Tuesday, August 16, 2011

Kemerdekaan?

Kemerdekaan itu tidak gratis. Itu harus diperjuangkan. Kakek saya dan juga kakek anda mungkin termasuk orang yang tahu arti berkorban dan paham bahwa kemerdekaaan itu tidak gratis. Ada juga teman kakek kita dimasa remajanya harus terkubur setelah darahnya menganak sungai dibumi pertiwi. Nyawa meregang dari tubuh dan sepenggal kata keluar “merdeka atau mati”. Ya masa remaja mereka , masa menebus kehormatan dan mati adalah pilihan untuk sebuah cita cita teramat mulia bagi masa depan negeri ini. Tak terbilang yang terbujur mati diseluruh pelosok negeri ,menghiasi taman makam pahlawan diseluruh provinsi di Indonesia. Mungkin inilah negeri yang paling banyak batu nisan pahlawannya, dan kebanyakan dari itu tanpa nama. Itu cerita lama sekedar mengingatkan bahwa kemerdekaan itu tidak gratis. Sadarkah mereka ?.

Mungkinkah mereka sadar ? Tapi disebelah sana mereka tertawa sambil berhitung angka pendapatan dan berkata , berapa hutan harus ditebang untuk kita berbagi. Berapa lahan tanah harus dikeruk menambang batu bara untuk kita berbagi. Berapa gunung dan bukit harus digerus serakus mesin keruk menghasilkan emas dan tembaga, untuk kita berbagi. Berapa juta barrel minyak dan berapa miliar kibik gas harus dikeluarkan dari perut bumi , untuk kita berbagi. Berapa luas lahan tani harus dianeksasi untuk Kebun juragan besar, untuk kita berbagi. Berapa luas tanah rakyat dikota harus digusur demi pembangunan rumah mewah, untuk kita berbagi. Semua sependapat selagi pendapatan sama. Paham, kan. Itu kata mereka ketika menghitung angka APBN yang hanya menyisakan 10% untuk mensejahterakan rakyat dan 90 % habis terpakai untuk membayar cicilan hutang yang melilit dan memenuhi belanja mereka yang boros , culas dan malas.

Mungkinkah mereka sadar ? Coba perhatikan sejarah. Di masa Raffles (1811) pemilik modal swasta hanya boleh menguasai lahan maksimal 45 tahun; di masa Hindia Belanda (1870) hanya boleh menguasai lahan maksimal selama 75 tahun; dan di masa kini (UU 25/2007) pemilik modal diperbolehkan menguasai lahan selama 95 tahun. Teritorial Indonesia (tanah dan laut) telah dibagi dalam bentuk KK Migas, KK Pertambangan, HGU Perkebunan, dan HPH Hutan. Total 175 juta hektar (93% luas daratan Indonesia) milik pemodal swasta/asing. Sebanyak 85% kekayaan migas, 75% kekayaan batubara, 50% lebih kekayaan perkebunan dan hutan dikuasai modal asing. Hasilnya 90% dikirim dan dinikmati oleh negara-negara maju. Dan PLN harus pusing mendapatkan Gas dari luar negeri untuk kebutuhan pembangkit dalam negeri.

Mungkinkah mereka sadar? Penerimaan negara dari mineral dan batubara (minerba) hanya 3 persen (21 trilyun pada tahun 2006). Padahal kerusakan lingkungan dan hutan yang terjadi sangat dahsyat dan mengerikan!. Devisa remittance dari para tenaga kerja Indonesia (TKI) saja bisa mencapai 30 trilyun pada tahun sama. Jadi kemanakah larinya hasil emas, tembaga, nikel, perak, batubara,timah,aluminium dan seterusnya, yang ribuan trilyun itu. Baiklah saya tidak ingin membuat daftar panjang tanya karena mereka tetap tidak paham. Mereka tidak akan pernah paham arti kemedekaan yang didapat dengan darah dan airmata. Bagi mereka masa lalu hanyalah cerita usang. Masa kini adalah saatnya berbagi diantara mereka. Masa depan bukan agenda mereka.

Kawan, baiknya kita sudahi disini bicara tentang Indonesia, tentang sebuah harapan. Karena berjalannya waktu , kini 66 tahun Indonesia merdeka, apa yang kita raih? Empat puluh tahun lalu pendapatan rakyat Asia Timur rata-rata sebesar US$ 100, bahkan China hanya US$ 50. Kini Malaysia tumbuh 5 kali lipat lebih besar dari pendapatan Indonesia, Taiwan (16 kalilipat), Korea (20 kalilipat), China (15 kalilipat) dan telah jadi raksasa ekonomi, politik, dan militer di Asia. Kemana hasil sumber daya alam kita yang sudah dikuras selama hampir 66 tahun ini? Ya hanya memperkaya negara Barat, Singapura, ASIA Timur dan itu semua karena segelintir orang yang tak pernah paham apa arti kemerdekaan dan tak paham apa itu amanah. Tidak ada harapan. Cukup paham, kan. ? Mereka jahat dan lebih jahat dibandingkan penjajah Belanda dulu. Demikian kata Somad yang tergusur dari lahannya akhirnya meradang mati tanpa harapan.

Siapa mereka ? tanyamu. Tentulah mereka adalah para pemimpin negeri ini. Para elite negeri bersama gerombolannya. Yang bermanis muka bak srigala berbulu domba. Yang pandai bicara economy growth demi pemerataan tapi hanya meratakan pendapatan diantara mereka. Besok 17 Agustus, seperti biasa tahun tahun sebelumnya akan ada acara detik detik kemerdekaan. Kita tidak tahu apa yang ada didalam pikiran mereka ketika menundukkan kepala disaat mengheningkan cipta atas jasa jasa pahlawan negeri ini? Lantas bagaimana dengan kita sendiri yang membiarkan ini terjadi tanpa berbuat apa apa? Kita dan mereka sama sama tidak paham makna kemerdekaan yang merupakan amanah para suhada negeri ini...

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.