Friday, February 29, 2008

Mereka

Kita berada dalam perang pencerahan yang menamakan diri tentang pluralisme, yang juga adalah ruh dari paham demokrasi. Diluar paham itu , mereka sebut adalah Eksklusif , yang hanya akan melahirkan terorisme, dan juga inklusif, hanya akan menimbulkan persaingan hegemonic. Singkatnya, diluar paham pluralisme adalah mereka yang anti perdamaian. Sebatas ini kelihatanya , kita dapat terima. Namun menjadi lain bila budaya eksklusif di identikan dengan paham agama. Seakan agama adalah dogma yang menghampat pencerahan dalam bersikap untuk mencapai perdamaian dimuka bumi. Sikap seperti ini , tidak lain adalah bertujuan untuk menyudutkan agama sebagai pegangan hidup dan mengikisnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Pluralisme atau kemajemukan membenarkan dan menghalalkan apapun perbedaan sebagai sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan atau dipersengketakan. Jargon yang diusung adalah Freedom, peace and equality. Its fine. Masalahnya bagaimana dengan perbedaan jurang yang luas antara yang kaya dan miskin. Bagaimana perbedaan keadilaan terjadi ditengah masyarakat. Apakah ini juga harus dibenarkan dan dimaklumi. Kelihatannya ini, hanyalah alasan untuk menihilkan perlawanan terhadap adanya ketimpangan ditengah peradaban manusia , yang diakibatkan oleh sifat rakus dan ingin benar sendiri. Atau cara lain untuk mengatakan “ Kemiskinan dan ketidak adilan harus diperjuangkan. Tapi tidak boleh berkata “ system yang menimbulkan ketidak adilan dan kemiskinan harus diperangi. Tidak boleh ! Kalau ada yang mempertanyakan itu maka akan dicap eksklusif! Terorisme.!

Mereka yang berada dibalik kekuataan yang mempropagandakan pencerahan ini, tentu mempunya tujuan yang sangat strategis bagi kepentingan kelompoknya.kekuatan "mereka sangat raksasa . Pengaruh ”mereka” berada dipusat pusat keuangan dunia, pusat kekuasan Negara super power. ”Mereka” bergerak dengan sangat sistematis dan didukung oleh infrastrucuture yang menggurita diberbagai sektor, seperti media massa, LSM, dll. Makanya tidak aneh bila berbagai media massa di Indonesia dan juga LSM baik yang berbendera Islam maupun Kristen ikut terlibat mengkampanyekan tentang pluralisme ini. Tanpa melihat esensi dibalik pencerahan pluralisme itu.

Yang pasti bagi “mereka” Agama adalah musuh dan Islam sebagai target yang harus diperangi. Sebagaimana ungkapan Michele Steinberg: "But Iraq is just another stepping stone to turning the anti-terrorist 'war' into a full-blown 'clash of civilizations', where the Islamic religion would become the enemy image in a New Cold War". Ini ungkapan yang disampaikan pada tanggal 28 oktober 2001. Setelah itu , terbukti Amerika menyerang Afganistan, Irak. Alasannya memerangi terorisme , sengaja diciptakan untuk membentuk opini publik melalui peristiwa penuh rekayasa seperti peristiwa WTC di New York. Dengan menempatkan jaringan Al Qaida sebagai pelaku. Yang diusung adalah export paham demokrasi melalui misi anti teror.

Indonesia sebagai negara yang mayoritas beragama Islam dan sedang dalam cengkaram paham pluralis ini , harus dipertahankan oleh “mereka”. Apapun taruhannya.! “Mereka” menyadari bahwa persatuan dan kesatuan negeri ini , setiap saat dapat bangkit melawan bila kemiskinan dan keadilan tidak terpenuhi,. Pemicunya tentulah agama. Makanya Islam sebagai kekuatan terbesar dinegeri ini, diyakini sebagai hidden power yang harus dilumpuhkan secara sistematis. Isu islam identik dengan terorisme harus dibentuk. Para penguasa dan cerdik pandai harus diyakinkan tentang ini. Tapi apa dasarnya ? Maka teori intelligent tentang perpecahan melalui opini bad image Islam harus dibangun. Peristiwa pembeboman diberbagai kota dan di Bali , yang meledakan Sari Club dengan menewaskan banyak orang adalah bagian dari operasi intelligent “ mereka” Bukti ini terungkap pada tanggal 27 Maret 2007, Wayne melaporkan tentang data intelligent seperti yang
ditulisnya .Namun laporan ini hanya bertahan beberapa hari dan kemudian di drop tanpa diketahui sebabnya. Lagi lagi ini bukti "mereka" tidak suka liberalisme media massa kalau merugikan mereka.

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa ada hubungan yang significant antara militer US dengan Israel dalam peristiwa Bom Bali. Ada pesawat Dash -7 yang terdaftar di Queensland, Australia , mendarat di Bandara Denpasar Bali , hanya berselang sejam sebelum ledakan besar itu terjadi di Sari Club. Team meliter Israel datang ke rumah sakit setelah ledakan terjadi dan menemukan 4 mayat warga kulit putih untuk dibawa keluar dari bali dengan menggunakan pesawat Dast-7 yang terbang beberapa jam setelah bom meledak. Pesawat ini mendapat izin terbang melintasi wilayah singapore tanpa diketahui tujuannya.

Anehnya data peswat ini baik kedatangannya maupun keberangkatannya tidak ada dalam log di bandara Ngurahrai. Namun dapat dibuktikan bahwa Dast -7 dimiliki oleh Israel. Connection team ini sudah terbentuk bersama CIA sejak tahun 1998 dan terlibat dalam berbagai peristiwa ledakan bom di Indonesia. Disamping itu , data dari BIN juga menguatkan tentang keterlibatan pihak asing dalam ledang bom bali. Dimana bomn tersebut diledakan denagn menggunakan remot control berjarak puluhan kilometer. Tujuannya adalah memecah belah persatu dan kesatuan negeri ini.

Targetnya adalah islam. Yang jelas sampai pada jatuhnya keputusan hukuman mati oleh Pengadilan bagi Imam Samudra CS, tidak bisa membuktikan dan menjawab pertanyaan ” bagaiman bomb itu bisa dibuat dengan kemampuan sama dengan micro nuclear ?” Semua bukti dipengadilan hanya memuat tentang bukti yang dipaksakan untuk melahirkan satu keputusan yang sudah ditetapkan didepan. Lagi lagi ini juga membuktikan bahwa pluralisme hanya ada dalam ruang ” mereka” dan tidak bagi Iman Samudra CS , yang berteriak lantang melawan system yang mengakibat kemiskinan dan ketidak adilan terus terjadi dimuka bumi ini. Pluralisme yang berlindung dibalik demokrasi tidak lebih hanyalah bercita cinta menciptakan keamanan dan kemakmuran untuk golongan ”mereka” sendiri, bukan untuk yang lain. Percayalah! Nah dimanakah kita berdiri...???

Dunia Baru

Dulu kala ketika kaum bangsawan hidup dalam keemasannya, ada tembok tebal yang memisahkannya dengan kelompok rakyat jelata. Sangking tebalnya tembok itu maka tidak ada satupun budaya bangsawan yang menular kepada rakyat jelata. Kalau kaum bangsawan hiruk pikuk dalam canda tawa pesta dansa, maka rakyat jelata duduk melingkar melantunkan gurindam secara bersama sama. Atau menonton wayang golek atau bergurau dipos ronda. Dua dunia yang berbeda dengan budaya yang berbeda pula. Kalau akhirnya terjadi perlawanan dari kaum terdidik yang bosan dengan kepengohan kaum bangsawan maka itu bukanlah berasal dari rakyat jelata. Itu justru karena pemberontakan dari dalam kaum bangawan sendiri.

Selanjutnya terjadi fenomena dimana kaum bangsawan melahirkan anak kandung bernama kapitalis. Mereka tidak lagi membangun tembok tebal tapi tembok yang transfarance bagi semua golongan. Kapitalisme yang melahirkan revolusi industri dan jasa , juga melahirkan individualisme. Budaya individualisme ini merasuk kedalam kehidupan kaum jelata melalui model pakaian, gaya hidup ( life style ). Karena system kapitalis membutuhkan pasar dan emosi publik untuk membeli semua produk dan jasa yagn dihasilkan. Makanya negara yang lemah berproduksi mendapatkan peluang untuk maju sebagai konsumen , dengan mendapatkan limpahan hutang luar negeri. Ada system pencipta pasar melalui hutang dan korupsi, ada pula system yang mendorong tumbuhnya industri dengan nilai tambah super tinggi , hingga membuat yang berhutang tidak mampu membayar dan terus berhutang.

Ketika akumulasi laba melahirkan akumulasi modal karena tidak diiringi oleh peningkatan konsumsi modal ,yang justru menimbulkan tingkat tabungan disektor keuangan dan perbankan semakin tinggi. Maka konsep ekonomi pasar keuanganpun berkembang untuk memuaskan pemilik modal. Tingkat suku bunga dan resiko masa depan diperdagangkan dalam ranah maya. Akibatnya sembilan puluh persen dana berputar disektor fianancial dan hanya menyisakan sepuluh persen untuk sektor riel. Pada tahap ini negara penghutang mulai kehilangan darah karena modal semakin mahal. Mata uang semakin terdulasi. Iinvestasi sektor riel melambat jauh dibawah pertumbuhan angkatan kerja dan kelahiran. Disinilah kegamangan mulai mencuat disetiap forum perundingan penyelesaian hutang.. Mereka berteriak tentang kebijakan sirkus masa lalu yang menghasilkan kemiskinan , kerusakan lingkungan dan hanya menguntungkan negara pemberi pinjaman.

Episode selanjutnya adalah akumulator modal semakin terjepit karena sektor financial sampai pada puncak ketidak seimbangan. Harga saham bursa terkoreksi, mata uangpun terkoreksi. Kapitalispun terpuruk dan menjadi caci maki karena meruntuhkan banyak MNC dalam kubangan masalah debt to equity ratio. Ditambah lagi , sektor perbankan mulai kesulitan mengatur likuiditas karena kredit macet dari banyak negara penghutang. Memang situasi yang tidak bersahabat bagi semua. Namun , kembali lagi kapitalis menjadi trouble shooter , dengan memaksa negara miskin untuk mereformasi system politik menjadi demokratis. Agar modal berlebihan disektor financial mendapat saluran yang ” tepat ”dan akhirnya nilai nilai demokrasi hanya melegalkan penguasaan pasar bagi pemodal dan labapun sebagai dokrin yang harus ditaati.

Paham demokrasi adalah bagian dari globalisasi sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari untuk mendapatkan akses modal. Globalisasi yang bernafaskan neoliberal adalah satu satunya solusi yang tidak boleh ditawar. Batas negara terdegradasi dan kebijakan publik yang anti pasar harus dihapus. Privatisasi harus dipacu. Dukungan sosial bagi kaum miskin adalah pemborosan. Apapun kebijakan negara dibidang sosial , politik, budaya harus lah berorientasi kepada pasar dan pasar. Agar pertumbuhan ekonomi terus melaju walau hanya dalam bentuk angka angka makro yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan mikro.

