Sunday, June 8, 2014

Hatta dan Mafia Minyak...?

Pada tahun 1979 dua konglomerat Amerika-Inggris Rockefeller dan Rothschild  ( RR) sebagai pemilik dari Exxon Mobil, Texaco, BP Amoco dan Royal Dutch/Shell mengajukan proposal terbentuknya  GCC (Gulf Cooperation Council). Tujuan dibentuknya GCC adalah memastikan pemerintah Amerika dan Inggeris harus mempunyai kebijakan luar negeri yang menjamin kasus nasionalisasi bisnis minyak seperti Iran paska jatuhnya Shah Reza Pahlevi tidak terjadi lagi. Sejak itu Arab Saudi yang dikuasai dinasti Ibnu Saud dijadikan sebagai basis dan markas operasi politik-ekonomi-intelijen-militer dari kekuatan-kekuatan korporasi tersebut. Apa yang dilakukan oleh Rockefeller dan Rothschild terhadap Negara Teluk juga dilakukan kepada Indonesia. Artinya paska 1979 kebijakan Indonesia pada masa Orde Baru terhadap produksi dan konsumsi minyak berada dibawah platform yang sama dengan Negara GCC. Ciri utama dari platform ini adalah Negara dibawah kendali para broker yang merupakan  agent dari RR. Mereka para agent ini adalah kroni atau keluarga penguasa yang bertugas mensuplai komisi haram dari hasil business denganRR kepada penguasa ( Presiden).Namun mekanisme bisnis para kroni dan keluarga ini didukung oleh hokum dan peraturan yang dibuat oleh Negara dengan kesan yang sangat adil demi kepentingan bangsa dan Negara. Tentu tiap rezim pendekatan RR berbeda tergantung situasi dan kondisi. Di Era Soeharto, Negara berkuasa penuh mengontrol  SDA termasuk Migas melalui Pertamina namun operasional ditangan Asing lewat TAC ( technical Assistance Contract ) dan untuk import minyak ditunjuk Petral. Di era Reformasi, melalui reformasi hokum dan UU, Negara memberikan penguasaan langsung kepada RR untuk mengontrol bisnis minyak.

Khusus mengenai import minyak sampai kini Pemerintah tetap mempertahankan kebijakan import seperti era Soeharto dimana pemeritah membelinya melalui Pertamina atau lebih tepatnya Pertamina Energy Trading Ltd (Petral ) yang berbasis di Singapor.Petral membeli minyak dipasar melalui lelang terbuka sehingga terkesan transfarance sesuai dengan konsep reformasi. Namun substansi tetap sama dimana pemenang lelangnya selalu itu itu saja. Siapa itu ? Global Energy  Resource yang membawahi  Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petrolium yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini terdaftar di Virgin Island yang bebas pajak sehingga tidak diketahui pasti siapa pemegang sahamnya namun aktornya dikenal luas. Dia adalah Muh Riza Chalid. Menurut teman saya yang analis keuangan di lembaga keuangan di Singapore yang berafiliasi dengan perbankan milik Rothschild mengatakan bahwa Riza adalah pedagang minyak yang punya koneksi kuat dengan Cendana ketika Era Orde Baru.Pada Era reformasi , Riza dekat dengan Presiden Habibie dan ketika Gus Dur berkuasa, Riza memberikan rekomendasi agar SBY ditempatkan sebagai Menteri Pertambangan. Belakangan Kedekatan dengan SBY  semakin hebat ketika Riza dan ARB mendukung SBY sebagai Presiden berpasangan dengan JK. Era Presiden Megawati , Riza sangat dekat dengan Taufik Kemas. Ketika SBY berkuasa,Riza semakin leluasa menjalankan bisnisnya khususnya sebagai broker minyak dan ketika itulah Hatta Rajasa yang berlatar belakang pengusaha minyak diminta SBY sebagai connection dengan Riza. Keliatannya SBY tidak seratus persen percaya dengan Riza karena itu Hatta perlu mengawasi. Dia tahu percis bahwa RIza culas terhadap pembagian komisi kepada presiden sebelumnya. Ya Hatta sangat dekat dan  sangat dipercaya oleh SBY karena perannya bukan hanya sebagai menteri tapi lebih daripada itu adalah untuk kepentingan pribadi SBY. Jadi engga aneh bila akhirnya mereka besanan.

Saya mendapatkan pencerahan dari teman dibalik unggulnya Riza dalam setiap lelang minyak di Petral. Proses tender minyak itu dilakukan dengan standard international trade dan pemerintah Singapore punya system pengawasan ketat sebagai trade center berkelas dunia. Justru keberadaan mafia business minyak yang sudah menggurita diseluruh dunia, telah membuat setiap Negara tidak berdaya bermain main dengan system tender. Dalam system tender ini dipastikan siapapun yang tidak qualified sebagai supplier akan tergusur dengan sendirinya. Siapakah yang qualified itu ? ya mereka yang tergabung dalam sindikat perdagangan minyak kelas dunia. Makanya jangan kaget bila pemenangnya itu itu saja. Ini tidak ubahnya dengan pasar uang dalam arena 144 A SEC act dimana hanya pemain yang dianggap sebagai QIP ( Qualified institutional Purchaser ) yang bisa ikut lelang bond berkatagori AAA atau No risk. Minyak dan uang bagaikan sejalin sedarah. Hanya mereka yang benar benar qualified atau mereka yang menguasai stock dan bunker yang bisa masuk dalam proses tender. Bunker dalam sindikat perdagangan minyak tidak selalu berada di refinery tapi bisa juga bunker berjalan yang siap berlabuh dimanapun apabila harga disepakati dan uang tersedia untuk membayar tunai. Dalam  business perdagangan minyak tidak dikenal dengan istilah structure financing. Semua harus bicara cash.  Ini transaksi tidak berkisar jutaan dollar tapi sudah mencapai ratusan juta dollar. Pertahun Indonesia membeli minyak senilai sedikitnya USD 25 milliar. Jadi ini business billion dollar yang CASH.

