Kemarin saya nonton Film Merah Putih yang produsernya adalah Hasyim Djoyohadikusumo atau kakak dari Prabowo. Yang saya syukuri adalah niat nonton film ini datang dari anak anak. Mereka antusias mengetahui sejarah dibalik kemerdekaan RI. Setelah usai nonton , anak saya sempat nyeletuk ” Ternyata mahal sekali harga kemerdekaan kita. ” Saya tersenyum bahagia. Karena putra putri saya dapat tercerahkan oleh filem heroik ini. Kalau tujuan pembuatan film ini adalah untuk membangkitkan nasionalisme dan nilai nilai bela negara maka saya dapat katakan bahwa filem ini berhasil.
Selama bulan agustrus , Global One stasiun TV kita memutar film tetang perang dunia ke dua. Film tersebut bercerita tentang kehebatan tentara AS melawan jerman dan jepang. Di film tesebut ditampilkan bahwa AS berperang untuk kajayaan bangsanya dan menegakan keadilan dimuka bumi. Nilai heroisme prajurit AS ditampilkan dengan apik dalam setiap film yang diputar. Saya sempat bertanya apa motivasi penayangan film ini bertepatan dengan bulan Agustus dimana pada tanggal 17 kita mempringati Kemerdekaan?. Apakah ini bertujuan hanya sebagai hiburan ataukan sebagai kampanye tentang kehebatan AS untuk diketahui oleh anak anak kita dan akhirnya melupakan heroisme bangsa kita mengusir pemenang ( sekutu ) perang dunia kedua itu dari bumi pertiwi. ? entahlah...
Tapi yang pasti stasiun TV tak lagi menganggap film merebut dan mempertahankan kemerdekaan laku untuk dijual mendapatkan iklan. Atau memang lebih layak dalam 17 agustus menampilkan konser musik anak muda hingga mereka lupa hakikat merdeka adalah berjuang dalam kelelahan mencapai tujuan nasional. Lagi lagi saya harus berkata ”entahlah”. Mengapa ? Karena semakin kita bertanya tentang spirit kemerdekaan dalam konteks nasionalisme , heroisme akan ditertawakan. Tapi , dalam dunia politik , Proklamsi Kemerdekaan tetaplah sakral untuk memaksa rakyat dalam satu barisan agar pemerintah tetap eksis. Selebihnya , jangan bicararakan lagi soal heroisme dalam program privatisasi, nasionalisasi migas dan daya saing industri. Stop.
Di China , sampai sekarang Film tentang perjuangan melawan kolonialisme Jepang masih terus diputar oleh jaringan televisi China ( China Central Television /CCTV). Bahkan film tentang ini dibuat berseri yang tak pernah habis habisnya. Juga filem tentang keperkasaan dinasty china tempo dulu meluaskan kekuasaanya, sampai kini terus dibuat ditampilkan berseri. Ada pula film bercerita tentang kehebatan hakim menegakan keadilan ( Hakim Bao ). Semua film tersebut merupakan cara china mengkampanyekan tentang nilai nilai kemerdekaan, bela negara dan akhirnya memperkuat nasionalisme china dalam melawan segala bentuk penjajahan. Para anak anak dan generasi muda tumbuh dalam kampanye ( propaganda ) bela negara yang tiada hentinya. Akhirnya China dapat tumbuh berkembang tanpa kehilangan indentitasnya dan unggul dalam putaran persaingan global.
AS juga sama dalam soal kampanye heroisme ini. Ketika AS kalah dalam perang Vietnam, film Rambo menjadi popular di AS. Film ini sebagai cara kampanye untuk meyakinkan rakyat AS bahwa mereka tidak kalah. Kemudian berbagai film dengan berbagai versi terus ditampilkan oleh bintang papan atas Holywood. Ketika WTC di ledakan oleh terorisme, filem tentang melawan terorisme ditampikan dengan berbagai cerita yang heroik. Bukan hanya rakyat AS terpengaruh dari film propaganda ini dan akhirnya melupakan kekalahan AS di vietnam dan melawan terorisme tapi juga generasi muda dibelahan negara lain, termasuk kita mempercayai bahwa AS is real power.
