Sejak Partai Keadilan didirikan dan
kemudian berganti nama Partai Keadilan Sejahtera tampil dipanggung politik, kata teman saya bahwa dia bersama keluarga menjadikan Partai itu sebagai pilihan dalam setiap
PEMILU. Mengapa ? alasannya sangat sederhana bahwa Partai itu didirikan
berdasarkan idiologi Islam. Kedua, digerakan oleh kaum terdidik. Ketiga, tidak
mengkultuskan individu seperti partai lainnya. Dia tidak pernah membaca secara
lengkap program kerja PKS dan juga tidak pernah ikut diskusi pencerahan
programnya. Baginya yang awam ini, cukuplah bila Partai itu beridiologi Islam. dia akan patuh karena idiologi. Bukan karena kadernya, bukan karena pemimpinnya. Dia percaya kepada pemimpin seperti dia mempercayai imam sholat. Selagi bacaannya benar dan dia bersih maka gerakannya akan dia ikuti. Tugas umat setelah memilih pemimpinnya adalah kembali kepada
ketaqwaanya kepada Allah dan berserah diri kepada Allah. Itulah indahnya sebuah
perjuangan karena Agama. Para umat (
rakyat) tidak perlu didokrin soal cara
berjuang, cara membangun, cara bermimpi, cara berlaku. Tida perlu. Agama yang
mereka peluk dan yakini sudah menjadi bagian dari gerak dan nafas hidup mereka.
Menjadi dokrin kehidupan sosial ,
politik, ekonomi dan budaya bagi mereka.
Jadi , bila idiologi benar akan melahirkan pemimpin yang benar maka sampailah
kejalan yang sebenarnya.
Namun,...pada tahun 2008 dalam
Musyawarah Nasional di Bali, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan diri
sebagai partai terbuka. Dia tidak percaya apa yang dia ketahui itu. Namun
begitulah kenyataannya. Ada apa ? mengapa sebegitu cepatnya PKS berubah?para elite partai PKS punya dalil agama yang kuat untuk meyakinkan umat bahwa menjadikan PKS partai terbuka tidak haram. Dibenarkan dalam agama. Dia bingung. Mungkin yang lain juga bingung. Karena sudah berbeda dengan cerita awal berdirinya partai. Namun dia
tidak ingin terjebak dalil agama yang membolehkan PKS menjadi partai terbuka.
Baginya, Partai adalah tempat beribadah. Tempat taarub orang beriman untuk meninggikan kalimat Allah. Tak ubahnya dengan masjid. Baitulallah. harus bersih dan suci dari segala bentuk ( lahir maupun batin). Yang ada hanya Allah dan Rasul. Titik. Benar bahwa Islam adalah project sosial untuk menjaga
keseimbangan umat yang pluralis. Hasil perjuangan Islam adalah untuk semua
umat bahkan alam semesta atau istilahnya adalah terbuka untuk siapa saja Namun bukan
berarti pluralis dibenarkan dalam ibadah. Sholat berjamaah tidak mungkin kita
satu shap dengan orang bergama lain. Dalam berzikir tidak mungkin kita minta
orang beragama lain meng aminkan. Tidak mungkin. Didalam tubuh PKS harus semua
orang islam . Pemimpinnya harus berkualitas ulama. PKS harus menjadi Partai
tertutup atau partai haram bagi pemeluk agama lain.
