Saturday, June 14, 2014

Jokowi kalah ...?

Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa ( PSH) didukung oleh 48,93% suara Pileg dari  partai-partai Gerindra PPP, PKS, PAN, PBB dan Golkar. Diibaratkan PSH berada di bawah tenda besar ,suatu dukungan yang besar dan sangat significant. Seandainya PS terpilih sebagai Presiden maka dia akan didukung oleh mayoritas anggota DPR di Parlemen yang mencapai lebih 52 persen dari jumlah keseluruhan kursi di DPR atau sebesar 292 kursi. Bandingkan dengan koalisi dari Jokowi- Jusuf Kalla yang terdiri dari PDIP,Hanura,PKB, Nasdem.Total suara Pileg dar partai pendukung itu 39,32%. Jadi kalaulah dengan asumsi mereka yang memilih pada Pileg tetap konsisten mengikuti kemana Partainya berkoalisi maka dapat dipastikan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa akan menjadi pemenang. Ini pertarungan yang gampang ditebak dan mudah. Apakah ini disadari oleh PDIP ketika menolak koalisi transaksional dengan partai lain? Mengapa mereka begitu yakin bertarung dengan koalisi ramping? Konstituen mana yang mereka harapkan menambah suara pendukung Capres mereka ? Inilah pertanyaan yang mengemuka ketika  saya berdiskusi dengan kader PDIP. Merekan sendiri kalau ditanya dengan hitungan diatas kertas tentang kemungkinan Jokowi menang  juga tidak bisa menjawab. Mereka hanya yakin atas dasar electabilitas Jokowi yang tinggi berdasarkan hasil Survey oleh beberapa lembaga survey,dan berharap akan menarik pihak yang golput dan  swing voters.

Dari kubu Prabowo-Hatta,menyadari bahwa mereka tidak mungkin bisa merubah sikap para konstituen dari PDIP yang terkenal  loyalitasnya sangat tinggi.Begitupula kubu Jokowi menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin bisa mempengaruhi konstituen dari PKS yang terkenal militan dan loyal kepada pimpinan Partai. PSH hanya focus bagaimana mempertahankan konstituennya agar tidak berubah haluan dan sekaligus pada waktu bersamaan adalah merebut konstituen dari PKB yang berkoalisi dengan Jokowi. Bagaimana caranya ? sudah bisa ditebak yaitu melalui operasi intelligent untuk merubah emosi dan persepsi orang terhadap Jokowi. Issue yang dikembangkan dan ditebar melalui berbagai saluran adalah bahwa Jokowi keturunan China, Jokowi tidak beragama Islam, Jokowi korupsi, Jokowi sebagai boneka Mega, Jokowi didikte asing dan dikendalikan konglomerat keturunan China. Mengapa saya katakan ini operasi intelligent ? karena cara infiltrasinya sangat sistematis. Melalui pendekatan kepada patron agama (ulama, Dai, Ormas Islam, dll ) dari level kelurahan, sampai kepada level Provinsi dan Pusat. Para patron tidak menyadari mereka sedang dijebak dalam operasi intelligent.Mengapa? karena yang melakukan infiltrasi itu adalah orang yang sangat disegani dan dipercaya oleh mereka, biasanya pimpinan Partai yang berasaskan Islam, partai yang berfiliasi dengan Ormas Islam, tokoh nasional Islam,ketua Ormas Islam. Operasi inteligent ini sangat mahal karena tidak murah meminta Pimpinan Partai , tokoh Islam nasional ambil bagian dalam operasi intelligent apalagi sifatnya FITNAH.

Bagaimana hasilnya ? Hasil survei (Kamis (12/6/2014) yang dihimpun Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) dari Fokus Survei Indonesia (FSI), Survei dan Polling Indonesia (SPIN), dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa Prabowo-Hatta unggul. Hasil survey ini membuktikan cara kampanye yang normatif dilakukan oleh Team Jokowi-JK  melalui mesin partai ,ternyata tidak efektif walau issue yang dibawa sangat strategis untuk merusak citra Prabowo seperti kasus HAM dll. Memang dinegara dimana tingkat pendidikan mayoritas rakyat masih rendah dan sebagian besar tatanan sosial masyarakat masih banyak bergantung dengan Patron maka operasi intelligent merubah emosi dan persepsi orang adalah sangat efektif. Ini pernah dilakukan ketika jatuhnya Soekarno dan kemudian menjelang jatuhnya Soeharto yang membuat kekuatan Partai pendukung ( Golkar) , ICMI dan  ABRI bersatu untuk merubuhkan Soeharto dengan alasan reformasi yang dituntut oleh mahasiswa. Kemudian ketika menjatuhkan PDIP dalam Pemilu 2004 dengan menjadikan SBY sebagai Presiden walau partai pendukungnya adalah new commer. Pertanyaannya adalah siapakah yang mampu melakukan  operasi intelligent dengan jadwal operasi yang ketat dan singkat, jangkauan luas dan tidak terindikasi pelanggaran yang ditetapkan oleh KPU. Yang pasti kekuatan intel  dalam negeri tidak akan mampu, disamping memang dana tidak tersedia, penguasaan data juga tidak akurat.Tentu ada kekuatan inteligent asing yang telah mempersiapkan segala skenario untuk bisa menentukan arah perpolitikan Indonesia sesuai dengan agenda mereka.