Mungkin keberadaan negara miskin sudah menjadi momok yang menakutkan bagi eksitensi negara kapitalis , terutama ancaman lingkungan hidup, berkurangnya natural resource. MDGs dicanangkan untuk mengurangi kemiskinan diseluruh dunia. Sayangnya ketakutan ini tidak membuat kapitalisme terkoreksi lebih humanis, program pengentasan kemiskinan ( MDGs) tetap saja tidak menyelesaikan masalah tentang keadilan akses modal, sebagaimana Jeffey Sachs yang menulis dalam bukunya The End of Poverty (2005), bahwa situasi kemiskinan ekstrem itu ditandai oleh tiadanya enam macam modal (capital): (1) human capital, (2) business capital, (3) infrastructure, (4) natural capital, (5) public institutional capital, (6) knowledge capital. Seharusnya inilah yang diperjuangkan untuk mendapatkan keadilan bagi mereka yang miskin. Tapi Perpres No. 77 tahun 2007 sebagai acuan UU Penanaman Modal yang baru, hanya melihat keadilan bagi pemilik Modal. Istilah PMA dan PMDN dihapus. Semua potensi negeri ini adalah milik siapa saja yang mampunyai akses modal.

Yang pasti , besok , jargon "tatanan dunia baru " yang dicanangkan oleh penggagas demokratisasi dan globlisasi akan menjadi kenyataan sebagaimana lagu Imagine "You may say that I'm a dreamer/ But I'm not the only one / I hope someday you'll join us / And the world will live as one. Kemerdekaan dan kebanggaan sebagai bangsa berdaulat telah tergadaikan. Kumpulan komunitas miskin akan tetap menjadi catatan statistik yang dipedebatkan tanpa ada penyelesaian tentang keadilan dan kesejahteraan. Memang masa depan yang tidak menjanjikan apa apa...Dont cry Indonesia.!

Ekonomi Pasar

Kapitalisme bicara tentang pasar bebas bahwa kita perlu hokum pasar bekerja agar demokratisasi ekonomi dapat terwujud. Karena pasar menciptakan kompetisi. Kompetisi menciptakan efisiensi. Efisiensi menciptakan professionalitas. Professionalitas menciptakan transfarance . Transfarance menciptakan intelektualitas dan moral sebagai modal untuk membangun masyarakat menengah yang solid. Ini hukum yang diyakini dari sebuah dogma demokrasi liberal. Dengan demikian maka tidak boleh pasar dipagar dengan dogma nasionalisme , yang berkata tentang tanah , air dikuasai oleh negara untuk kesejahteraan masyarat luas. Itu kuno alias distorsi pasar. Inilah situasi sekarang yang menjadi dogma baru kita dalam berbangsa dan bernegara. Melawan itu berarti anti demokrasi. Benarkah ? Coba kita lihat India dan China sebagai negara yang percaya pasar dan berkembang karena pasar.

India adalah satu contoh negara demokrasi bebas. Tapi mereka memilih demokrasi sosialis. Politik menjadi terbuka dan bebas untuk merebut legitimate rakyat tapi soal pembangunan maka mereka memilih sosialis. Bukan pasar bebas. Import diatur ketat oleh pemerintah dan produksi dalam negeri harus menjadi raja dipasar walau kualitas tidak memadai. Pendidikan disubsidi besar besaran. Infrastructure ekonomi dibangun besar besaran walau harus mengorbankan tunjangan sosial bagi rakyat miskin. Harga kebijakan yang mahal dengan proses waktu yang tidak sebentar. Akibatnya , memang India membangun dengan lambat namun pasti menuju kepada kemandirian rakyat. Kini india bangkit sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia yang mencengangkan. Perpaduan demokrasi dan nasionalisme untuk kepentingan sosial terbentuk dari karakter budaya india yang lebih mengutamakan kebersamaan untuk kehormatan bangsa.

China , tidak mengenal demokrasi bebas. Hak politik bebas digebiri. Ini pilihan mereka yang lebih mementingkan komunitas kacamata kuda untuk menciptakan stabilitas. Dalam soal pembangunan ekonomi mereka berkata ” Pasar harus dibuka tapi kapitalis harus dihindari” Ibu dari kapitalis adalah pasar bebas. China hanya dapat menerima pasar asalkan ibu kandung dari pasar bebas dikangkangi oleh negara. Makanya uang sebagai ibu kapitalis dikontrol dengan ketat. Mata uang dikendalikan oleh negara. Inplasi musuh nomor satu. Akibatnya pasar disiasati dan harga dipermainkan melalui subsidi infrastructure ekonomi besar besaran. ” Kami tidak melawan pasar bila kami menciptakan system transfortasi yang murah agar distribusi barang menjadi efisien. Kami tidak melawan pasar bila industri hulu kami merugi agar industri hilir kami efisien. Kami tidak melawan pasar bila aliran modal keluar dibatasi. Kami tidak melawan pasar bila petani tidak dipajaki dan pajak PMA lebih mahal daripada pajak PMDN. Kami tidak melawan pasar bila usaha retail international tidak boleh masuk dikabupaten atau berdekatan dengan usaha tradisional. ” Diluar itu , pasar silahkan berbuat apa saja yang mereka mau. Akibatnya kini china menjadi kekuatan ekonomi dunia yang sulit ditandingi oleh negara maju. Lambat namun pasti pendistribusian kemakmuran berjalan secara significant.

Kapitalisme , sosialis , komunis , semua bicara tentang pasar bebas. Manakah yang tepat untuk sebuah peradaban ? Tidak ada yang tepat bila itu menjadi universal. System dibangun haruslah berdasarkan budaya yang hidup ditengah masyarakat. Karena masyarakat adalah kumpulan orang yang tidak bisa menghindari socio culture dari lingkungannya. Inilah yang harus dipahami oleh kita semua bila tidak ingin kebijakan tidak applicable dengan kebutuhan masyarakat. Mengenal masyarakat adalah kunci berhasilnya sebuah kebijakan publik. Kini produk import membanjir pasar ditengah masyarakat yang lemah bersaing, lemah berproduksi dan akhirnya tak berdaya dan siap menjadi penonton dan jongos dari kekuatan kapitalisme. Lantas untuk apa sebuah kemerdekaan harus dibayar dengan darah dan airmata.?

Bermain untuk menang

Dunia dari sejak dahulu kala memang lahir dari banyak gejolak karena faktor kepentingan. Tidak ada rasionalitas budaya atau agama yang dapat membenarkan dari sebuah pembenaran bila kenyataanya perang harus terjadi,pembunuhan massal harus terjadi. Semua berawal karena masalah sosial dan ekonomi yang tidak mendapat ruang untuk dijabarkan secara filofi maka jalur politik adalah satu alternative yang bisa menjawabnya.

Kemerdekaan Indonesia , karena memontum yang tepat untuk merdeka ditengah kebenaran politik international untuk mengikis semua kekuatan Nippon diseluruh dunia. Para politisi kita kala itu sadar betul bahwa kemerdekaan ini akan didukung penuh oleh musuh jepan karena rakyat Indonesia akan bangkit melawan kekuatan jepang yang tersisa setelah jatuhnya bom atom di nagasaki dan hiroshima. Politisi kita kala itu memang politisi negarawan dan berkelas international. Yang sangat sadar dan paham betul cara mengambil setiap momentum gejolak international untuk kepentingan nasional. Walau pandai memanfaatkan momentum bukan berarti bebas mendapatkanya. Masih ada perjuangan panjang dalam berbagai politik international yang melibatkan kekuatan intelligent untuk merampas kembali apa yang sudah didapat oleh Indonesia. Inipun disadari oleh para politisi kita dengan memperkuat barisan nasional dan menggalang solidaritas negara negara ex jajahan untuk bersatu dalam satu gerakan Non Blok. Semua itu tidak lain , bertujuan memperkuat tawar menawar negara dihadapan pemenang perang dunia kedua. Setidaknya 20 tahun Soekarno berkuasa dia berhasil menentukan sikap untuk berkiblat ke China ( tidak kepada Uni Soviet ) untuk menjadi kekuatan global ketiga setelah Amerka, USSR.

Soeharto , masuk dengan jargon orde baru. Tentu dibalik era baru ini ada kekuatan Amerika dan groupnya. Ini tidak bisa lepas dari kelanjutan perang dingin. Tapi Soeharto berserta teamnya dapat memanfaatkan posisi Indonesia dengan cerdas ditengah gejolak politik luar negeri yang semakin memanas. Miliar dollar uang masuk ke Kas Orde Baru. Uang begitu mudahnya mengalir dan juga terserap untuk pembangunan nasional. Soal berapa persen dikorup oleh korporate AS dan pejabat Indonesia , atau berapa persen digunakan untuk kesejahteraan rakyat , itu masalah lain. Yang pasti, ada politik bermain maka hukum ekonomi menjadi hablur. Indonesia yang lemah daya saing, lemah sdm, lemah pengalaman , mendapatkan segala galanya dari Amerika. Ini reward dari perjuangan kejeniusan politik orde baru untuk tidak hanya sebagai alat tapi juga mendapatkan manfaat maximal sebagai alat tanpa mengorbankan harga diri bangsa.

Soeharto tersingkir , tentu semua tahu ini semua berkat kampanye demokrasi yang dicanangkan Amerika setelah berakhirnya perang dingin. Amerika butuh jargon baru untuk mempertahankan legit nya sebagai penguasa dunia. Maka paham demokrasi adalah kendaraan baru dan menjadi wahana untuk melegalkan amerika bergerak sesuai yang dia mau. Karena katanya demokrasi adalah juga HAM, maka perjuangan AS juga adalah perjuangan HAM. Pro demokrasi hanya berhasil mendorong AS menjatuhkan Soeharto dan setelah jatuh , maka selesai. Selanjutnya adalah keikhlasan untuk menerima segala kondisi yang ditentukan oleh AS yang berkaitan dengan demokratisasi ekonomi , yang pada intinya demokrasi dari pasar , oleh pasar dan untuk pasar.

Sepuluh tahun berlalu, tidak ada kemajuan dan tidak ada lagi yang gratis. Semua harus berdasarkan hukum sebab akibat pasar. Termasuk untuk mendapatkan bantuan dana luar negeri. Indonesiapun harus masuk kedalam system pasar uang Amerika melalui 144 A SEC Act dan global bond yang diterbitkan oleh Indonesia berbunga komersial , dibeli oleh private investor yanga tergabung dalam Qualified Intitutional Purchasers. Rakyat tidak tahu ada apa dibalik penjualan underwriting penjualan bond ini. Karena
144 A Sec memang penuh rahasia dari kalangan publik.