Mengapa PKS berubah? Apakah karena
sejak berdirinya tidak merasa mendapatkan tempat dihati publik Indonesia yang
mayoritas Islam ? Sehingga diperlukan strategi baru dan yang dipilih adalah
Partai Terbuka. Tanya saya. Bila perjuangan karena Allah maka ukuran PKS bukanlah jumlah
suara yang dapat diraihnya dalam PEMILU. Ukurannya adalah niat ikhlas berjuang
kaerna Allah dan soal hasil bukan urusan manusia untuk menentukan menang atau
kalah. Rasul 10 tahun di kota Makkah mensyiarkan Islam dan hanya 10 orang saja
yang beriman, itupun hanya dari lingkungan terdekat rasul. Selebihnya jangankan
beriman bahkan menjadikan Rasul sebagai musuh dan target untuk dibunuh. Namun rasul
tak pernah berkeluh kesah dan tak pernah berubah pikiran menjadi kompromis atau
pragmatis. Tak pernah. Rasul tetap istiqamah dengan perintah Allah. Menurut
cerita pernah Umar bin Al-Khattab R.A, memegang sehelai kitab Taurat. Melihat
keadaan ini beliau pun bersabda: “Demi Allah sekiranya Nabi Musa masih hidup
bersama-sama kamu sekarang ini, tidak halal baginya melainkan mesti mengikut
ajaranku. Beliau tetap pada pendiriannya walau dianggap oleh sebagian orang
ketika itu bahwa beliau tukang sihir dan pembohong.
Dalam berjuang perlu konsisten
dengan idiologi. Green Party yang
merupakan kumpulan pejuang lingkungan hidup secara mendunia, dan di Eropa
mereka eksis sebagai partai yang selalu oposisi dengan pemerintah. Sejak tahun
1980 didirikan mereka tidak pernah berubah dari idiologinya demi terciptanya
keseimbangan lingkungan walau jumlah suara mereka di Parlemen sangat kecil.
Setidaknya mereka bisa masuk parlemen dan ikut menjadi pemain dalam system
demokrasi. Didalam arena itu walau dikalahkah oleh suara mayoritas namun suara
mereka tidak lagi sayup terdengar namun lantang dan legitimate untuk didengar. Sampai
kini mereka tetap istiqamah sebagai partai tertup. Hanya para pencita lingkungan
yang berhak ada didalam. Para pemimpin partai punya standar kualitas yang sama
yaitu mereka yang mencintai lingkungan hidup dan peduli kepada pelestarian alam
untuk bumi yang lebih baik. Itulah yang membuat saya sedih ketika PKS
menyatakan sebagai Partai terbuka. Hanya karena strategi untuk mendapatkan
suara lebih banyak. Kata orang bijak, “ sedikit jalan bergeser
maka berubahlah haluan.” Padahal kemenangan perjuangan umat islam tergantung
ridho Allah. Ridho Allah hanya akan didapat bila kita tetap istiqamah dan
tawakal.
Berbagai skandal yang menimpa
kader PKS , katanya wajah sedih, kita bisa saja berkata bahwa ini bagian dari konspirasi partai
sekular yang tidak ingin Partai beraliran Islam tampil eksis. Mereka ingin
Partai beraliran Islam kandas tersandung ketentuan minimum perolehan suara. Namun
faktanya satu demi satu mereka masuk bui. Walau belakangan terbukti bebas murni
namun dimata masyarakat sudah cacat. Apalagi
wartawan photo berhasil memotret kader PKS dalam rapat paripurna DPR sedang asyik nonton Video
Porno lewat Tablet cellular. Dan terakhir Luthfie Hasan Ishak (Presiden PKS) dijadikan
tersangka kasus suap Impor Sapi. Yang lebih menyedihkan adalah pelaku yang
ketangkap tangan oleh KPK adalah sahabat terdekat dari Luthfie yang ketika
ditangkap sedang bersama wanita belia bukan muhrim berusia 19 tahun. Mungkin bila kader Golkar,
PDIP, PD melakukan skandal demi skandal orang tidak peduli. Rakyat sudah mati
rasa karena ulah elite partai itu yang memang sudah cacat sejak lahir. Namun bila
partai yang mengusung Islam sebagai bendera, apalagi cikal bakalnya adalah
tarbiah maka moral atau akhlak para kader adalah segala galanya. Mungkin hanya
segelintir saja yang tak bermoral namun yang sedikit itulah yang merusak barisan. Ingat kalahnya umat islam dalam perang Uhud. Mengapa
bisa terjadi? Ya karena orientasi bukan lagi karena Allah tapi karena harta...
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.