Pada tahun 1979 dua konglomerat Amerika-Inggris
Rockefeller dan Rothschild ( RR) sebagai
pemilik dari Exxon Mobil, Texaco, BP Amoco dan Royal Dutch/Shell mengajukan proposal
terbentuknya GCC (Gulf Cooperation
Council). Tujuan dibentuknya GCC adalah memastikan pemerintah Amerika dan
Inggeris harus mempunyai kebijakan luar negeri yang menjamin kasus nasionalisasi bisnis minyak seperti Iran paska
jatuhnya Shah Reza Pahlevi tidak terjadi lagi. Sejak itu Arab Saudi yang dikuasai
dinasti Ibnu Saud dijadikan sebagai basis dan markas operasi
politik-ekonomi-intelijen-militer dari kekuatan-kekuatan korporasi tersebut.
Apa yang dilakukan oleh Rockefeller dan Rothschild terhadap Negara Teluk juga
dilakukan kepada Indonesia. Artinya paska 1979 kebijakan Indonesia pada masa Orde
Baru terhadap produksi dan konsumsi minyak berada dibawah platform yang sama dengan
Negara GCC. Ciri utama dari platform ini adalah Negara dibawah kendali para broker
yang merupakan agent dari RR. Mereka
para agent ini adalah kroni atau keluarga penguasa yang bertugas mensuplai komisi haram dari hasil business denganRR kepada penguasa ( Presiden).Namun mekanisme bisnis
para kroni dan keluarga ini didukung oleh hokum dan peraturan yang dibuat oleh Negara
dengan kesan yang sangat adil demi kepentingan bangsa dan Negara. Tentu tiap rezim
pendekatan RR berbeda tergantung situasi dan kondisi. Di Era Soeharto, Negara berkuasa
penuh mengontrol SDA termasuk Migas
melalui Pertamina namun operasional ditangan Asing lewat TAC ( technical Assistance Contract ) dan untuk import minyak ditunjuk Petral. Di era
Reformasi, melalui reformasi hokum dan UU, Negara memberikan penguasaan
langsung kepada RR untuk mengontrol bisnis minyak.
Khusus mengenai import minyak sampai kini
Pemerintah tetap mempertahankan kebijakan import seperti era Soeharto dimana
pemeritah membelinya melalui Pertamina atau lebih tepatnya Pertamina Energy
Trading Ltd (Petral ) yang berbasis di Singapor.Petral membeli minyak dipasar
melalui lelang terbuka sehingga terkesan transfarance sesuai dengan konsep
reformasi. Namun substansi tetap sama dimana pemenang lelangnya selalu itu itu
saja. Siapa itu ? Global Energy Resource
yang membawahi Supreme Energy, Orion
Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petrolium yang berbasis di
Singapura. Perusahaan ini terdaftar di Virgin Island yang bebas pajak sehingga
tidak diketahui pasti siapa pemegang sahamnya namun aktornya dikenal luas. Dia
adalah Muh Riza Chalid. Menurut teman saya yang analis keuangan di lembaga keuangan di Singapore yang berafiliasi dengan perbankan milik Rothschild mengatakan bahwa Riza adalah pedagang minyak yang punya koneksi kuat
dengan Cendana ketika Era Orde Baru.Pada Era reformasi , Riza dekat dengan Presiden Habibie dan ketika Gus Dur berkuasa, Riza
memberikan rekomendasi agar SBY ditempatkan sebagai Menteri Pertambangan. Belakangan
Kedekatan dengan SBY semakin hebat
ketika Riza dan ARB mendukung SBY sebagai Presiden berpasangan dengan JK. Era Presiden
Megawati , Riza sangat dekat dengan Taufik Kemas. Ketika SBY berkuasa,Riza
semakin leluasa menjalankan bisnisnya khususnya sebagai broker minyak dan
ketika itulah Hatta Rajasa yang berlatar belakang pengusaha minyak diminta SBY sebagai
connection dengan Riza. Keliatannya SBY tidak seratus persen percaya dengan
Riza karena itu Hatta perlu mengawasi. Dia tahu percis bahwa RIza culas terhadap pembagian komisi kepada
presiden sebelumnya. Ya Hatta sangat dekat dan sangat dipercaya oleh SBY karena perannya bukan hanya sebagai menteri tapi lebih daripada itu adalah untuk kepentingan pribadi SBY. Jadi engga aneh bila akhirnya mereka besanan.
Saya mendapatkan pencerahan dari teman dibalik
unggulnya Riza dalam setiap lelang minyak di Petral. Proses tender minyak itu
dilakukan dengan standard international trade dan pemerintah Singapore punya
system pengawasan ketat sebagai trade center berkelas dunia. Justru keberadaan
mafia business minyak yang sudah menggurita diseluruh dunia, telah membuat
setiap Negara tidak berdaya bermain main dengan system tender. Dalam system
tender ini dipastikan siapapun yang tidak qualified sebagai supplier akan
tergusur dengan sendirinya. Siapakah yang qualified itu ? ya mereka yang
tergabung dalam sindikat perdagangan minyak kelas dunia. Makanya jangan kaget
bila pemenangnya itu itu saja. Ini tidak ubahnya dengan pasar uang dalam arena
144 A SEC act dimana hanya pemain yang dianggap sebagai QIP ( Qualified
institutional Purchaser ) yang bisa ikut lelang bond berkatagori AAA atau No
risk. Minyak dan uang bagaikan sejalin sedarah. Hanya mereka yang benar benar
qualified atau mereka yang menguasai stock dan bunker yang bisa masuk dalam
proses tender. Bunker dalam sindikat perdagangan minyak tidak selalu berada di
refinery tapi bisa juga bunker berjalan yang siap berlabuh dimanapun apabila
harga disepakati dan uang tersedia untuk membayar tunai. Dalam business perdagangan minyak tidak dikenal
dengan istilah structure financing. Semua harus bicara cash. Ini transaksi tidak berkisar jutaan dollar
tapi sudah mencapai ratusan juta dollar. Pertahun Indonesia membeli minyak senilai sedikitnya USD 25 milliar. Jadi ini business billion dollar yang CASH.