Tapi bagaimanapun, perjalanan waktu membuat kita sadar dan kesempatan itu masih ada. Dunia akan terus bergolak dan kepentingan Indonesia sebagai negara berpenduduk nomor lima didunia serta penduduk beragama moslim terbesar, tetap diperhitungkan. Tapi memang kita butuh pemimpin politisi negarawan yang cerdas mengelola komplik regional/ international tersebut untuk kepentingan nasional. Satu contoh, dalam hal memanfaatkan situasi politik di Myanmar. Disini ada dua kekuatan besar sedang bertikai. Yaitu RRC dan Amerika.. Junta militer yang sekarang berkuasa adalah dukungan RRC dan sementara AS berusaha menjatuhkan dengan jargon demokrasinya. Tapi sebetulnya , yang diincar AS adalah deposit gas nomor dua didunia yang dimiliki oleh Myanmar dan juga kandungan minyak di Teluk Benggala yang juga luar biasa.

Nah bisakah indonesia mengambil peran strategis dari komplik ini ? Ada agenda besar yang harus diperjuangkan dengan politik keras dan cerdas, yaitu masalah hutang luar negeri...era Soeharto dan kegagalan IMF melakukan recovery Economi. Sebetulnya ini bukanlah masalah besar dan ruwet kalau AS mau berbuat. Setiap hari AS berutang kepublik untuk membiayai roda pemerintahannya yang boros sebesar
USD 1,8 billion. Artinya 4 bulan AS berutang sama dengan jumlah hutang luar negeri indonesia selama 6 president berganti berkuasa di negeri ini. Nah, Bila AS tidak peduli maka sebaiknya kita melirik ke Beijing ...mungkinkah? . Apapun pilihan kita tidak akan ada artinya apabila kita tidak bisa mendapatkan apapun dari pilihan itu.

Paradox : AS

Tanyalah kepada siapapun yang pernah mengenyam pendidikan di AS maka mereka tentu punya segudang kekaguman dengan segala budaya tentang Amerika. Mereka mengenal Amerika sebagai bangsa yang inovasi nya tinggi sekali. Bangsa unggul dalam kompetisi technology. Bangsa yang creative. Hebatnya semua itu mereka sebut sebagai akibat dari sebuah budaya demokrasi yang mengakar dalam masyarakat. Jadi kunci kemakmuran suatu bangsa apabila hak berkreativitas dijamin oleh negara dan itu hanya mungkin apabila ada kebebasan dan anti kelas. Sehingga semua buku yang ada diperpustakaan di unversitas Amerika dilahap begitu saja. Nanti kalau menulis tesis tentang sosial , politik, budaya , ekonomi maka teori ini akan memenuhi footnote. Mereka bangga dan puas bahwa mereka dibesarkan dalam keilmuan oleh bangsa yang tinggi budayanya.

Sekarang , mari kita lihat cerita paradox tentang Amerika. ..

AS paling vocal bicara tentang perlunya pelestarian alam dan lingkungan hidup. AS punya segudang aktivis yang menumpang hidup dalam banyak yayasan untuk mengkampanyekan lingkungan yang bersahabat. Tapi lihatlah, konsumen terbesar bahan bakar minyak adalah bangsa Amerika dan berperan penyumbang terbesar pencemaran udara. Hampir 80 persen pemain kunci dibidang industri pengolahan minyak bumi dikuasai oleh perusahaan AS. Perusahaan multinasional AS menjarah hutan Brazil , Argentina , Mexico. Lembaga keuangannya mendukung pembiayaan terbesar untuk industri plywood di Indonesia dan berperan besar menjadikan hutan Indonesia gundul. Juga dbidang mining di Afrika, Asia dan Amerikan latin , dikuasai oleh para kapitalis AS dan semuanya berperan besar merusak ekosistem. Hebatnya, yang mereka rusak bukan hanya lingkungan hidup tapi juga manusia yang hidup dari lingkungan itu, terpinggirkan karena seluruh laba mengalir ke AS dan menyumbang pajak untuk kejayaan AS.

Dulu ketika minyak di embargo oleh negara Arab, harga minyak melambung sampai USD 60 perbarel dan bangsa AS tetap bisa membeli walau dihadang kriris energi. Namun dengan dibentuknya OPEC harga mulai turun sampai USD 15 dollar dan bahkan pernah mencapai USD 8 per barel. Amerika merasa nyaman dengan harga itu dan masih terus berusaha untuk menekan harga minyak. Kini karena mesin pertumbuhan ekonomi china dan India yang begitu rakus melahap bahan bakar minyak, membuat harga minyak terus melambung hingga hampir sampai mencapai harga USD 100. Anehnya pasar AS terus saja mengkosumsi minyak. Artinya harga itu tetap diterima. Maka selama lebih 25 tahun ekonomi bangsa AS telah menikmati subsidi harga luar biasa besar dari negara produsen minyak,yang notabene sebagian adalah negara miskin yang hidup dari hutang dengan group Amerika. Kalau dihitung jumlah subsidi harga itu maka tidak sebanding dengan jumlah pinjaman luar negeri yang diterima oleh negara miskin , terutama dari Indonesia. Tapi tetap saja Amerika menuntut agar negara penghutang membayar hutangnya tanpa peduli. Mereka penggagas soal HAM tapi sebetulnya merekalah teroris diplanet bumi ini yang melakukan teror secara systematis, hingga negara miskin terjerat hutang yang mengakibatkan krisis anggaran dan kehilangan daya mendukung program sosialnya.

Dulu dan sekarang Amerika digaris depan mendukung pasar bebas. Tapi kenyataannya merekalah negara yang digaris depan melindungi industrinya dari kebangkrutan akibat serangan barang barang import dari china yang semuanya serba murah. Mereka tidak peduli dengan jargon pasar bebas free entry / free out. Rakyat amerika dan lainnya baru menyadari bahwa selama lebih dari 30 tahun mereka mensubsidi para produsen AS dengan membayar produk sepuluh kali lipat dari harga pokok. Data riset dari FED menyebutkan bahwa rakyat amerika setiap tahunnya membayar kelebihan harga sebesar USD 1 triliun. Bagaima dengan bangasa lain yang juga mengkonsumsi produk AS.? , tentu sama saja. Artinya pengusaha amerika yang dikenal sebagai sponsor dana kemanusiaan untuk demokratisasi , ternyata adalah perampok dan penipu terbesar dalam sejarah peradabadan umat manusia.

AS dikenal sebagai Negara yang berada digaris depan memerangi terorisme,. Tapi kenyataannya , pendudukan pasukan Amerika di Irak telah mengakibat krisis berkepanjangan bagi Irak., Mengakibatkan lebih dari 5 juta penduduk keluar dari Irak dan lebih dari 500,000 orang hidup dikamp pengungsian.. Ribuan rakyat Irak disiksa, dilecehkan dipenjara Abu Ghuraib di Irak, Bandingkan dengan korban ledakan bomb WTC ? bandingkan! AS telah menggiring ribuan aktivis kemanusiaan yang anti kebijakan politik luar negerinya ke Tanjung Guantanamo dan Bagram untuk ditahan dan disiksa tanpa diadili... Sejak kejatuhan pemerintahan Taliban di Afganistan, pasukan pimpinan AS telah menangkap dan menahan ribuan orang dan warga negara asing lain di fasiitas pertahanan AS di pangkalan udara Bagram. CIA juga menahan tahanan yang tak jelas jumlahnya, di pangkalan udara Bagram dan lokasi lain di Afghanistan, termasuk di Kabul . Ada banyak laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia oleh personel militer dan intelijen AS di Afghanistan. Semua itu dilakukan tidak lebih menjaga kesinambungan mereka mengontrol business trliunan dibidang energi. Inikah demokrasi yang berbicara indah tentang pluralisme, kebebasan, perdamaian dan kesetaraan

Kita semua tahu bahwa AS creator dan inovator system demokrasi modern yang paling hebat. Tapi lihatlah kenyataanya justru AS pendukung utama pemerintahan dictator, dan memelihara monarkhi seperti Arab Saudi , Kwait, Emirat Arab dan lainnya. Karena Negara Negara ini para pemimpinnya mau diatur oleh mereka dan memberikan laba kepada corporate trannasionalnya. AS juga sebagai investor terbesar di Cihna yang bukan Negara demokrasi karena mereka butuh mengembangkan akumulasi modalnya dinegara dengan populasi terbesar didunia. Amerika pendukung reformasi di Thailand dan penegakan hokum sipil tapi nyatanya AS juga yang melindungi koruptor ex PM Thailand yang lari dari kajaran pengadilan Thailand dan memaksa PM itu dipilih kembali melalui cara demokrasi yang culas untuk menggantikan penguasa militer. Hanya karena pemerintah militer tidak lagi menurut dengan AS.

Pro demokrasi yang dbiayai oleh AS, membenci militer kembali berkuasa karena dikawatirkan mengancam HAM tapi tidak ada satupun yang berani menentang kejahatan HAM yang dilakukan oleh Amerika dengan berbagai pusat tahanan yang rahasia dan kejam itu. Tidak ada yang berani mengecam kebijakan ekonomi AS dan politik luar negerinya yang mengakibatkan banyak negara miskin seperti Indonesia terjebak dalam hutang luar negeri hingga tak berdaya menopang anggaran kebutuhan sosial rakyat. Tidak ada yang berani melawan AS ketika dia melakukan kebijakan anti pasar bebas dengan melindungi petaninya dari produk import, melindungi industri dalam negerinya dari serangan produk murah china. Tidak ada yang berani memprotes AS yang menerapkan system perdagangan pasar uang yang serba rahasia ( non diclose, non transafarance alias anti system demokrasi ) seperti 114 A SEC Act…Mengapa ??? Kok masih saja percaya dengan selaga jargon yang dibawa oleh AS

Hutang Luar negeri

Keberadaan Soeharto sebagai penguasa orde baru tidak terlepas dari pertarungan dua kekuatan besar, yaitu group Barat dengan dikomandani oleh Amerika dan UniSoviet. Atau istilah yang kita kenal dengan “perang dingin”. Naiknya Soeharto dan jatuhnya Soekarno adalah kemenangan Amerika di asia tenggara terhadap pengaruh paham komunis. Konsekwensinya Amerika dan barat harus memberikan dukungan penuh bahgi Indonesia agar tidak terjebak dalam kemiskinan. Karena disadari dari pengalaman revolusi yang terjadi di china , bahwa kemiskinan menyuburkan tumbuhnya paham komonisme.

Makanya , peran ekonom Indonesia lulusan Universtas Amerika atau dikenal dengan Mafia Barclay , juga tidak bisa dilepaskan dari situasi ini. Mereka membawa paham baru tentang paradigma pembangunan yang sebelumnya bertumpu pada kekuatan rakyat atau istilah dikenal Berdikari. Paradigma mereka sederhana bahwa perlunya suatu grand design pembangunan nasional yang mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi dan pemeretaan atau dikenal dengan istilah teori Rostow. Inipun dipakai oleh Korea Selatan, Malaysia, Thailand dan Singapore , Taiwan, Turki maupun negara lainnya yang tergabung dalam kelompok dibawah pengaruh kekuatan AS-Barat. AS menyadari bahwa Negara yang berhasil mereka bebaskan dari pengaruh komunis ini mempunyai keterbatasan modal dan technologi untuk menggerakan mesin ekonominya. Makanya program bantuan pendanaan dan technology pun merupakan bagian tak terpisahkan dari politik luar negeri AS ketika itu.

