Tuesday, March 9, 2010

Tan Malaka

Tan Malaka, Putra Minang Kabau. Dilahirkan di Desa Pandang Gadang, Sumatera Barat pada bulan juni 1897. Nama lengkapnya adalah Ibrahim Datuk Tan Malaka. Namanya seakan tenggelam dalam sejarah Republik ini. Kalah hebat dengan Hatta, Sjahrir, Soekarno. Tapi tahukah anda bahwa Tan Malaka adalah orang pertama yang menyampaikan gagasan Republik Indonesia. Pada tahun 1925 dia menulis ” Naar de Republiek Indonesia ( Menuju Republik Indonesia ). Tulisan ini melahirkan inspirasi bagi Muhammad Hatta yang menulis pada tahun 1928 ,berjudul ”Indonesia Vrije (Indonesia merdeka). Kemudian tahun 1933 Soekarno membuat tulisan ” menuju Indoensia Merdeka”

Sejarah mencatat tentang perlawanan Rakyat terhadap Jepang ketika paska kemerdekaan Indonesia,yang ketika itu para elite politik Indonesia masih ragu untuk berhadapan dengan Jepang. Namun Tan Malaka, bergerak dari bawah tanah menggiring massa dalam rapat akbar di lapangan Ikada untuk menyatakan perlawanan kepada jepang. Sejak peristiwa tu perlawanan terhadap jepang terjadi secara kolosal. Ada sebagian orang menuduh Tan Malaka sebagai Komunis tapi sebetulnya dia bukanlah Komunis seperti ajaran Stalin. Dia berbeda dengan Stalin. Dia Perantau, putra minang yang terdidik dalam keislaman.Hapal Al Quran. Membumikan adat minang dalam bersikap dan agama dalam bertindak. Alur dan Patut atau logika dan kepatutan adalah pola berpikirnya yang dikenal dengan MADILOG ( Materialisme, dialektika, logika ). Artinya logika dan dialektika bergantung pada materialisme, sebaliknya materialisme bersangkut paut dengan dialektika dan logika.

Pemikiran Tan Malaka amat berbeda dengan Marx atau Lenin karena ia menempatkan agama sebagai sesuatu yang un matter tetapi dengan jalan tak langsung MADILOG dapat menerangkan agama seperti obor listrik yang berdiri diluar dan tidak memasuki benda itu seluruhnya. Tan juga berpendapat masyarakat kita dari dulu ampai sekarang secara sosiologis maupun antropologis tak mungkin menjadi materialis seperti yang dialami barat yang otomatis marxisme adalah turunannya. Masyarakat Indonesia adala masyarakat yang selalu percaya akan adanaya kekuatan lain diluar dirinya yang menguasai alam serta isinya dan ini bersifat gaib. Hal itu ditunjukkan oleh Tan Malaka melalui berbagai kepercayaan, seperti animisme, dinamisme, dan agama Hindu, Budha, Kristen, Islam juga yang bermunculan dan dianut penduduk Nusantara. Selain itu, Tan Malaka juga menggaris bawahi bahwa penggunaan teori revolusi Marx hanyalah sebagai metode bukan sebagai dogma. Oleh karena itu, Marxisme bagi Tan Malaka harus dipahami dalam kerangka teoritis dan penerapannya amat tergantung pada kondisi masyarakat dimana ia tinggal. Ini dinyatakannya bahwa yang penting dari Marxisme adalah penerapan metode Marx berpikir, bukan menjalankan hasilnya cara berpikir.

Hubungannya dengan Partai Komunis lewat sahabatnya Sardjono-Alimin-Musso tidak bertahan lama. Ketika perbedaan strategi berjuang semakin melebar diantara mereka, Tan Malaka memilih untuk memisahkan diri dari PKI dan sahabatnya setelah meletus pemberontakan kaum buruh ditahun 1926 yang berhasil ditumpas habis oleh Belanda. Kemudian Paska Kemerdekaan, Tan Malaka bersama Kelompok Persatuan Perjuangan menyatakan diri berbeda pendapat ( oposisi ) dengan PM Sharir yang menerima perjanjian dengan Belanda. Tan Malaka menginginkan pengakuan kedaulatan penuh, sedangkan kabinet Sharir yang berkuasa hanya menuntut pengakuan kedaulatan atas Jawa dan Madura. Maka terjadilah Peristiwa 3 Juli 1946 yang merupakan kudeta terhadap kepemimpinan PM Sahrir. Tan Malaka ditangkap tanpa diadili selama 2,5 tahun dan baru dilepaskan setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin,.

Tentang sosok Tan Malaka, maka ini pendapat Prof. Moh. Yamin sejarawan dan pakar hukum kenamaan kita, dalam karya tulisnya “Tan Malaka Bapak Republik Indonesia” memberi komentar: “Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah….” Tan Malaka gugur (hilang) pada tahun 1949 atau tepatnya bulan februari atau tiga bulan setelah dia membentuk Partai Murba ( 7 November 1948). Konon menurut cerita dia ditembak mati oleh tentara republiknya sendiri yang dia bela sampai mati. Dua puluh empat tahun setelah dia resmi hilang, barulah Pemerintah memberikannya gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional ( 28 maret 1963)

Tan Malaka adalah sekian dari tokoh legendaris bangsa ini. Tokoh yang berjuang dengan caranya. Akrab dengan kaum tertindas. Taat beragama. Pandai bersiasat namun tak pernah berkompromi dengan penjajah. Dia terlahir untuk menjadi petarung menegakan kalimat Allah untuk lahirnya keadilan di bumi pertiwi. Seumur hidupnya dihabiskan dalam pengorbanan dan derita tak terbilang untuk negeri yang dia cintai. Lantas apa yang bisa kita petik dari sosok Tan Malaka ? Keikhlasan berjuang dan berkorban untuk itu. Hakikat berjuang adalah demi tegaknya kemerdekaan politik dan ekonomi. Inilah yang harus kita teladani. Jangan sampai kemerdekaan melahirkan penjajahan baru ( neo-colonialism) dimana hak ekonomi rakyat tetap tertindas...

5 comments:

Unknown said...

suara beliau memang lebih lantang dari dalam kuburnya, semoga Tan Malaka selalu dirahmati Alloh..aamiin

Rahmat Rifai said...

Mantap tulisanya pak eri

Unknown said...

Mantap

Bowo said...

Sayang rumah tan malaka tidak terawat...

Bowo said...

Sayang rumah tan malaka tidak terawat...

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...