Pengamat mengatakan bahwa pemerintah gagal mengatasi COVID-19. Alasannya. Pertama, Pemerintah abai dalam mengantisipasi adanya varian baru Covid. Kedua, Pemerintah dinilai sangat lambat melakukan tindakan lockdown. Ketiga, Pemerintah lebih orientasikan pertimbangan ekonomi daripada penyelamatan warga atau tenaga kesehatan. Keempat, pemerintah masih denial atau menyangkal akan adanya ledakan kasus. Dan yang kelima, pemerintah tidak mengupayakan secara sistematik upaya pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment).
***
Tidak ada pemimpin yang benar dan dipuji oleh rakyatnya dalam kasus Covid-19. Bahkan China katanya negara sukses melawan pandemi, Xijinping tak bisa menahan raut wajah sedih ketika dia berkunjung Wuhan paska Lockdown “ Kemana anda ketika kami di lockdown?Apakah anda lihat wanita diseret dari pinggir jalan. Dipaksa masuk ke apartementnya. Apakah anda tahu arti kesunyian dan kelelahan dan rasa takut di rumah sendiri? Demikian protes rakyat. Xi hanya berkata singkat. “ Kami berjanji, itu tidak akan pernah terjadi lagi.”
Lihatlah bagaimana negara super power AS yang pemimpinnya diolok olok karena aturan PSBB. Bahkan rakyat turun ke jalan protes. “ Kalau boleh memilih kesehatan atau kerja, maka kami lebih milih kerja. Kami butuh kerja untuk hidup. Walau tak kena Corona sekalipun, tanpa kerja, kami akan mati” Orang protes kebijakan pemerintah soal PSBB dengan melanggar PSBB secara vulgar lewat demo anarkis. India juga sama.
Bahkan Arab sudah tidak melihat lagi Allah hadir dan penolong bagi semua umat. Tetap saja Masjidilharam di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah tidak boleh dipakai untuk berhaji keculi hanya untuk penduduk lokal. Konon katanya sholat Idul Adha tahun ini tidak akan dilakukan di Masjidilharam. Jangankan pemerintah, Tuhan pun diragukan otoritasnya oleh manusia. Semua karena COVID 19.
Masalah Virus Covid19 itu sederhana saja. Ia masuk lewat orang perorang. Apalagi berada ditengah kerumunan ketika sholat di masjid , Gereja, tempat hiburan, wisata atau di pasar, di stasiun, bandara, di cafe, itu sangat mudah terjadi penyebaran. Makanya penting sekali pakai masker. Harus pakai masker yang tiga layer. Tapi masyarakat bandel. Tidak peduli. Ya bagaimana tidak kena? Lah memang virus masuk ke tubuh dibiarkan begitu saja. Seakan tidak percaya virus corona itu ada. Peran pendakwah agama juga besar membuat orang tidak patuh prokes. Ya kena lah.
Bahayakah virus itu ? Kalau virus itu masuk, akan bertahan 10-14 hari. Kalau daya tahan tubuh kuat, dampak ke tubuh tidak akan berbahaya. Lewat 14 hari virus tidak akan aktif lagi. Setelah itu tubuh kita akan adaptif dengan Virus. Penyebab kematian bukan karena virusnya, tetapi badai sitokin. Kondisi ini bisa terjadi akibat tubuh terlalu banyak memproduksi protein kekebalan yang disebut sitokin. Kalau sudah begitu, proses peradangan di dalam tubuh malah jadi meningkat.
Apa penyebabnya ? bisa karena pola hidup yang kurang sehat, karena berhubungan dengan pola makan dan terpapar zat kimia ( bahan pengawet ) namun bisa juga karena beberapa riwayat infeksi yang terlambat ditangani dan faktor genetik. Artinya perkuat daya tahan tubuh dengan makan yang bergizi dan hindari makan yang ada bahan pengawetnya. Perkuat psikis dengan sifat ikhlas. Karena psikis juga sangat berpengaruh meningkatkan produksi antibodi. Tapi orang males mengubah gaya hidupnya untuk utamakan kesehatan. Yang mudah memang menyalahkan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.