Thursday, August 1, 2013

Financial engineering

Ada satu kota dimana memerlukan project angkutan massal. Saya tidak perlu menyebut  kotanya karena ini berkaitan dengan sesuatu undisclosed. Yang pasti ini tidak terjadi di Indonesia.  PemKot membutuhkan dana tidak sedikit untuk membangun projec  tersebut. Bila didasarkan kepada pendapatan dari tiket , maka dipastikan project tersebut tidak feasible secara perbankan. Mengapa ?bila ongkos kemahalan maka tidak akan mendorong orang kepada  sistem angkutan massal. Bila murah, investasi tidak balik.Ditengah tengahnya , butuh puluhan tahun baru kembali, Makanya tidak feasible atau tidak bankable. Lantas bagaimana caranya agar project ini tetap terbangun?  PemKot mengajukan penawaran kepada swasta untuk menjadi pengelola angkutan massa ini. Namun semua memberikan persyaratan bahwa Pemkot harus memberikan subsidi atas resiko lambatnya pengembalian investasi.  Tapi Pemkot tidak mampu memberikan subsidi.  Lantas stuck. Tapi kemudian ada sponsor yang berani mengambil resiko tanpa subsidi. Tanpa tarif yang mahal mampu membangun project angkutan massal itu.  Bagaimana caranya ? itulah buah dari financial engineering  yang merangkai setiap potensi  ( tailor made ) menjadi kekuatan untuk mendatangkan financial resource.

Apakah potensinya sehingga terangkai ( tailor made ) menjadi kekuatan mendatang financial resource ? Potensi itu tidak nampak oleh ekonom, akuntan, engineering, tapi oleh ahli sosiologi dan lingkungan hidup.  Mereka melihat bahwa angkutan massal itu mendatangkan massa yang besar sehingga menjadi komunitas eksklusif pengguna jasa angkutan. Bila angkutan massal itu dibuat secara modern sehingga nyaman maka dipastikan masyarakat dari kelas bawah sampai kelas atas, akan menjadi bagian dari komunitas ini. Ini jumlahnya tidak sedikit. Apalagi data populasi penduduk kota mencapai 10 juta orang. Komunitas tersebut akan berinteraksi satu sama lain dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan barang maupun jasa. Atas dasar itulah maka kebijakan dasar dibuat oleh team financial engineering bahwa core business dari jasa angkutan massal itu adalah mengelola komunitas. Maka strategy business harus mengarah kepada core itu, yaitu mengharuskan setiap pengguna angkutan massal menggunakan cash digital atau debit card sebagai alat pembayaran tiket. Artinya komunitas itu di lock secara IT system dalam satu kuridor payment gateway. Provider cash digital ini bukanlah bank tapi pengelola angkutan massal itu sendiri, ya seperti Cirrus, Visa, Master. Sementara bank hanya sebagai settlement agent untuk dan atas nama  pengelola angkutan massal. Setiap bank yang terhubung dengan cash digital ini harus membayar fee sebesar 1% dari setiap transksi kepada pengelola angkutan massal.

Apakah mungkin bagi bank memberikan fee kepada pengelola angkutan massal?  Tentu! Karena system ini merupakan resource financial yang murah bagi system perbankan. Harap maklum putaran dana dibalik komunitas ini sangat dahyat dan itu semua adalah uang tunai yang mengalir deras setiap hari kedalam system perbankan secara massive dan berongkos murah karena ada ketentuan minimum dana harus mengendap tanpa bunga. Inilah yang akan dijadikan trigger untuk mendatangkan financial resource pembiayaan project.  Para ahli analisa keuangan melakukan perhitungan revenue dari potensi cash digital tersebut yang tidak hanya digunakan untuk alat pembayaran tiket angkutan massal tapi juga alat pembayaran barang dan jasa lainnya yang menjadi marchant dari system cash digital ini. Berdasarkan perhitungan cash flow bahwa revenue fee dari transaksi menggunakan cash digital ini mampu menutupi 70% operational cost angkutan massal. Dengan demikian pengelola angkutan massal mampu menghasilan laba dari harga ticket walau tanpa subsidi. Kondisi inilah yang dijual kepada investor atau kreditur untuk terlibat dalam pembiayaan  project.Hampir dipastikan semua bank akan bersedia membiayai project ini karena berharap sebagai settlement agent dari transaksi cash digital yang di provide oleh pengelola angkutan massal. 

Apa yang saya gambarkan diatas adalah bagaimana finacial engineering berkerja.  Bahwa financial engineering itu merupakan gabungan dari keahlian dari berbagai disiplin ilmu.  Memang menyusun struktur pembiayaan itu dilakukan oleh ahli keuangan ( ekonom) melalui pendekatan matematika ekonomi seperti statistic, test case probability risk, Financial ratio, Forecasting cash flow , SWOT analysis  dll  namun bagaimana design struktur pembiayaan itu dibuat haruslah memperhatikan masukan dari ahli sosial, budaya dan politik.  Karena bagaimanapun pembangunan berhubungan dengan manusia dan manusia itu berhubungan dengan sosial , budaya dan politik. Tugas team financial engineering adalah mencari titik potensi business dibalik rencana project yang akan dibangun. Analisa dilakukan melalui pendekatan dengan berbagai disiplin ilmu. Jalan toll Shenzhen dibangun tahun 1986.Ketika itu traffic kendaraan perhari hanya 10% dari target traffic yang feasible. Tapi mengapa tetap dibangun dan akhirnya mendatangkan laba tak terbilang ? ya karena team financial enginerring menetapkan syarat untuk  dibangunnya Dongguan sebagai kota satelit kawasan industri Shenzhen. Semua industri dan manfucaktur harus pindah secara bertahap ke Dongguan. Artinya Dongguan sebagai magnit dan trigger meningkatnya traffic toll. Sudah dapat dipastikan dalam lima tahun setelah jalan toll dibangun, traffic melewati batas feasible business toll.

Semua lembaga keuangan hanya tertarik bagaimana project mendatangkan revenue. Revenue yang paling diminati lembaga keuangan adalah bersumber dari faktor  kekuatan tekhnologi, kekuatan komunitas, legitimasi yang menjamin captive market seperti jalan toll, PDAM, Bandara, Pelabuhan. Bila ini dapat dipresentasikan dihadapan lembaga keuangan maka skema investasi dapat digelar ( tailor made ) yang pada akhirnya pihak sponsor tidak perlu keluar uang satu sen pun.Semua pembiyaan project ditanggung oleh investor dalam skema lending atau venture namun hak kontrol tetap berada ditangan pengelola. Demikianlah bagaimana financial engineering bekerja...Seharusnya Pemda dan negara mampu mengelola potensi daerah dan negara  untuk mendatangkan financial resource melalui financial engineering. Ingat investor itu tidak mengenal negara atau bangsa...selagi ada laba dan aman mereka akan datang walau tanpa diundang...cobalah

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.