Nilai revenue bond akan terus meningkat dipasar seiring peningkatan nilai kawasan itu. Atau sama saja seperti kita pegang sertifikat rumah dalam nilai pecahan kecil. Kalau harga rumah naik maka revenue bond juga akan naik nilainya. Hampir semua sarana dan prasarana didalam kawasan dibangun dengan konsep seperti itu. Contoh., Kelompok industri pengolahan pangan ( Makanan kaleng, kripik, dan lain lain ) , ingin membangun zona industri. Maka kelompok arisan petani akan otomatis menjadi pembeli revenue bond itu karena mereka tahu bahwa kawasan industri itu akan digunakan oleh perusahaan yang akan menjadi pembeli produk pertanian mereka. Antar kelompok arisan itu juga punya hubungan vertikal dan horisontal dengan berbagai kelompok arisan lainnya , yang berbeda beda wilayah, bidang profesi , bidang kegiatannya. Inilah sebagai financial resource. Dari mereka untuk mereka.

Sistem jaring laba laba itu sangat kuat menghalangi kekuatan luar yang ingin mengontrol mereka. Sangat sulit ritel modern yang kuat modal bisa menembus ini. Ini bisa terjadi karena antar orang berilmu dengan orang awam bergandengan tangan , antar orang kaya dan miskin saling bergandengan tangan, antara industri dan pemasok bergandengan tangan, antara dunia usaha dan perbankan bergandengan tangan. Antara semuanya terhubung dalam ikatan saling mengikat diri secara rumit namun fleksibel. Tidak ada UU atau Peraturan pemerintah untuk menghasilkan design seperti ini. Dia ada karena budaya China yang suka bergotong royong , hidup hemat, bekerja keras, setia dengan teman, menghargai orang yang lebih tua, menghormati orang berilmu dan cinta kepada mereka yang lemah. Dari komunitas seperti inilah , konsep apapun yang sesuai dengan akar budaya mereka , akan diterima dan dilaksanakan secara otomatis. Pemerintah China, paham betul bagaimana mengelola komunitas diatas 1 miliar itu tanpa terjebak dengan konsep dari dunia barat , dengan segala konsep nilai nilai demokrasi. Buktinya hanya butuh 30 tahun, china sudah menjadi kekuatan nomor dua didunia.

Seharusnya Indonesia lebih hebat dari china soal membangun komunitas. Karena Agama dan budaya kita mengajarkan soal kebersamaan. Sholat, kita di sunnahkan ( juga diwajibkan ) berjamaah. Andai dari kekuatan jamaah antar kelurahan bisa menjadi ring terkecil untuk menjadi ring tingkat kecamatan dan terus sampai kepusat. Dari kegiatan mesjid ini sebetulnya banyak hal dapat digalang kekuatan bukan hanya sholat. Sudah seharusnya mesjid tidak hanya dipakai sebagai ajang melaksanakan ritual sholat tapi juga ajang berkumpul membahas masalah keseharian, cara mengorganisir diri disegala bidang, khususnya upaya kemandirian. Jangan lagi berharap dari uluran tangan pemerintah untuk makmur. Jangan ! Kemajuan china bukanlah karena pemerintahnya cerdas tapi rakyatnya yang cerdas !

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...