Ada tiga kuridor pinjaman yang dilakukan oleh Indonesia , yaitu pinjaman melalui World Bank Group , yang bersifat lunak. Pinjaman ini ditujukan untuk pembangunan infrastructure . Kuridor kedua adalah pinjaman Mutlilateral melalui IGGI, bersifat grand dan sebagian pinjaman lunak (( bunga 2,5% pertahun dengan jangka waktu 25 tahun dan masa tenggang bebas bunga 5 tahun ). Pinjaman ini ditujukan untuk memperkuat liquiditas APBN untuk mensuplai dana ke public dalam rangka menumbuhkan sector riel. Kuridor ketiga adalah Pinjaman Bilateral, yang juga bersifat lunak dan sebagian grand/hibah. Pinjaman ini ditujukan untuk dukungan pendanaan sektoral. Apa yang diterima oleh Indonesia, sama dengan yang diterima oleh Negara lain yang tergabung dalam kekuatan pro AS-barat. Artinya apapun yang diberikan oleh pihak Amerika ( barat ) kepada Indonesia baik modal maupun technology adalah berkaitan langsung dengan politik luar negeri dalam konteks perang dingin. Ini platform hutang luar negeri.

Juga semua menyadari bahwa tidak ada yang gratis. Tujuan politik adalah kekuasaan dan penguasaan resource. Atau istilah yang dipakai oleh Soekarno menyikapi politik barat dan timur ( Soviet ) , Neocolonialisme. Penjajahan tidak dalam bentuk pisik tapi dalam bentuk ideology. Itu sebabnya Soekarno membentuk Gerak Non Blok untuk melindungi negara negara yang baru merdeka terseret dalam arus perang dingin tersebut. Terbukti syah saja bila Indonesia pada rezim Soeharto terjebak dalam kekuatan AS-barat ketika menerima bantuan dari mereka , yang harus menyerahkan
natural resource kepada pihak Amerika ( barat ) atau istilah lain You win you take all. Tapi Soeharto tidak pernah mengorbankian nasionalisme sebagai sebuah kompromi politiknya.

Pihak Amerika memang ampuh dalam strategy global untuk menguasai dunia. Jepang< taiwan, Korea Selatan yang tidak punya cukup natural resource , dimanfaatkan SDM nya untuk menjadi lebah pekerja memenuhi kebutuhan konsumsi Amerika yang rakus. Turki yang letaknya strategis diantara timur dan barat digunakan sebagai pangkalan perangnya. Mexico, brazil, argentina dan Indonesia, Iran, Arab Saudi, yang kaya natural resoucenya , dikuras untuk memenuhi kebutuhan bahan baku mesin industri Amerika (barat),. Untuk mengamankan politik globalnya tersebut Amerika memang memelihara para diktator dan monarki dinegara negara yang berada dibawah pengaruhnya. Juga bantuan militer yang tak terbatas baik persenjataan maupun training.

Setelah ” perang dingin usai ” maka politik luar negeri amerikapun berubah. Kalau tadi penguasaan resource lebih kepada penguasaan politik maka selanjutnya adalah penguasaan pasar melalui system globalisasi. Lewat WTO yang didukung oleh World Bank group memaksa negara pro barat untuk mengakui ini sebagai paradigma baru menuju milinneium pembangunan masa depan yang berkeadilan. Makanya paham demokratisasi dalam jargon Freedomes, Peach, Equality dicanangkan keseluruh dunia. Sejak itulah kampanye domokratisasi melalui agent agent demokrasi yang juga lulusan emarika terus bergrilya membangun kekuatan pro demokrasi diseluruh dunia. Kampanye ini berhasil membuat Unisoviet terpecah menajdi negara negara kecil.

Soeharto menyadari, paska perang dingin , dia sudah diasingkan oleh AS-Barat. Dia juga tidak lagi mudah mendapatkan bantuan Pinjaman lunak. AS mulai memaksa Soeharto untuk menerima paham demokratisasi atau menghapus semua kebijakan subsidi kepada rakyat yang selama ini dibiayai dari bantuan luar negeri. Melepas semua kebijakan yang anti globalisasi dibidang investasi, perdagangan, Tourisme, telekomunikasi, keuangan yang pro kepada pengusaha lokal. Bantuan AS-Barat yang selama ini dikaitkan dengan stabilitas keamanan regional telah beralih kepada keharusan indonesia menderegulasi semua sektor yang anti demokratisasi dan globalisasi. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Soeharto tentang Paket kebijaksanaan, tak pernah memuaskan amerika ( barat ). Sementara negara Asean berlidung dibalik Soehato atas tekanan Amerika tersebut. Puncaknya kekesalan Amerika ( barat ) kepada Seoharto ( juga asean ) adalah dijatuhkanya bom nuclear dalam bentuk gelobang hedge fund yang membuat mata uang Asia tenggara tumbang, termasuk Indonesia dan akhirnya asia dilanda krisis ekonomi yang parah. Ongkos ledakan nuclear ini sangat mahal sampai membuat Robin Gobin tersingkir sebagai Menteri Keuangan Amerika dan membuat Smith barney masuk dalam kubangan hutang long term investmen debt sebesar USD 100 billion dan akhirnya dimerger dengan Solomon.

Cara Soeharto untuk mengundang IMF adalah satu cara untuk menguji system yang dibangun oleh AS-Barat. Karena IMF merupakan satu lembaga didunia yang bertugas sebagai the last lending resource untuk menstabilkan perekenomian negara negara anggota. Seperti sebelumnya berhasil mengatasi negara negara yang hancur paska perang dunia kedua. Tapi ternyata IMF datang dengan memaksa Soeharto untuk mengikuti demokratisasi dan globalisasi secara utuh. Ini tidak sepenuhnya diterima oleh Soeharto, yang tidak ingin mengorbankan nasionalisme. LOI dengan IMF tidak diimplemetasikan. Dia justru mengancam IMF dan Amerika, dengan rencananya menempatkan future option delivery beberapa blok minyak yang sudah dan belum digali untuk dijadikan financial guarantee mendukung kebijakan fixed rate. Beberapa lembaga keuangan international yang tergabung dalam combine collateral ( against fedsystem ) bersedia sebagai underwriter dengan dikomdani oleh Dutch Bank. Ini terbukti berhasil dilakukan oleh china sebagai alternatif financial resource. Sebetulnya ancaman ini ampuh memaksa Amerika dan IMF harus mengikuti Soeharto. Perundingan pernyelesaian krisis sudah didepan mata, sama seperti korea selatan, thailand, malaysia. Apa yang diminta oleh Soeharto adalah agar IMF bertanggung jawab memberikan bantuan lunak selama 25 tahun tanpa bunga untuk menutupi BLBI dan mengembalikan kepercayaan masayarakat terhadap perbankan. Karena suka tidak suka kebijakan hutang luar negeri bukanlah kebijakan rakyat Indonesia tapi kebijakan politik luar negeri AS untuk mengamankan stabilitas regional dari ancama komunis. Dan indoensia sudah membayar lunas dengan terciptanya kawasan asean yang aman, termasuk bersedia mengambil alih Timor timur dengan ongkos yang mahal dari ancaman partai Fretelin yang pro komunis. Jadi kalau kini terjadi krisis maka amerikalah yang harus bertanggung jawab. Tapi, sayang sekali, sebelum semua itu terwujud, Soeharto sudah jatuh oleh kekuatan pro demokrasi. AS lebih kuat menguasai publik indonesia.

Sejak kejatuhan Soeharto dan digantikan oleh pro demokrasi, IMF bebas berbuat apa saja , sampai memaksa pemerintah Habibie, Goes Dur, untuk menerima LOI IMF. Yang lebih parah lagi adalah menyetujui penyelesaian BLBI melalui Obligasi REKAP dan menjadikan BPPN bukan sebagai penyehat tapi pengobral asset ,yang akhirnya jatuh kepihak goup asing. Para pemimpin Pro demorkasi tidak ada satupun yang bermental negarawan. Mereka terjebak dalam permainan politik tingkat tinggi , dan nyatanya janji IMF untuk melakukan recovery Obligasi rekap tidak kunjung datang , sampai akhirnya dibubarkan oleh Megawati. Dan indonesia masuk dalam jebakan hutang luar negeri yang tak kunjung dapat diatasi , hingga mengganggu kekuatan APBN memberikan dukungan sosial bagi kesejahteraan rakyat.

Kini , kita memang tidak lagi meminjam melalui program multilateral, Tapi kita justru masuk dalam jebakan mematikan dengan menjadikan 114 A SEC Act sebagai financial resource untuk menutupi difisit anggaran melalui penerbitan Global Bond berbunga commercial. Dapatkan anda bayangkan, negara miskin seperti indonesia ini, harus menanggung hutang berbunga komersial ??? Karena pinjaman bersifat komersial maka team and condtion yang ditetapkan oleh underwriter seperti Lehman Brother, dll tentulah bersifat komersial pula, seperti , misalnya pemerintah harus mendukung semua perusahaan yang teafialite dengan resource 144 A SEC act. Tahukah anda ? 144 A SEC act menjamin segala kerahasiaan yang berkaitan dengan settlement, investor ( pembeli surat hutang ). Artinya , kita ini tidak akan pernah tahu ada apa dibalik syarat penjualan Surat Hutang tersebut ( beda dengan World bank atau IGGI./CGI yag transfarance ), namun yang kini kita rasakan bahwa tidak ada kebijakan ekonomi yang pro rakyat miskin atau nasionalis.

Soeharto dibesarkan oleh Soekarno. Bahkan dalam memoarnya Soeharto mengatakan bahwa dia adalah pengagum Soekarno dan sekaligus sebagai guru ,bapak yang selalu dihormatinya. Apa yang menyamakan Soekarno dan Soeharto ? nasionalisme yang kuat. Keduanya sangat bangga dengan tanah airnya. Bila akhirnya berseberangan maka itupun karena cara mereka untuk mencintai bangsanya. Soerkano maupun Soeharto memang tdak luput dari banyak kekurangan dan kesalahan namun semua itu tidak bisa mengurangi jasa mereka sebagai bapak pemersatu bangsa ini untuk berdaulat dan dihormati oleh bangsa lain. Dalam pertemuan dengan salah satu pejabat otoritas moneter Singapore dan SWISS, saya pernah menanyakan secara pribadi tentang keberadaan dana Soeharto di negara mereka , apa jaawabanya ” Itu hanya propaganda murahan. Tidak ada satupun rekening yang terbubung dengan Soeharto sebagai pribadi. Kamu kan tahu, yang paling berharga didunia ini adalah nyawa. Nah, Soeharto tidak pernah percaya dengan luar negeri untuk kesehatannya. Dia hanya percaya dengan dokter dalam negeri. Apalagi soal uang. Memang ada rekening atas nana putra putrinya tapi itu hanya rekening business legal yang jumlah tidak berarti bila dibandingkan dengan rekening pengusaha lainnya. ” Yang pasti Sorharto mengantikan Soekarno ,berhasil melakukan koreksi dengan memanfaatkan isu international bukan untuk hanyut dalam komplik perang dingin tapi memanfaatkannya untuk kesejahteraan rakyat.