Kedepan Amerika Serikat akan mengarahkan perhatian utamanya ke Asia Pasific dan Timur Tengah tidak lagi sebagai prioritas. Pada tahun 2020 Amerika akan menempatkan 60% kekuatan Angkatan Lautnya  di wilayah Asia-Pasifik. Tentu China akan bersikap yang sama karena itu berada diwilayah laut mereka. Ini menegaskan bahwa Indonesia berada pada posisi diantara 2 (dua) kekuatan; Amerika Serikat dan China. Pilpres adalah representasi dua kekuatan itu. Perang berebut hegemoni kawasan antara AS dan China tidak akan ada yang menang namun yang pasti dua kekuatan itu akan berdamai karena alasan ekonomi, seperti mereka berdamai di Timur Tengah. Teringat tahun lalu januari ( 10/1/2013) pada  musim dingin, Prabowo berkunjung ke Beijing sebagai tamu dari Tentara Pembebasan Rakyat Republik Rakyat Tiongkok. Pada kunjungan itu Prabowo mendapat kesempatan memberikan ceramah di Universitas Pertahanan Nasional Tiongkok. Mungkin Prabowo satu satunya orang Indonesia dan juga Pimpinan Partai yang diberi kesempatan berbicara dihadapan calon pemimpin militer China masa depan. Teringat nasip Bumi Resource milik Bakrie ( ARB)  yang berhutang kepada CIC (China Investment Corporation) sebesar sebesar USD1,3 miliar yang harus lunas tahun 2015. Hashim bergabung dengan Nat Rothschild. Kemudian Hashim diundang ke Washington untuk berbicara dihadapan Forum USINDO.  Masing masing baik Amerika maupun China punya kartu untuk memastikan kepentingan geostrategis mereka terjaga. Prabowo Subianto dan Hashim akan selalu bermain didua kaki untuk mengamankan kekuasaannya.

Sejak Jokowi menolak koalisi transaksional, dan menolak Beijing connection dan Washington Connection maka sebetulnya kemenangan adalah miracle.Artinya harus ada hal yang sangat luar biasa dan diluar perhitungan sehingga orang berkiblat semua ke Jokowi-Jk. Apa itu? kita tidak tahu. Menurut teman saya sebagai priset dibidang investment and strategic mengatakan bahwa kekuatan Jokowi ada pada idealisme Soekarno. Seandainya dia tidak terpilih sebagai Presiden maka sesungguhnya dia menang. Karena dia mampu bertahan dengan keyakinannya untuk indonesia yang mandiri dan bermartabat.Tidak banyak elite politik yang bersikap seperti dia. Mungkin hanya dia. Ya, yang kalah adalah rakyat Indonesia, khususnya umat islam karena tidak akan bisa lepas dari pengaruh kekuatan asing. Selagi asing mengendalikan kekuasaan di Indonesia maka selama itupula  gerakan islam akan dicurigai. Sejarah mencatat pada kenyataannya setiap jenderal  ( TNI ) yang berkuasa maka ia hanyalah alat dari kekuatan asing dalam bentuk neocolonialism 

5 comments:

  1. virus silumannya ada di sistem penghitungan suara ?

    ReplyDelete
  2. Jika JKWJK menang , maka kemenangan tsb ibarat ayat WA YARZUQHU MIN H'AYTHU LAA YAH'TASIB (rezeki yang tidak disangka-sangka), dan JKW-JK nya sendiri adalah riziknya.

    ReplyDelete
  3. apakah tulisan ini bisa diverifikasi kebenarannya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tugas anda untuk merevikasi...kalau anda menemukan bukti tulisan saya tidak benar ..anda berhak untuk menyampaikannya lewat comment blog ini atau membuat blog sendiri untuk menyebarkan informasi yang benar menurut anda..salam

      Delete
  4. saya setuju judul tulisan ini diakhiri dengan tanda tanya "?"

    sebagai orang jawa yang sangat dekat dengan dunia klenik, saya sering mendengar penuturan sejumlah tokoh spiritual dan supranatural yang meramalkan Jokowi menang.

    fakta yang tersaji di dunia nyata meunjukkan Prabowo memiliki dukungan yang sangat kuat untuk mengalahkan Jokowi. akal sehat saya selalu bertanya bagaimana mungkin Jokowi bisa mengalahkan kekuatan Prabowo?

    kalo memang Jokowi menang, itu adalah sebuah keajaiban. dan saya sangat setuju dengan tulisan anda :
    "menolak Beijing connection dan Washington Connection maka sebetulnya kemenangan adalah miracle"

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.