Nah sudah dapat ditebak bahwa pedagang minyak
adalah mereka yang juga menguasai peredaran uang didunia. Mereka umumnya punya
access ke system keuangan global yang dengan cepat bergerak untuk menguasai
stock refinery. Melalui sindikat perbankan international mereka juga sudah
menguasai crude oil sebelum diangkat dari perut bumi. Karena maklum hampir semua
perusahaan drilling oil bergantung dengan pinjaman lembaga keuangan. Sebagai
salah satu syarat pinjaman adalah adanya ketentuan akan offtaker market. Para
offtaker ini umumnya punya hubungan khusus dengan lembaga keuangan karena
mereka juga bertindak sebagai pensuplai likuiditas perbankan.Apalagi stock
dalam perdagangan minyak sudah masuk dalam bursa derivative,yang sehingga
supply sampai dengan tiga bulan kedepan sudah habis dikuasai oleh pedagang
dibursa. Karena sudah menggurita diseluruh dunia maka tidak mudah bagi setiap
Negara untuk mengontrol demand and supply pada harga yang rasional. Suka tidak
suka, harga pada akhirnya ditentukan oleh segelintir trader yang menguasai
stock. Pada situasi ini segala hal mereka lakukan untuk mempermainkan harga. Untuk
memastikan delivery pihak broker harus bisa menunjukan proof of product dalam
bentuk certificate product dari bunker atau refinery. Ini tidak mudah karena
untuk menguasai stock , broker harus punya uang tunai sebagai jaminan. Tidak banyak broker punya kapasitas yang bisa memenuhi syarat untuk qualfied sebagai pemenang lelang Hal inilah yang kadang orang
awam tidak paham. Mengapa orang yang didukung Lembaga Keuangan lebih berkuasa dibandingkan negara.
Itulah sebabnya mengapa Riza melalui Global
Energy Resource selalu unggul dalam
lelang pengadaan minyak yang dilakukan oleh Petral karena dia di back up oleh penguasa
peredaran uang yang juga penguasa bisnis minyak.Siapakah itu? Dialah Rockefeller
dan Rothschild (RR). Peran rezim hanya satu yaitu mereka hanya boleh menjalankan kebijakan bidang
MIGAS sesuai dengan konsep dari RR. Bagi RR tidak penting siapa yang akan jadi
presiden. Yang penting adalah siapa yang bisa menjalankan platform global
mereka menguasai bisnis MIGAS. Menurut teman saya karena SBY tidak bisa lagi mencalonkan sebagai presiden , keliatannya Hatta mendapat
tugas dari SBY untuk memastikan siapapun sebagai pemenang harus menjalankan
platform itu.Tentu yang diharapkan pertama kali untuk terjalin koalisi
adalah Jokowi yang didukung oleh PDIP
karena elektabilitasnya tinggi dibandingkan dengan calon lain namun Jokowi
menolak platform yang diajukan oleh Hatta. Kemudian arah koalisi ditujukan
kepada Prabowo yang langsung disambut baik karena memang hubungan Hashim dengan Rothschild sudah
terjalin lebih dahulu sehingga bisa menerima platform Hatta yang notabene adalah proposal kelangsungan
bisnis dengan RR. Agar tidak ada lagi pemain minyak di Indonesia selain group
RR maka ada kemungkinan platform ekonomi Prabowo –Hatta akan sama dengan
Soeharto dimana Negara berkuasa langsung lewat BUMN ( PERTAMINA) namun
operasional ditangan mitra strategis ( RR)…
Bagaimana analisa anda dg tulisan ini om.
ReplyDeletehttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/06/08/0910345/Kontrak.Freeport.Diperpanjang.sampai.2041.Ini.Pertimbangan.Pemerintah
Inyas, anda bisa baca dalam tulisan ini http://culas.blogspot.com/2014/01/kita-tak-berdaya.html
ReplyDeleteBang Erizeli, bagus analisanya. Tapi bukankah itu sudah turun temurun. Dengan demikian, bisa saja Jokowi di plot untuk menggantikan Taufik Kiemas yang sudah meninggal. Maklum PDIP sudah 10 tahun lamanya berpuasa
ReplyDeleteYang pasti Jokowi menolak proposal mafia minyak makanya Hatta rajasa merapat ke Prabowo. JIka jokowi jadi presiden maka mafia minyak akan dibrantas.Kita akan bangun kilang minyak sendiri untuk memenuhi kebutuhan akan BBM dalam negeri..tidak ada lagi import.
Deleteapakah Jokowi punya kekuatan untuk melawan mafia?
Deletekalau terkait dengan tulisan ini, bagaimana menurut pemahaman pak jeli..
ReplyDeletehttp://m.kompasiana.com/post/read/666255/2/mafia-migas-siapa-diuntungkan.html