Era kini, pemerintah memang berganti dan rezim demokrasi membawa angin perubahan tentang kebebasan berpolitik tapi negara masuk dalam cengkraman Mutinational Corporation dibidang financial, technology, industri, mining dan distribusi. Sementara hutang terus digali untuk membayar kewajiban dari hutang yang ditimbulkan oleh kebijakan politk luar negeri AS-Barat pada rezim Soeharto dan juga kebijakan yang ditimbulkan oleh IMF dengan janjinya yang tak kunjung dipenuhi.

Kita tidak pernah belajar dari Korea dan Jepan serta Malaysia yang bersatu ketika krisis terjadi , dengan berbaris rapat menghadapi musuh bersama : As-Barat). Kita justru ribut didalam negeri dan saling berebut kekuasaan. akhinrya AS-Barat leluasa masuk dengan perangkap kepada para amatir politik untuk merebut kekuasaan.

Jadi, kini saatnya kita bangun barisan yang sama untuk menyatakan musuh bersama : As-Barat dan lawan siapa saja yang pro barat dan anti nasionalisme. Saya rasa slogan pejuang kemerdekaan kita ” Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup bercermin bangkai...ada baiknya kita gunakan kini , tapi kita butuh pemimpin yang negarawan bukan amatir.

WTO

Berita terakhir yang diterima melalui media massa Hongkong diberitakan bahwa ada 25 orang pertani asal Indonesia ditangkap oleh aparat keamanan berkaitan dengan aksi demo menentang pertemuan WTO. Para petani ini tergabung dalam Via Campesina, yang terlibat dalam mengorganisir aksi-aksi melawan neoliberalisme di seluruh dunia.Hasil-hasil yang membawa malapetaka selama 10 tahun dari kebijakan pertanian dan perdagangan WTO yang didasarkan pada pertanian berorientasi ekspor secara jelas telah menunjukkan kegagalan. Kebijakan neoliberal ini telah membuat rakyat lebih tergantung terhadap produk-produk impor dan telah memberikan keuntungan kepada industri-industri pertanian (agro-industri).

Begitu banyak contohh-contoh dari berbagai Negara mendukung pernyataan ini. Tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% di Amerika Latin tidaklah mendorong pengurangan kemiskinan di kawasan tersebut. Sebagai contoh, Brasil semakin jatuh miskin sebagai akibat peningkatan ekspor yang ditujukan untuk membayar hutang-hutang luar negerinya. Kekuasaan dan uang semakin terkonsentrasi pada segelintir tangan-tangan tertentu. Perusahaan-perusahaan multi-nasional kelihatannya lebih penting bagi WTO dibandingkan dengan seluruh rakyat dunia.

WTO, didirikan pada tahun 1995, merupakan agen baru perdagangan global yang berkuasa, yang telah mengubah GATT (Perjanjian Bea-Masuk dan Perdagangan) menjadi sebuah perjanjian yang mampu memaksakan perdagangan global. WTO adalah salah satu mekanisme utama dari globalisasi korporasi. Pendukungnya mengatakan bahwa WTO berdasarkan pada ‘perdagangan bebas’ (free-trade). Namun sebenarnya buku aturan WTO yang lebih dari 700 halaman lebih tersebut, merupakan suatu sistem perdagangan bergaya korporatis (corporate-managed) yang komprehensif. Bahkan WTO jauh sekali dari filosofi perdagangan bebas abad ke-18 yang dikembangkan oleh David Ricardo atau Adam Smith, yang berasumsi bahwa baik tenaga kerja maupun modal tidak boleh lintas batas negara.

Sistem perdagangan bergaya korporatis itu didominasi oleh efisiensi ekonomi yang tergambar dalam pencapaian profit perusahaan secara cepat. Keputusan-keputusan yang mempengaruhi ekonomi hanya dinikmati oleh sektor swasta, sedangkan biaya-biaya sosial, lingkungan ,menjadi beban publik. Sistem yang kadang-kadang disebut model ’neoliberal’ ini mengesampingkan undang-undang lingkungan, usaha perlindungan kesehatan, dan standar tenaga kerja, dalam menyediakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang murah bagi perusahaan-perusahaan transnasional (TNC/Trans-National Corporation). WTO juga menjamin akses perusahaan-perusahaan besar tersebut ke pasar luar negeri tanpa mewajibkan perusahaan-perusahaan transnasional tersebut untuk mempertimbangkan prioritas-prioritas keperluan domestik negara-negara yang dituju.

Dalam ideologi neo-liberal, mitos yang mengatakan bahwa setiap negara dapat berkembang dengan cara lebih banyak mengekspor dibandingkan impor, dianggap sangat penting. Sepertinya para pendukung ideologi ini lupa bahwa, bila suatu negara mengekspor mobil, misalnya, negara tujuan ekspor tersebut menjadi pengimpornya. Saat ini perusahaan-perusahaan transnasional tersebut menginginkan lebih, yaitu suatu ‘Millenium Round’ (Putaran Milenium) baru dalam perundingan-perundingan WTO selanjutnya, yang akan mengakselerasikan percepatan laju ekonomi dengan cara memperluas kekuasaan WTO.

Tapi kegagalan konsep ini terlihat jelas pada pertumbuhan ekspor yang merugi sebagai buntut dari krisis ekonomi Asia Timur pada tahun 1998. Saat IMF mendorong negara-negara Asia untuk melakukan ekspor guna keluar dari krisis, maka sebenarnya Amerika menjadi pengimpor sebagai penyelamat terakhir. Buruh pabrik baja Amerika kehilangan pekerjaannya karena membanjirnya baja impor, sementara para buruh Asia tetap terperosok dalam depresi yang mengerikan.

Ideologi neo-liberal yang menyokong perdagangan bergaya korporartis dicerminkan lewat slogan "TINA" atau "There Is No Alternative" (Tidak Ada Pilihan Lain), merupakan suatu akibat yang tak terhindarkan dibandingkan suatu puncak dari usaha jangka panjang dalam membuat dan merancang aturan yang lebih menguntungkan perusahaan dan investor, ketimbang masyarakat, buruh maupun sektor lingkungan hidup.

Saat WTO dibentuk, organisasi-organisasi publik dan para anggota masyarakat yang peduli memperingatkan bahwa perpaduan antara aturan-aturan WTO yang berpihak pada indusri dan kekuasaan pelaksanaannya yang besar merupakan ancaman terhadap undang-undang yang melindungi komsumen, pekerja, dan lingkungan. Hampir lima tahun kemudian, hal ini terbukti dengan rekor yang jelas: kasus-kasus yang diselesaikan berdasarkan aturan-aturan WTO bias terhadap kepentingan publik.

Masing-masing negara dan berbagai kelompok kepentingan memiliki agenda yang berbeda dalam pertemuan tingkat menteri WTO Ada tiga kategori isu, yaitu: Kategori pertama, banyak perjanjian WTO (Pertanian, Hak Kekayaan Intelektual, Jasa) memiliki pembahasan tetap (built-in review) dalam satu periode tertentu. Pembahasan ini tidak harus merupakan perundingan deregulasi baru. Kategori kedua termasuk komitmen-komitmen yang dibuat dalam pertemuan tingkat menteri sebelumnya untuk mengadakan perundingan tentang pertanian dan jasa di masa yang akan datang. Pertanyaan kunci yang akan dipecahkan dalam tahun ini adalah apakah kategori ketiga yaitu ‘isu-isu baru’ akan masuk dalam pembahasan WTO. Masuknya isu-isu baru seperti masalah investasi, kebijakan persaingan (competition policy) dan belanja pemerintah (government procurement), akan semakin jauh memperluas kekuasaan WTO.

Semoga DPR dapat mengawal team negosiator pemerintah disetiap perundingan WTO untuk selalu berpihak kepada kepetingan petani dan perduksi dalam negeri. Kegagalan negosiasi akan menempatkan rakyat dan petani dalam jeratan persaingan yang tidak seimbang dalam pasar global.
Arsip 2006

Thursday, February 28, 2008

Culas

Zaman dahulu kala ketika uang belum dkenal, orang hanya mempunyai akses kepada barang bila dia punya barang. Tapi ketika uang diperkenalkan orang mempunyai akses kepada barang bila dia punya uang. Tapi di zaman sekarang, di era cyber orang bisa membeli barang tanpa perlu punya uang , cukup akses keuang maka dia lebih kaya daripada orang punya uang. Mungkin kedengarannya agak aneh. Tapi tahukah anda uang dalam pengertian ekonomi bukan hanya yang berupa lembaran kertas/koin di dompet. Ia juga ada dalam bentuk lain berupa cek (M1), berupa tabungan/ deposit/money market (M2) dan banking product lainnya (M3). Dalam perkembangan berikutnya, uang yang di initialkan dalam M itu akibat produk derivatif keuangan tidak hanya sebatas M3 tapi sudah berkreasi sampai M12. Dan akhirnya kita tahu bahwa uang ternyata adalah lembaran komitmen dari sebuah konsesus tentang nilai. Ia bukan lagi sebagai alat tukar tradisional tapi lebih dari itu adalah konspirasi nilai.

Baiklah. Seandainya anda bermimpi ingin menjadi pengusaha besar namun anda tidak punya uang. Bagaimana caranya. Sistem kapitalis punya cara yang sangat mudah. Katakanlah bahwa anda berniat membeli perusahaan raksasa yang sedang senen kemis karena dililit hutang. Namun secara business perusahaan itu masih bagus masa depannya. Hanya salah urus cash flow makanya dia oleng. Untuk itu anda tidak perlu harus menunggu menjadi seperti Rockefeller atau Bill Gate atau Warren Buffet  untuk membeli perusahaan itu. Bagaimana mendapatkan uang ? Anda harus mendatangi Pemilik Dana yang umumnya diwakili oleh Fund Manager. Pemilik dana ini bisa saja dia adalah Lembaga ( dana pensiun, Asuransi ) atau pribadi.  Ketika anda bertemu dengan pemilik dana maka yang pertama ditanyanya adalah Jaminan. Mereka tidak peduli dengan business plan anda. TIdak peduli dengan mimpi anda. Selagi ada memastikan ada jaminan maka mereka akan pertimbangkan. Jaminan itu bukanlah rumah atau tanah tapi berupa financial guarantee. Artinya kapanpun bisa dicairkan tanpa harus kepengadilan. Katakanlah ada orang Arab yang mau memberikan dana.

Lantas bagaimana anda memindahkan dana Arab itu ketangan anda ? Jaminan saja tidak ada. Kecuali mimpi. Caranya ? Pertama, membentuk QSPE ( Qualified Special Propose Entities ) atau perusahaan khusus yang terkualifikasi untuk tujun tertentu. Perusahaan ini bukan perusahaan seperti pada umumnya. Ia hanya nama yang terdaftar dinegara yang bebas pajak dan bebas aturan. Seperti Grand Cayman Island, British Virgin Island dll. QSPE menebitkan Bond yang di endorsed oleh Fund Manager berating AAA ( misal Goldman Sach, JP Morgan, Credit Suisse, Morgan Stanley dll).  Selanjutnya QSPE ini akan bertindak sebagi investor kepada anda  melalui transaksi SWAP dengan bank. Ingat , Fund Manager itu adalah bagian dari konspirasi dalam proses transaksi ini bersama anda. Melalui consultant financial engineering, tidak sulit untuk menemukan fund manager yang bisa dilibatkan dalam konspirasi ini. 

