Kemarin waktu bertemu dengan teman yang mempunya bisnis di Irak mengatakan, hampir sulit dipercaya bahwa sebuah negara yang kuat, yang ditopang oleh persenjataan dari Amerika Serikat, bisa jatuh dalam waktu yang kurang dari seminggu oleh kelompok jihadis independen. Selain itu, siapakah yang akan percaya bahwa Arab dan Amerika, Barat mendukung pergerakan Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) di Suriah, lantas tiba-tiba mengutuk ISIS ? Ada apa ini? Tanya saya. Panjang ceritanya, kata teman saya.
Bahwa ini agenda lama Amerika yang belum tuntas terhadap Irak. Sejak tahun 2001, Amerika punya agenda untuk memecah belah Timur Tengah menjadi banyak negara-negara kecil, yaitu negara yang homogen secara etnis. Tahun 2006 diterbitkan Peta Wilayah Timur Tengah baru. Dalam peta ini menyebutkan bahwa Irak terbagi dalam tiga , yaitu negara Sunni, negara Syiah dan Negara Kurdi. Memang dengan kegagalan Israel dalam menghadapi Hizbullah di musim panas tahun 2006, dan juga kekalahan Perancis dan Inggris di Suriah pada 2011-2014, mengisyaratkan bahwa rencana tersebut telah ditinggalkan.
Tapi bukan itu permasalahannya, pimpinan militer AS secara diam diam terus melanjutkan proyek pemecah belahan itu melalui modern condottieri, yaitu menggunakan pasukan bayaran yang tidak terikat pada instansi pemerintahan – dan tentu saja, jihadis inilah yang mereka manfaatkan. Itulah mengapa ada ISIS, walau terkesan liar dan sulit dikendalikan Amerika namun peran ISIS masih strategis bagi tujuan agenda washington memecah Irak.
Apakah itu ISIS? ISIS adalah milisi kelompok Islam radikal yang bergabung dengan militan Al-Qaeda di Irak, setelah kepergian Paul Bremer III dan penyerahan kekuasaan politik ke tangan rakyat Irak. Baik ISIS maupun Al Qaeda lahir dari ibu yang sama, yaitu Amerika. Layaknya seperti anak haram yang dilahirkan untuk menjadi mesin/robot pembunuh sesuai perintah. ISIS dilatih oleh perwira Amerika, Perancis, Arab dan Israel.
Infrastrutur pertahanan Amerika dan badan inteligent (CIA ) terlibat langsung melahirkan ISIS dan Al Qaeda sebagai pion perlawanan terhadap kepentingan Rusia di berbagai negara (Afghanistan, Bosnia-Herzegovina, Chechnya, Irak, Suriah). Transformasi ISIS pada bulan Mei menjadi organisasi regional (bukan lagi cabang regional dari sebuah organisasi global), dan siap untuk memenuhi peran yang ditugaskan oleh sponsornya utamanya.
Organisasi ini tentu dikendalikan oleh Abu Bakr al-Baghdadi, tetapi berada di bawah otoritas Pangeran Abdul Rahman al-Faisal, saudara Pangeran Saud al-Faisal (menteri luar negeri Saudi ) dan Pangeran Turki al-Faisal. Pada bulan Mei, al-Faisal membeli sebuah pabrik senjata di Ukraina. Senjata berat diterbangkan ke bandara militer Turki, lalu MIT (Turki Secret Service) meneruskannya dengan kereta api khusus untuk ISIS. Tampaknya tidak mungkin bahwa arus pasokan senjata tersebut bisa dilakukan tanpa melibatkan NATO. Itulah konpirasi membuat ISIS exist dan berperan significant menggoyang pemerintah Irak dan Suriah.
Dengan dukungan senjata modern dan standard skill prajurit diatas rata rata maka tidak sulit bagi ISIS untuk menguasai kota yang menjadi targetnya. Cara cara pasukan ISIS menaklukan wilayah percis sama dengan cara Kengis khan. Di Suriah, ISIS menyembelih masyarakat sipil dan tentara. Menyalib umat Kristen. Setiap wilayah yang ditaklukannya, para wanita kristen dan kurdi dijadikan budak. Bahkan diperjualbelikan di pasar. Kisah kekejaman pasukan ISIS ini menjadi momok menakutkan bagi warga Irak. Menurut William Lacy, mantan duta besar AS untuk Afrika Selatan, setidaknya 550.000 warga Irak telah melarikan diri saat jihadis menguasai kota.
Pada 29 juni 2014 , ISIS melalui juru bicara resminya merilis sebuah pesan audio yang isinya mengumumkan berdirinya Khilafah Islamiyah dengan wilayah kekuasaan membentang di Irak dan Suriah dengan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi, ditetapkan sebagai Khalifah. Bagaimana kekuatan miiter Khilafah ini? Charles Lester, peneliti Pusat Brookings Institute yang terletak di Doha, menyebutkan perkiraan jumlah pasukan organisasi Khilafah Islamiyah di Suriah mencapai 6000 atau 7000 personil. Sedangkan di Irak, sekitar 5000 hingga 6000 personil.