Sebetulnya, kalau para cinemas kita seperti cinemas AS dan produser kita seperti AS yang mengedepankan kepentingan nasional diatas segala galanya maka semua yang propaganda itu dapat di create untuk menghasilkan laba. Karena dalam dunia propaganda , apapun akan bernilai bila dikemas dalam metode kampanye yang professional. Tapi , bagaimanapun , semua itu kembali kepada kemauan politik negara untuk memaksa Rakyatnya tidak lari dari semangat heroisme bela negara, seperti China.
Selama bulan agustrus , Global One stasiun TV kita memutar film tetang perang dunia ke dua. Film tersebut bercerita tentang kehebatan tentara AS melawan jerman dan jepang. Di film tesebut ditampilkan bahwa AS berperang untuk kajayaan bangsanya dan menegakan keadilan dimuka bumi. Nilai heroisme prajurit AS ditampilkan dengan apik dalam setiap film yang diputar. Saya sempat bertanya apa motivasi penayangan film ini bertepatan dengan bulan Agustus dimana pada tanggal 17 kita mempringati Kemerdekaan?. Apakah ini bertujuan hanya sebagai hiburan ataukan sebagai kampanye tentang kehebatan AS untuk diketahui oleh anak anak kita dan akhirnya melupakan heroisme bangsa kita mengusir pemenang ( sekutu ) perang dunia kedua itu dari bumi pertiwi. ? entahlah...
Tapi yang pasti stasiun TV tak lagi menganggap film merebut dan mempertahankan kemerdekaan laku untuk dijual mendapatkan iklan. Atau memang lebih layak dalam 17 agustus menampilkan konser musik anak muda hingga mereka lupa hakikat merdeka adalah berjuang dalam kelelahan mencapai tujuan nasional. Lagi lagi saya harus berkata ”entahlah”. Mengapa ? Karena semakin kita bertanya tentang spirit kemerdekaan dalam konteks nasionalisme , heroisme akan ditertawakan. Tapi , dalam dunia politik , Proklamsi Kemerdekaan tetaplah sakral untuk memaksa rakyat dalam satu barisan agar pemerintah tetap eksis. Selebihnya , jangan bicararakan lagi soal heroisme dalam program privatisasi, nasionalisasi migas dan daya saing industri. Stop.
Di China , sampai sekarang Film tentang perjuangan melawan kolonialisme Jepang masih terus diputar oleh jaringan televisi China ( China Central Television /CCTV). Bahkan film tentang ini dibuat berseri yang tak pernah habis habisnya. Juga filem tentang keperkasaan dinasty china tempo dulu meluaskan kekuasaanya, sampai kini terus dibuat ditampilkan berseri. Ada pula film bercerita tentang kehebatan hakim menegakan keadilan ( Hakim Bao ). Semua film tersebut merupakan cara china mengkampanyekan tentang nilai nilai kemerdekaan, bela negara dan akhirnya memperkuat nasionalisme china dalam melawan segala bentuk penjajahan. Para anak anak dan generasi muda tumbuh dalam kampanye ( propaganda ) bela negara yang tiada hentinya. Akhirnya China dapat tumbuh berkembang tanpa kehilangan indentitasnya dan unggul dalam putaran persaingan global.
AS juga sama dalam soal kampanye heroisme ini. Ketika AS kalah dalam perang Vietnam, film Rambo menjadi popular di AS. Film ini sebagai cara kampanye untuk meyakinkan rakyat AS bahwa mereka tidak kalah. Kemudian berbagai film dengan berbagai versi terus ditampilkan oleh bintang papan atas Holywood. Ketika WTC di ledakan oleh terorisme, filem tentang melawan terorisme ditampikan dengan berbagai cerita yang heroik. Bukan hanya rakyat AS terpengaruh dari film propaganda ini dan akhirnya melupakan kekalahan AS di vietnam dan melawan terorisme tapi juga generasi muda dibelahan negara lain, termasuk kita mempercayai bahwa AS is real power.
Sebetulnya, kalau para cinemas kita seperti cinemas AS dan produser kita seperti AS yang mengedepankan kepentingan nasional diatas segala galanya maka semua yang propaganda itu dapat di create untuk menghasilkan laba. Karena dalam dunia propaganda , apapun akan bernilai bila dikemas dalam metode kampanye yang professional. Tapi , bagaimanapun , semua itu kembali kepada kemauan politik negara untuk memaksa Rakyatnya tidak lari dari semangat heroisme bela negara, seperti China.
No comments:
Post a Comment