Kita akan bertanya siapa yang mau beli Bond dari perusahaan antah berantah itu ? Apalagi diterbitkan pada suatu negara yang tak jelas aturanya. Disamping itu Bond ini tidak didaftarkan pada Bursa Terbuka. Dia ditempatkan pada pasar tertutup berskala global dan hanya diperuntukan bagi kalangan yang dikatagorikan qualified. Apakah ada pasar dengan sistem ini ? Ada, Itu diatur dalam 144 A Sec. Siapa pembeli Bond ini ? ya orang Arab kaya itu. Tapi Bond itu harus dilegitimate sebagai instrument bank. Tanpa itu si Arab kaya tak mau lepaskan uangnnya. Untuk jadi instrument bank maka ia harus mengikuti ketentuan dari Bank International for Settlement dan Financial Accounting Standard Board . Bahwa setiap penambahan asset berupa deposito maka bank harus menyediakan dana cadangan giro di Bank Central atau reserved requirement sebesar 10%. Yang menyediakan 10% ini adalah anda yang punya mimpi. Ada banyak institusi yang bersedia membantu anda untuk menyediakan 10% itu. Agar tidak ketahuan uang itu berasal dari orang lain maka bank akan melakukan transaksi fiktif yang dilegitimasi melalui mekanisme pasar 144A Sec dan seolah olah bank mendapatkan 10% laba dari pasar uang.

Sehingga ketika QSPE mendelivery bond ke bank maka akan dicatat oleh bank dalam neraca sebagai deposit dan ditempatkan pada Trust account. Bank akan menyediakan 10% reserved requirement di bank central. Well done. Legitimated! Kemudian deposit ini dijadikan jaminan ( SWAP) untuk memungkinkan bank menerbitkan Global Bond berjangka menengah ( bertenor 5-10 tahun ) . Global Bond ini didelivery kepada si orang kaya Arab itu melalui QSPE dan uang mengalir kebank. Oleh bank , uang ini diserahkan kepada fund Manager untuk disalurkan kepada anda untuk program mengambil alih perusahaan. Pada tahap ini bank memperoleh provisi plus uang 10% gratis dari anda ini. Keliatannya gampang. Apakah orang arab itu terlalu bodoh untuk menerima instrument yang di structure ? Mengapa bank begitu bodoh diatur oleh Fund Manager ? Mengapa Fund Manager begitu bodoh berbuat untuk kepentingan anda dengan hanya cash out sebesar 10% plus berbagai fee.  Apalagi 10% plus itu tidak berasal dari uang anda sendiri.

Pertanyaan itu akan terjawab lewat skema konspirasi. Orang Arab itu tidak bodoh. ( mana ada orang kaya bodoh ? ). Pada waktu dia menerima Global Bond dari bank dia akan minta perlindungan resiko default dari fund manager atau disebut dengan confirmed payment. Fund Manager bersedia asalkan si Arab membayar fee resiko atas Global Bond itu. Fee ini disebut dengan premium. Besarannya tergantung kesepakatan. Misal, bila bunga global bond itu 12% maka si Arab bersedia hanya menerima 5% bunga asalkan dia dijamin resiko. Artinya Fund Manager akan mendapatkan premium sebesar 7% pertahun. Tapi 7% ini, si Arab harus bayar didepan. Mana ada premium dibayar belakangan. Ya , kan. 7% dalam bentuk tunai ini dikelola oleh Fund manager dalam pasar equitas tunai dengan perdagangan high yield. Laba itu dipakai untuk membayar bunga kepada si Arab itu. Kesimpulannya setiap tahun si Arab akan mendapatkan bayaran bunga dari uangnya sendiri!. Bank tidak perlu bayar bunga karena lewat skema fund manager meng underwrite semua cost of fund. Artinya bank pun terlepas dari resiko karena sudah dijamin oleh Fund Manager.

Kini resiko ada pada fund Manager, tapi itu lagi lagi hanya resiko skema. Fund Manager , ya namanya pengelola dana, dia akan memastikan dana itu digunakan untuk pembayaran pengambil alihan perusahaan. Anda harus menandatangani Debt to Equity SWAP. Artinya seluruh saham perusahaan itu dijadikan jaminan pinjaman. Instrumentnya dalam bentuk Obligasi utama ( Senior Bond). Artinya tidak ada obligasi yang bisa diterbitkan oleh perusahaan tanpa izin dari pemegang obligasi utama. Setelah obligasi utama ini ditangan Fund Manager maka sekuritisasi dilakukan dengan dukungan para analis investasi handal. Future perusahaan digambarkan dengan begitu indah. Kemungkinan harga saham akan melejit ketika masuk ke bursa dan potensi mendatangkan financial resource untuk meng enhancement perusahaan digambarkan dengan sangat menarik. Tujuannya adalah untuk menjual resiko dari Obligasi itu yang sudah disekuritasi link dengan global bond yang diterbitkan bank. Hingga fund manager punya underlying untuk mengemasnya dalam bentuk Credit default Swap. Resiko atas global bond itu dijual sebagai komodity dipasar uang.

Pada tahap ini, resiko sudah menyebar dipasar uang. Ia sudah diperdagangnya dilantai bursa. Tidak ada yang dipegang kecuali future dan janji. Yang pasti bank lepas dari resiko. Fund Manager terhindar dari resiko. Orang Arab menanti janji yang terlindungi. Ketika perusahaan mulai masuk bursa maka aksi srigala mulai dilancarkan. Ini drama akhir babak. Perusahaan akan dikemas dengan begitu cantik untuk mendapakan capital gain dibursa. Fund Manager akan mendulang laba dari kenaikan peningkatan saham dibursa. Karena dia punya opsi (ingat dia pemegang utama obligasi) untuk membeli lebih dulu dengan harga ditetapkan didepan dan menjualnya kembali dengan harga pasar. Biasanya laba sudah di create sedari awal dan tentu rekayasa harga bursa sudah dirancang dengan baik oleh para ahli financial structure. Credit Defaul Swap atas obligasi semakin punya tempat dibursa seiring terdaftarnya perusahaan didalam bursa. Akhirnya.... resiko dari itu semua dilimpahkan kepada publik.

Hebat, kan. Anda menikmati status sebagai milyarder yang akan selalu dijaga keamanannya oleh seluruh pemerintah didunia. Semua kebijakan ekonomi pemerintah pasti berujung bagaimana mengamankan bursa dan tentu mengamankan “skema”. Apakah pemerintah mau menjadi undertaker murni dari skema ini. Ohoo tidak. Lewat inflasi dan depresiasi mata uang serta suku bunga akan menjadi alat ampuh untuk memenggal uang rakyat yang tidak ikut bursa dan menggunakannya untuk mengamankan bursa. Yang dapat dirasakan oleh rakyat adalah harga jasa dan produksi semakin mahal. Dari sebuah skema , uang di create untuk memunculkan segelintir orang jadi penguasa resource. Dan hebatnya sistem memberikan peluang agar hanya orang “cerdas” yang berhak merampok orang “tolol” dan ketololan itu sengaja dipelihara dikampus kampus hebat didunia ,yang melahirkan sarjana memimpin Dana Pensiun, Professional begaji dan bonus tinggi untuk aktif terlibat membeli produk bursa.

Akhir cerita bagaimana kelanjutan dari Global bond yang dipegang si Arab kaya raya itu. Mereka orang kaya culas dan takut berbagi. Ada banyak sumber dana haram didunia yang tak mungkin bisa ditempatkan secara konventional karena terjebak aturan pencucian uang. Dia hanya butuh aman walau menerima sedikit bunga dari jumlah yang dia tempatkan. Padahal keamanan itu tidak pernah ada didunia ini. Siapa yang bisa menjamin 10 tahun kemudian. Yang pasti,saat sekarang semua skema mendukung keamanan semua pihak. Bagaimana bila si Arab itu mau mencairkan global bond sebelum jatuh tempo ?  Oh,dia tinggal datang ke Fund Manager yang akan mengaturnya. Ada banyak musuh yang mau beli itu paper. Soal harga, ya tergantung pasar lah. Tentu tidak sebesar nominal. Bila perlu anda sendiri bisa membelinya.  Untuk apa?  Ya untuk mendongkrak neraca perusahaan yang kemudian ada alasan untuk menerbitkan obligasi retail lagi lewat bursa.

Ketika masuk bursa, anda sudah bisa melunasi hutang kepada Fund Manager dan masih tersisa saham untuk dipegangnya tanpa harus bekerja keras dan mengambil resiko apapun. Sementara Fund Manager setelah menerima uang dari anda sebagai pelunasan hutang, uang itu tidak akan digunakan untuk membayar hutang kepada si Arab. Uang itu akan terus diputar untuk menjadi trigger skema pembiayaan lain. Inilah permainan era kapitalis. Hutang dibayar lewat skema. Bunga dibayar lewat skema. Dan uang tunai mengalir deras bukan dari cash flow tapi dari skema. Skema ini akan kokoh berdiri selagi negara memelihara kapitalisme, yang cerdas memakan yang bodoh. Yang kuat melumat yang lemah.

Uang Haram

Atas permintaan teman dari New York , saya sempatkan untuk mampir ke Hotel Mandarin untuk bertemu dengan seseorang. Ternyata orang yang saya temui adalah wakil pejabat penguasa moneter Hong Kong. Postur tubuhnya sedikit agak tinggi dari saya. Dia tersenyum menghampiri saya. Setelah berbasa basi , dia menegaskan bahwa kedatangannya hanya untuk bertemu dengan “seseorang”. Saya pikir dia akan bertemu dengan pejabat tinggi Negara atau pejabat BI atau Anggota DPR. Tapi ternyata dugaan saya salah. "Seseorang " itu adalah memang "seseorang" yang bukan "siapa siapa". TIdak dikenal reputasinya. Tapi sangat dihormati oleh pejabat otoritas keuangan berkelas dunia. Tanpa ingin mengganggu pertemuannya dengan "seseorang" itu, saya minta pamit. Berjanji akan menemaninya kembali bila dia butuh saya untuk menikmati hari santai di Jakarta.

Malamnya , saya bertemu dengan dia. Di Café salah satu hotel berbintang. Dia bercerita bahwa tamunya tadi siang adalah pemilik dana diberbagai bank di Hong Kong.Tapi sebetulnya , bukanlah pemilik sebenarnya. Orang itu mendapat trust yang sangat luar biasa sebagai settlor dari pemilik dana mantan pejabat dinegeri ini.. Tentu ini dilakukan oleh pemilik dana karena memang bertujuan untuk menciptakan layering dalam rangka membuat dana tersebut hidden. Hngga tidak terlacak dari kejaran hukum.

