Dua tahun lalu, di Hong Kong saya mengajak tamu saya dari Eropa
makan siang di kawasan causeway bay. Kami berjalan kaki dari Hotelnya ke
restoran.Tidak begitu jauh. Hanya satu blok . Ditengah perjalanan itu , dia
nampak bingung ketika melihat begitu
banyak wanita yang duduk di trotoar jalan , dibawah jembatan dan dipinggir taman, sedang
menikmati makan siang sambil
bersenda gurau. Dia melihat kearah saya seakan ingin meminta penjelasan . Saya
katakan bahwa itu adalah para wanita pekerja dari Indonesia. Mereka adalah pembantu rumah
tangga. Dalam seminggu , para majikannya
memberi mereka libur sehari. Umunya hari minggu mereka libur.
Memang aturan Hong Kong dimana
PRT mendapatkan hak sama dengan pekerja formal lainnya.Mereka mendapatkan
asuransi, dan hak libur serta Upah
Minimum Tidak sama dengan di Indonesia ,
PRT bekerja 24 jam dan tidak ada libur, tak ada standard upah minimum. Dia nampak berkerut kening ketika
mendengar penjelasan saya. Bukankah Indonesia dikenal sebagai negara kaya SDA?. Bukankah Indonesia
telah merdeka? Bukankah Indonesia adalah
negara dengan mayoritas penduduk dan pemimpinnya adalah muslim?. Bukankah
Indonesia anggota G20?. Maklum teman saya ini wanita. Jadi emosi-nya tidak bisa
disembunyikan ketika melihat sesuatu yagn tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya.
Dia nampak menggeleng gelengkan kepala.Seakan
tidak bisa memahami keadaan yang ada didepan matanya. Dia memang tidak pernah datang ke Indonesia
dan tidak mengenal dekat tentang Indonesia. Dia hanya mengenal Indonesia dari
media cetak. Mengapa pemerintah Indonesia meng-organisir wanita bekerja di-level terendah seperti
ini di luar negeri? China saja yang
jelas komunis melarang pengiriman tenaga kerja wanita keluar negeri. Bahkan
Vietnam dengan tingkat GNP dibawah Indonesia, melarang para wanitanya bekerja
di luar negeri. Dia yakin bahwa para
wanita wanita itu adalah korban dari akibat kemiskinan. Tak mungkin ada wanita yang mau jauh dari
keluarganya dan bersedia diperlakukan sebagai manusia second class kalaulah
bukan karena kemiskinan yang kronis. Sangat kronis. Sehingga mereka tak lagi
melihat kehormatan dirinya kecuali berbuat apa saja untuk bisa bertahan hidup.
Mereka bersyukur bekerja di negara seperti Hong Kong yang menempatkan HAM
diatas segala galanya. Bagaimana dengan mereka yang bekerja di Malaysia dan
Arab. Para wanita itu diperlakukan seperti budak, walau mereka seiman dan
seAgama dengan majikannya. Dimana nilai Negarawan para pemimpin anda? Apakah
mereka paham apa yang disebut dengan membangun bangsa juga membangun
kehormatan? Lebih setengah abad negeri
anda merdeka tapi tidak beranjak dari system colonial dengan
memperdagangkan manusia. Jahat sekali. Rendah sekali. !
Menurutnya, dia baru kini dapat mengerti bahwa
sebetulnya tidak ada kemerdekaan di Indonesia. Dia dapat pahami itu ketika di belajar ekonomi di Universitas. Apa yang dia ketahui bahwa Indonesia adalah
salah satu contoh negara yang salah mengurus sumber dayanya sehingga membuat
Indonesia terjebak dengan kelangkaan resource. Saya berkerut kening. Apa yang
disebut dengan kelangkaan resource? Menurutnya adalah sumber daya yang ada
useless karena sebagai berikut 1) tenaga kerja terdidik tidak tersedia secara
massive. 2) sebagian besar tenaga terdidik bekerja di perkotaan yang tidak ada
kaitannya dengan peningkatan value sumberdaya alam. 3). Tanggung jawab sosial
negara yang begitu besar tanpa diiringi kemampuan kemandirian negara memenuhi
anggarannya sehingga terjebak dengan hutang. 4). Tidak ada kepastian hukum
sehingga memungkinkan celah korupsi terjadi dimana saja. 5). Proses politik
yang panjang dan mahal sehingga membuat kebijakan nasional menjadi lambat dan
tidak efisien. Hal ini mematikan kreatifitas birokrasi dan mengaburkan visi.
Tentu semua itu berhubungan dengan attitude Pemimpin. Demikian dia mencoba membentangkan teori yang dia pahami
tentang Indonesia. Apakah itu benar
adanya ? tanyanya. Saya hanya mengangkat bahu.
Apapun teori tentang Indonesia, aka selalu ada pembenaran nya bila
melihat kenyataan yang ada. Dia berdoa agar suatu saat Indonesia mendapatkan pemimpin yang punya hati nurani dan paham apa arti sebuah negeri merdeka.
Kemarin saya membaca berita bahwa Pemerintah Jokowi berniat untuk menghentikan pengiriman tenaga kerja wanita ke luar negeri
khususnya yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga. Sikap itu disampaikan Jokowi ketika dia melakukan kunjungan bilateral beberapa waktu lalu ke Malaysia,
Brunei, dan Filipina, Jokowi mendapati fakta bahwa sebanyak 2,3 juta penduduk
Indonesia menjadi tenaga kerja, dan sebanyak 1,2 juta di antaranya ilegal. Dari
jumlah itu, kata dia, banyak sekali yang tersangkut masalah. Melalui skype saya
sampaikan berita itu ke teman saya di Swiss, yang dua tahun lalu bertemu dengan saya di Hong Kong. Dia senang sekali. Menurutnya agenda pembangunan yang diusung oleh Jokowi memang terkesan menerapkan sistem soslalis liberal seperti layaknya China. Dan ini memang memungkinkan negara melakukan ekspansi modal langsung ke rakyat miskin lewat program produksi. Ini akan cepat menyejahterakan rakyat yang ada di bawah garis kemiskinan. Jokowi mengambil garis keras perbedaan dengan presiden sebelumnya yang terkesan memberikan ruang bagi berlakunya sistem neoliberal. Sebetulnya ini bukanlah hal yang luar biasa. Karena perbedaan sistem itu hanya soal perbedaan metode membangun. Yang luar biasa itu adalah Jokowi memimpin dengan cinta. Pendekatannya adalah cinta. Demikia kata teman saya.
Ya, dengan kekuatan cinta itulah membuat Jokowi berbeda dari presiden sebelumnya, termasuk tanpa beban mengambil sikap " Saya memberikan target kepada Menteri Tenaga Kerja untuk membuatkan roadmap yang jelas, dan kapan kita stop yang namanya pengiriman PRT. Kita harus punya harga diri dan martabat". kata Jokowi dalam Munas II Partai Hanura, Jumat (13/2/2015) malam.Jokowi, He is one who knows the way, goes the way, and shows the right way…
Ya, dengan kekuatan cinta itulah membuat Jokowi berbeda dari presiden sebelumnya, termasuk tanpa beban mengambil sikap " Saya memberikan target kepada Menteri Tenaga Kerja untuk membuatkan roadmap yang jelas, dan kapan kita stop yang namanya pengiriman PRT. Kita harus punya harga diri dan martabat". kata Jokowi dalam Munas II Partai Hanura, Jumat (13/2/2015) malam.Jokowi, He is one who knows the way, goes the way, and shows the right way…
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.