Dengan berdirinya Khilafah Islam maka ISIS keluar dari skenario Amerika. ISIS punya agenda sendiri, berbalik jadi ancaman bagi Amerika dan sekutunya di Timur Tengah. Karenanya Mesin pembunuh (ISIS) ini harus dimusnahkan. Apalagi Abu Bakr al-Baghdadi, berjanji akan memimpin pendudukan Roma dan mengajak kaum muslim untuk migrasi ke “negara”nya dan untuk berjuang di seluruh dunia di bawah naungannya. Seorang analis Delma Institute di Abu Dhabi, menuliskan bahwa Baghdadi menghadirkan tantangan paling radikal sejak kemunculan Osama bin Laden dan Al-Qaeda. Khilafah Islamiyah bisa menjadi magnit bagi seluruh kaum militan radikal islam untuk bergabung. Ini acaman serius bagi seluruh dunia. Target Khilafah Islamiah bukan hanya Irak dan Suriah tapi juga seluruh jasirah Arab , bahkan seluruh dunia .Inilah yang membuat seluruh negara Arab merasa kawatir dengan perkembangan ISIS yang berubah menjadi Khilafah Islamiah.
ISIS tidak lagi tergantung pendanaan dari sponsornya. Hasil jarahan brangkas bank central Irak cabang Mosul dan penjualan minyak dari kilang yang dikuasainya lebih dari cukup bagi ISIS untuk mandiri membiayai agendanya. Karenanya ISIS menjadi ancaman serius. Iran bersama Rusia akan meningkatkan bantuan militernya kepada Pemerintahan Nouri al-Maliki guna menghadapi ISIS. Bahkan Iran bersedia bekerjasama dengan Amerika untuk menghadapi ISIS.
Amerika Serikat pun bersikap, dengan mengirim kapal perang. Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel menurunkan persenjataan militernya, termasuk jet tempur yang diangkut menggunakan kapal perang USS George HW Bush, dari Laut Arab Utara. Selain itu, kapal pengangkut rudal penjelajah USS Philippine Sea dan kapal pengangkut rudal penghancur USS Truxtun juga bakal diluncurkan ke Irak.
Raja Arab Saudi Abdullah, khawatir dan ketakutan, lalu bertekad untuk menghancurkan ISIS yang semakin mendekat ke wilayah tersebut. Kekhawatiran Arab Saudi itu wajar sebab negeri kerajaan itu memiliki perbatasan darat sepanjang 800 kilometer dengan Iraq. Yordania mulai memperketat garis perbatasan negaranya dengan Iraq pasca takluknya kota Rutbah dan pos perbatasan al Walid di tangan khilafah Islam Iraq dan Syam ISIS. Garis perbatasan Yordania dengan Iraq sepanjang 181 kilometer tersebut kini dikawal oleh berlapis-lapis pasukan.
Ada dua group yang berhadapan dengan khilafah Islamiah ISIS ini, Group pertama, front Rusia bersama Iran yang lebih bertujuan melindungi rezim otoriter al-Maliki yang syiah di Irak dari aksi teror ISIS. Group kedua, front AS bersama Arab Saudi dengan target menghancurkan Khilafah Islamiah ISIS serta membubarkan pemerintahan Irak untuk dibagi menjadi tiga negara kecil.
ISIS hanyalah riak kecil yang muncul kepermukaan akibat perang antara Rusia dan Amerika dalam berebut hegemoni kawasan.Ini bukan soal perjuangan mulia menegakkan khilafah Islam.Ini hanyalah pertarungan dua group predator untuk menguasai business multi trilion dollar dari ladang minyak dan Gas di Irak. Ya Irak akan terus membara dan rakyat sipil akan terus menderita karenanya...
5 comments:
Tulisan yang bermanfaat...salam
Yg saya bingung, kenapa di awalnya dibentuk oleh AS tp kenapa, "Group kedua, front AS bersama Arab Saudi dengan target menghancurkan Khilafah Islamiah ISIS"?
yg saya bingung. siapa yg memasok senjata ke ISIS klo sponsor utama sudah lepas tangan?? apakah ISIS sudah mandiri dlm hal persenjataan?? lalu siapa pula yg membeli minyak2 dr ladang yg di kuasai ISIS??? seharusnya Amerika bs meng embargo negara pembeli minyak mereka dan di cap membantu terorisme ...
Sasono Arisandi,Ketika ISIS sudah menyimpang dari awal dibentuknya maka ia sudah menjadi ancaman bagi yang membentuknya.
生活, selalu tersedia senjata dipasar gelar selagi ada uang. Pembeli minyak ISIS ? selalu ada pembeli dari pasar gelap seperti pedagang China dan Rusia yang palng jago beli minyak dari sumber gelap alias ilegal..keadaan ISIS sekarang sama dengan Al Qaeda...anak haram yang akhirnya harus dimusuhi untuk dimusnahkan..tapi tidak mudah...
Roque nation
Post a Comment