Sebetulnya , kegiatan menyembunyikan dana dalam system sangat sederhana. Pertama tama dana ditempat dalam satu bank Kemudian ini digunakan untuk membeli saham perusahaan public didalam negeri. SEtelah dana berubah bentuk menjadi saham. Maka saham ini dijual kembali kepasar melalui Fund Manager. Hasil penjualan saham ini di pindahkan kedalam portofolio Surat berharga bermata uang dollar. Surat berharga dalam mata uang dollar ini kemudian disimpan didalam bank dalam bentuk Custody contract. Bank mengeluarkan Safe Keeping Receipt ( SKR) atas penyimpanan asset. SKR ini kemudian dialihkan kedalam perusahaan offshore company diwilyah hukum trustee. Selanjutnya lewat venture business perusahaan offshore ini akan bertindak sebagai guarantor pinjaman uang kepada bank untuk membiayai investasi venturenya. Nah, kalau sudah sampai disini maka dana hidden itu tidak akan pernah terlacak lagi. Karena setiap proses perubahan bentuk dana itu dilakukan oleh orang orang yang sangat professional dibidang hukum, keuangan, perbankan. Andai pemerintah berhasil menemukan bukti kepemilikan asset tersebut maka juga sangat sulit dananya disita. Karena dananya sudah dalam ikatan gadai melalui multilayer.

Saya jadi teringat upaya Team yang dibentuk oleh pemerintah untuk memburu dana penjahat BLBI. Apa yang dilakukan oleh team tersebut akan sia sia. Karena operasi menyembunyikan dana hasil korupsi/penipuan/criminal dalam sistem moneter international sudah menjadi konpirasi para atoritas moneter yang bertindak sebagai financial center dari A S. Hong Kong, Singapore, Luxemburg , Swiss , adalah satelit AS untuk membendung arus dollar yang tidak produktif kedalam system mereka. Dana hasil korupsi atau hasil kegiatan illegal sangat merugikan penguasa mata uang dollar. Karenanya , system Financial Center dibentuk untuk menjaga lalulintas transaksi dollar untuk kepentingan AS. Dalam kegiatan berikutnya, operasi ini juga dimanfaatkan oleh pemerintah Amerika sebagai penyerap operasi pasar uangnya melalui penerbitan T-Bill, US Mortgage Bond. Makanya tidak aneh, pasar uang AS sangat liquid. Karena didukung oleh sumber dana haram dari berbagai negara seperti Indonsia, Arab, Dll.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah AS dan juga Negara lainya seperti halnya China dalam memanfaatkan peluang dana haram bagi sumber pendanaan dalam negeri dapat ditiru oleh pemerintah Indonesia. Memang Indonesia sudah merafikasi UU Pencucian uang, tapi sebetulnya ini juga diadobsi oleh Negara lain yang paling banyak hidup dari uang haram. Cara mereka sangat piawai dalam mensiasati system keuangan international. Pejabat public yang berkuasa atas moneter , paham betul bagaimana meng create system didalam negeri agar dapat memancing dana dana haram tersebut untuk tujuan investasi disektor real tanpa tersentuh UU Pencucian uang.

Tapi di Indonesia , banyak sekali peraturan disektor perbankan, asuransi , lembaga dana pensium ,sekuritas lainnya dibuat sangat purity dari uang haram. Kita menelan mentah mentah tekanan international tentang money laundry sementara pihak asing tersenyum bahagia dengan limpaham uang haram dari para koruptor Indonesia. Kita tidak perlu uang haram yang dimilik orang asing. Kita hanya butuh uang haram milik orang Indonesia dapat kembali ke Indonesia lewat investasi disektor riel. Tidak peduli siapa pemilik investasi. Hanya itul. Bila inipun kita takut melawan system international maka bersiasatlah dengan system itu sebagaimana Negara Negara lain dapat lakukan. Sampai kapan kita harus hidup dalam kebodohan yang tidak perlu….dan disibukan oleh penderitaan bangsa yang tidak pantas terjadi dinegeri yang penuh dengan kekayaan alam ini

Kapitalisme global

Baru baru ini beberapa perusahaan besar yang dulunya terdaftar secara terhormat di Wall street terbongkar praktek praktek tidak layaknya. Fenomena ini adalah hanya sebuah awal. Satu hal yang pasti, yaitu karena memang sudah rawan sebelum jaman Enron, maka legitimasi kapitalisme global sebagai sistim produksi, distribusi dan pertukaran yang dominan akan terus terkikis lebih jauh, bahkan di jantung ranah asal dari sistem ini. Pada jaman kejayaan "Ekonomi Baru" di tahun 2000, survey dari business week memaparkan bahwa 72 persen masyarakat AS merasa bahwa perusahaan terlalu menguasai hidup masyarakat. Angka itu sekarang mungkin jauh lebih tinggi lagi. Sama seperti evaluasi berlebihan terhadap saham yang mengakibatkan jatuhnya perusahaan perusahaan dot.com di Wall street 2000-2001, tindak penyelewengan korporatis merupakan salah satu ciri utama "Ekonomi Baru".

Untuk memahami hal ini, kita perlu memulai dari dua perkembangan penting dalam dinamika kapitalisme global pada kurun 1980-an dan 1990-an: yaitu
(1) Kapital finansial menjadi penggerak utama ekonomi global, dan
(2) krisis kelebihan kapasitas dan kelebihan produksi dalam ekonomi sektor riil.

Pada dua dekade terakhir ini terjadi deregulasi pasar finansial, lengkap dengan dihilangkannya batas-batas perpindahan kapital antar negara dan antar sektor usaha, salah satu contohnya adalah dihapuskannya peraturan Glass-Steagal AS yang melarang lembaga keuangan terlibat sekaligus dalam perbankan investasi dan perbankan komersial. Hasilnya adalah merebaknya kegiatan spekulatif secara besar-besaran yang membuat keuangan menjadi sektor yang paling menguntungkan dalam ekonomi global. Spekulasi sektor keuangan menjadi demikian menguntungkannya sehingga selain dari kegiatan tradisional seperti simpan pinjam serta transasksi saham dan ekuitas, pada tahun 1980-an dan 1990-an muncullah bentuk bentuk instrumen finansial yang lebih canggih seperti futures, swaps, dan option-derivatives, di mana laba diperoleh bukan dari perdagangan asset melainkan dari spekulasi dan perkiraan risiko tentang asset. Daya pikat sektor finansial dibandingkan dengan sektor sektor ekonomi lain seperti perdagangan dan industri, nampak jelas dari statistik, bahwa di akhir tahun 1990-an, volume transaksi harian pasar pertukaran luar negeri mencapai sebesar 1,2 trilyun dolar, setara dengan besar nilai transaksi perdagangan dan jasa pada semester itu.. Dengan hujan uang pada sektor spekulatif, dan kebanyakan uang datang dari luar AS, maka banyak perusahaan-perusahaan swasta industri, semakin menggantungkan pembiayaannya pada kredit dalam jumlah besar dan penjualan saham, ketimbang dari laba yang diperoleh.

Ketergantungan ini makin menjadi menebal di akhir 1990-an di akhir jaman Clinton. Boom ini mengakibatkan suatu ledakan kegiatan penanaman modal global, yang akhirnya bermuara pada kelebihan kapasitas di mana mana. Pada akhir 1990-an angka-angka indikator sangat mencolok. Industri komputer di AS meningkat 40% per tahun, jauh di atas proyeksi demand tahunan. Industri otomotif dunia hanya bisa menjual 74 persen dari produksinya sebesar 70.1 juta mobil per tahun. Begitu banyak penanaman modal di bidang sarana telekomunikasi global, sehingga seluruh lalu-lintas dalam jaringan fiber-optic dunia baru menempati 2.5 persen dari total kapasitas jaringan tersebut. Sektor eceran juga mengalami hal yang sama. Raksasa-raksasa eceran seperti K-Mart dan Wal-Mart mengalami kekurangan tempat untuk barang-barang mereka. Terjadilah suatu "kelebihan pasokan hampir di semua hal", kata ekonom Garry Shilling.

Nampaknya laba mulai mengalami kemandekan di sektor usaha di AS setelah 1997, mengakibatkan perusahaan-perusahaan besar melakukan merger, sebagian dengan motivasi menyingkirkan saingan, sebagian dengan harapan mendapatkan pembaruan keuntungan dari suatu proses mistis yang disebut "sinergi". Contoh-contoh paling signifikan antara lain, penyatuan Daimler Benz-Chrysler-Mistsubishi, Pengambil-alihan Nissan oleh Renault, merger Mobil-Exxon, kesepakatan antara BP-Amoco-Arco, "Star-Alliance" di layanan penerbangan, merger AOL dengan Time-Warner, Dibelinya perusahaan SLJJ MCI oleh WorldCom. Pada kenyataannya banyak merger berakhir dengan konsolidasi pembiayaan tanpa menambah laba, seperti pada contoh kasus AOL dan Time Warner. Ketika merger tidak bisa dilakukan, maka perusahaan bisa sampai tewas dalam persaingan tersebut, serta mengakibatkan pailit atau bangkrut seperti pada kasus raksasa eceran K-Mart, Dengan margin laba menjadi kurus atau habis, maka kelangsungan hidup semakin bergantung pada pembiayaan dari Wall-street, yang semakin lama semakin dikuasai oleh Bank blasteran investasi-komersial seperti JP Morgan Chase, Salomon Smith Barney, dan Merril Lynch yang saling berkompetisi secara agresif. Beberapa perusahaan yang sulit menunjukkan prospek, beralih ke jalur "mendapatkan dana sekarang dengan menjual janji di masa depan", suatu praktek yang dikuasai sangat baik oleh para manajer investasi di sektor high-tech. Ini adalah suatu teknik yang nampak inovatif, teknik perdagangan yang bertumpu pada ilusi.

Teknik inilah yang mengakibatkan melangitnya share (saham) nilai di sektor teknologi tinggi, dalam mana sebenarnya mereka kehilangan hubungan pada keadaan nyata perusahaan. Amazon.com, misalnya melihat share sahamnya meningkat terus sekalipun belum menjadi laba. Beberapa perusahaan lain yang baru berproduksi kehilangan segala kontaknya pada industri dan beralih fungsi menjadi mekanisme untuk menggelembungkan harga saham untuk memberi jalan bagi para kapitalis ventura (venture-capitalist) dan manajer investasi yang punya akses dan pilihan untuk melakukan pembunuhan sejak pada penjualan awal, dan setelah itu perusahahaan ditinggalkan sekarat, lalu runtuh. Pada akhirnya, perdagangan ilusi ada batasnya. Alam nyata mengintervensi pada tahun 2000, mengakibatkan hilangnya kekayaan investor sebesar 4,6 trilyun dollar AS di Wall Street. Jumlah ini, menurut Business Week adalah separuh dari Produk Domestik bruto AS, dan juga 4 kali jumlah kehilangan pada crash tahun 1987.