Nah sudah dapat ditebak bahwa pedagang minyak adalah mereka yang juga menguasai peredaran uang didunia. Mereka umumnya punya access ke system keuangan global yang dengan cepat bergerak untuk menguasai stock refinery. Melalui sindikat perbankan international mereka juga sudah menguasai crude oil sebelum diangkat dari perut bumi. Karena maklum hampir semua perusahaan drilling oil bergantung dengan pinjaman lembaga keuangan. Sebagai salah satu syarat pinjaman adalah adanya ketentuan akan offtaker market. Para offtaker ini umumnya punya hubungan khusus dengan lembaga keuangan karena mereka juga bertindak sebagai pensuplai likuiditas perbankan.Apalagi stock dalam perdagangan minyak sudah masuk dalam bursa derivative,yang sehingga supply sampai dengan tiga bulan kedepan sudah habis dikuasai oleh pedagang dibursa. Karena sudah menggurita diseluruh dunia maka tidak mudah bagi setiap Negara untuk mengontrol demand and supply pada harga yang rasional. Suka tidak suka, harga pada akhirnya ditentukan oleh segelintir trader yang menguasai stock. Pada situasi ini segala hal mereka lakukan untuk mempermainkan harga. Untuk memastikan delivery pihak broker harus bisa menunjukan proof of product dalam bentuk certificate product dari bunker atau refinery. Ini tidak mudah karena untuk menguasai stock , broker harus punya uang tunai sebagai jaminan. Tidak banyak broker punya kapasitas yang bisa memenuhi syarat untuk qualfied sebagai pemenang lelang Hal inilah yang kadang orang awam tidak paham. Mengapa orang yang didukung Lembaga Keuangan lebih berkuasa dibandingkan negara.

Itulah sebabnya mengapa Riza melalui Global Energy  Resource selalu unggul dalam lelang pengadaan minyak yang dilakukan oleh Petral karena dia di back up oleh penguasa peredaran uang yang juga penguasa bisnis minyak.Siapakah itu? Dialah Rockefeller dan Rothschild (RR). Peran rezim hanya satu yaitu mereka  hanya boleh menjalankan kebijakan bidang MIGAS sesuai dengan konsep dari RR. Bagi RR tidak penting siapa yang akan jadi presiden. Yang penting adalah siapa yang bisa menjalankan platform global mereka menguasai bisnis MIGAS. Menurut teman saya karena SBY tidak bisa lagi mencalonkan sebagai presiden , keliatannya Hatta mendapat tugas dari SBY untuk memastikan siapapun sebagai pemenang harus menjalankan platform itu.Tentu yang diharapkan pertama kali untuk terjalin koalisi adalah  Jokowi yang didukung oleh PDIP karena elektabilitasnya tinggi dibandingkan dengan calon lain namun Jokowi menolak platform yang diajukan oleh Hatta. Kemudian arah koalisi ditujukan kepada Prabowo yang langsung disambut baik karena memang  hubungan Hashim dengan Rothschild sudah terjalin lebih dahulu sehingga bisa menerima platform  Hatta yang notabene adalah proposal kelangsungan bisnis dengan RR. Agar tidak ada lagi pemain minyak di Indonesia selain group RR maka ada kemungkinan platform ekonomi Prabowo –Hatta akan sama dengan Soeharto dimana Negara berkuasa langsung lewat BUMN ( PERTAMINA) namun operasional ditangan mitra strategis ( RR)…

6 comments:

  1. Bagaimana analisa anda dg tulisan ini om.
    http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/06/08/0910345/Kontrak.Freeport.Diperpanjang.sampai.2041.Ini.Pertimbangan.Pemerintah

    ReplyDelete
  2. Inyas, anda bisa baca dalam tulisan ini http://culas.blogspot.com/2014/01/kita-tak-berdaya.html

    ReplyDelete
  3. Bang Erizeli, bagus analisanya. Tapi bukankah itu sudah turun temurun. Dengan demikian, bisa saja Jokowi di plot untuk menggantikan Taufik Kiemas yang sudah meninggal. Maklum PDIP sudah 10 tahun lamanya berpuasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang pasti Jokowi menolak proposal mafia minyak makanya Hatta rajasa merapat ke Prabowo. JIka jokowi jadi presiden maka mafia minyak akan dibrantas.Kita akan bangun kilang minyak sendiri untuk memenuhi kebutuhan akan BBM dalam negeri..tidak ada lagi import.

      Delete
    2. apakah Jokowi punya kekuatan untuk melawan mafia?

      Delete
  4. kalau terkait dengan tulisan ini, bagaimana menurut pemahaman pak jeli..
    http://m.kompasiana.com/post/read/666255/2/mafia-migas-siapa-diuntungkan.html

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.