Karena diperlebar oleh wabah dot.com, maka ekonomi AS mengalami resesi pada tahun 2001. Dan karena keadaan nyata sudah begitu lama ditutupi oleh topeng ilusi kekayaan, maka butuh waktu lebih lama untuk mangatasi ketidak seimbangan struktural yang telah terbangun, itupun kalau memang mau diatasi. Akhirnya memang tak mungkin mengakali fakta untuk tetap bisa menarik pemodal. Dalam neraca rugi laba, keuntungan harus lebih besar daripada biaya. Ini kenyataan yang sederhana tapi berat. Kenyataan ini kemudian memunculkan berbagai teknik akuntansi genit seperti "kemitraan"-nya Andrew Fastow, eksekutif finansial Enron, yang sebenarnya merupakan suatu mekanisme untuk menyingkirkan biaya dan hutang dari neraca. Ada lagi cara yang lebih kasar, misalnya seperti yang dilakukan oleh WorldCom, yaitu menyamarkan biaya sebagai investasi.

Kekuasaan Neol-liberal dikawal oleh deregulasi dan pemanjaan sektor privat. Dalam konteks ini, praktek-praktek tersebut dengan sangat mudah mengikis batas yang disebut sebagai ‘dinding-api’ (firewalls) antara manajemen dengan dewan pemegang saham, antara analis saham dengan pialang saham, antara auditor dengan yang diaudit. Karena sama-sama dirundung oleh baying-bayang keruntuhan ekonomi serta menipisnya pendapatan bagi semua pihak, maka baik para pengawas maupun yang diawasi memainkan pretensi seolah olah dikendalikan oleh sistem cek dan keseimbangan, dan bersatu untuk menciptakan ilusi kekayaan- dengan tujuan mempertahankan selama mungkin uluran tangan dari pemodal yang tidak curiga. Front bersama ini tak bisa dipertahankan terus menerus, karena orang-orang yang tahu keadaan sebenarnya akan sangat tergoda untuk menjual, sebelum khalayak investor terbuka matanya.

Dengan keadaan ini maka perhitungan bisnis menyempit menjadi soal menentukan kapan menjual, kapan mengambil uang dan kapan lari menghindar dari tindakan hukum. CEO Enron Jeffrey Skilling melihat gelagat tanda-tanda, dia lalu mengundurkan diri, mendapatkan 112 juta dollar AS dari menjual sahamnya, beberapa bulan sebelum kejatuhan Enron. Dennis Kozlowski dari Tyco kurang begitu beruntung. Ia merasa tidak cukup dengan menggaruk uang 240 juta dollar AS. Ia masih berusaha memerah uang ketika perusahaan mulai jatuh, dan sekarang ia terkena pasal menghindari pajak. Jelas akan banyak lagi bandit yang terbuka kedoknya, siapa tahu dalam barisan ini nanti termasuk juga mungkin George W. Bush. Meskipun demikian kita tetap perlu ingat bahwa sekalipun akan ada sederet nama-nama, tapi pusat persoalannya adalah pada dinamika sistim kapitalisme global berlokomotif sektor finansial tanpa regulasi. Persoalan ini tak bisa dilenyapkan hanya dengan pernyataan kebaikan seperti "Tak ada kapitalisme tanpa nurani" atau penyelesaian usang seperti "good corporate governance". Sementara waktu, pemodal luar negeri meninggalkan AS, dollar AS merosot, dan lubang kelebihan produksi makin menganga. Paduan antara krisis ekonomi struktural yang semakin dalam dengan krisis legitimasi kapitalisme neo-liberal ini jelas menjanjikan masa depan yang rawan.

Arsip 2005

Mata Uang AS ?

Kemarin saya bertemu dengan teman dari luar negeri yang kebetulan adalah pejabat otoritas keuangan dinegaranya. Setelah membahas masalah business , kemudian dia menyinggung tentang kesombongan AS dalam mengelola moneternya ditengah difisit anggaran. Ada empat alasan yang membuat amerika terlena dengan ancaman krisis difisit ini yaitu Pertama, defisit itu dianggap simbol kepercayaan dunia terhadap kekuatan ekonomi AS. Kedua, permintaan yang lesu dari negara lain atas produk- produk AS sehingga menyebabkan neraca perdagangan AS kedodoran. Ketiga, defisit itu disebabkan oleh banyaknya perusahaan multinasional AS yang membuka sentra-sentra produksinya di luar AS. Dan keempat, akumulasi dollar AS oleh bank-bank sentral di dunia telah membuat sistem ekonomi global stabil.

Kemudian teman ini mengatakan bahwa Keempat alasan itu tentu terasa sombong. Banyaknya uang yang masuk ke AS tidak menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Eropa, Jepang, dan China, baik berupa investasi langsung maupun berupa saham dan obligasi. Surplus neraca modal (capital-account) AS sebagai mirror-image dari defisit neraca berjalannya hanyalah untuk membiayai konsumsi warga negara AS. Bank-bank sentral di dunia mendanai sedikitnya 60 persen defisit tersebut agar mata uang mereka tidak menguat terhadap dollar AS yang dapat mengganggu ekspor mereka. Yang paling absurd adalah alasan keempat. Menurut AS, negara-negara di Asia melalui bank sentralnya harus berbahagia mengumpulkan dollar AS sehingga sistem nilai tukar saat ini mirip dengan sistem "Bretton Woods" yang stabil. Dengan membeli obligasi-obligasi Pemerintah AS, Asia menolong menekan mata uangnya untuk mendorong ekspor dan dengan demikian mengangkat ekonomi mereka. Masalahnya, di zaman Bretton Woods dollar AS dipatok (peg) terhadap emas dan neraca berjalan AS waktu itu surplus. Sekarang, bank- bank sentral yang mengakumulasi dollar AS dihadapi pada potensi rugi yang sangat "gigantis" apabila mata uang mereka menguat.

Situasi tersebut diatas sangat tidak adil. Negara lain bekerja keras untuk mendongkrak ekonominya sementara AS membiarkan difisit anggarannya untuk menarik devisa bank centeral negara lain. Amerika sengaja curang dalam pengelolaan moneternya. Mereka makmur tanpa melakukan apaapa. Ini harus dirubah dalam menyongsong peradaban yang berkeadilan dimasa depan. Kemudian teman ini meneruskan analisanya bahwa rencana Iran untuk membuka BURSA MINYAK IRAN ( IOB) bermata uang Euro

“ . Ini merupakan ancaman serius bagi Dollar AS. Sangat sulit bagi AS untuk menerima kenyataan ini. Dapat dipastikan bahwa bila AS tidak melakukan tindakan berarti maka akan mengancam mata uang dollar dalam perdagangan minyak dan menempatkan mata uang euro semakin kuat dipasar."

Iran telah bertekad untuk menjadikan bursa minyaknya terbesar setelah New York dan London. Juga akan menjadi pesaing keras bagi kedua bursa tersebut. Karena sebagaimana diketahui bahwa Iran merupakan Negara penghasil minyak terbesar didunia. Keberadaan bursa ini akan mendapata dukungan dari berbagai Negara konsumen minyak dunia, termasuk oleh china sebagai pembeli terbesar. Bila ini benar terjadi dan mendapat dukungan yang luas maka kita akan melihat kemampuan amerika melakukan import dengan mata uang Negara lain ( euro ). Kita akan lihat kemampuan mata uang dollar menghadapi tekanan kebutuhan valas untuk import. Yang pasti AS akan menghadapi bencana yang serius dalam pengelolaan moneternya.

AS harus mulai transfarance tentang kekuatan ekonomi realnya dalam mendukung mata uangnya. Pasar akan menjadi hakim yang sangat fair dan juga kejam menyikapi setiap ketidak jelasan dalam pengelolaan moneter ini. Menurut ahli ekonomi, tindakan Iran ada wajarnya lebih-lebih lagi Uni Eropa menjadi rekan bisnis utama Iran. Ini juga akan menjadi tamparan hebat kepada musuh nomor satunya, AS. Dengan harapan untuk menjadikan Iran sebagai pusat perdagangan minyak dunia dan sekaligus menempatkan Iran sebagai Negara berpengaruh di Asia Barat. George Perkovich, pakar mengenai Iran di Carnegie Endowment, Washington, mengatakan bahwa tindakan negara itu sebagai ‘bagian daripada strategi pintar dan kreatif Iran untuk bertindak apasaja dan pada waktu yang sama mendorong pihak lain menentang Amerika serikat.’ Tindakan Iran ini merupakan serangan yang Sangat dahsyat dan langsung menuju jantung pertahanan amerika sebagai musuh utamanya. Menurut laporan yang disampaikan Asia Times baru-baru ini, ‘Perdagangan minyak dalam euro akan menguntungkan berjuta-juta orang, baik di Uni Eropa maupun mitra perdagangan lainnya. Juga akan melonggarkan cengkaman Amerika terhadap anggota Opec.’

Implikasi ini semua akan mendorong banyak negara mulai mengalihkan cadangan valasnya dalam mata uang Euro. Bila sudah begini hegemoni amerika dalam perputaran uang global akan berbalik menjadi ancaman serius karena AS harus membayar semua permintaan perubahan mata uang tersebut menjadi mata uang euro. Artinya akan ada rush US Dollar besar besaran dalam waktu yang panjang. Sanggupkah Dollar AS bertahan. Dan kita akan lihat nanti.

Menghadapi situasi ini AS berusaha untuk menciptakan krisis dengan Iran melalui isu Nuklir. Dari Krisis ini diharapkan dapat menyeret AS dalam situasi berhadapan secara militer dengan Iran.. AS telah meminta dukungan IAEA ( Lembaga Nuklir Dunia ) agar mengecam iran hingga memungkinkan dapat melegalisir tindakan AS melakukan serangan pada pada iran. AS dapat menekan negara eropa untuk mendukung upaya ini namun ditolak keras oleh anggota dewan keamanan PBB dari China dan Rusia. Hal ini disebabkan China merupakan mitra strategis iran yang diuntungkan oleh kemudahan suplai energi. Sementara Rusia mendapat keuntungan dari banjirnya pesanan proyek pembangunan infrastruktur Iran. Kedua negara ini menjadi kendalan utama bagi AS untuk memperlakukan Iran sama dengan Irak.

AS juga gagal menempatkan Eropa untuk membujuk atau menekan Iran. Karena memang Eropa tidak bisa lagi melihat AS sebagai mitra strategis dan mengorbankan prospek jangka panjang bermitra dengan Iran. Jadi , apalagi yang dapat dijadikan alasan AS untuk memukul Iran secara militer?. Nampaknya semua negara sudah bosan dengan cara AS yang tetap ingin berkuasa sementara keberadaan nya tidak banyak berbuat untuk menciptakan keseimbangan global dan perdamaian dunia.

Yang pasti Pendirian Bursa Minyak bagi iran mulai berlaku efektif ditahun 2006. Program ini lebih dahsyat terasa bagi Amerika namun kehilangan akal untuk menghentikannya. Kita akan lihat perkembangannya ditahun 2006 nanti. Setidaknya upaya Iran ini sebagai pemicu solidaritas Negara Negara didunia untuk menghentikan cara amerika dalam mempermainkan kedaulatan Negara lain melalui pengelolaan mata uangnya yang “culas “

Arsip 2005