Thursday, June 9, 2011

Riba

Kalau anda bekerja sebagai karyawan itu pasti karena kebutuhan akan pemenuhan biaya hidup, yang terus berkembang yang tidak hanya kebutuhan tapi kepuasaan. Dari itulah industri terbangun, dunia perdagangan terbentuk, sektor jasa tersedia. Semua itu tidak ada yang gratis, Anda harus bekerja keras untuk membayarnya dan keuntungan bayar membayar ini bergulir kepada negara dalam bentuk pajak untuk memenuhi kebutuhan lain agar anda bisa hidup nyaman dengan terpenuhinya kebutuhan yang tak bisa anda adakan sendiri. Anda mendapatkan gaji dari kerja keras anda dan kemudian berawal dari pendapatan anda itulah sistem dibangun untuk memberikan jaminan bagi masa tua anda ketika pensiun dan tak lupa memberikan jaminan bagi kebutuhan perumahan serta kesehatan. Keliatannya sekilas sistem seperti ini begitu idealnya. Dimana kebutuhan umum maupun kebutuhan pribadi terbentuk by design dalam komunitas modern. Benarkah ?

Jaminan penghasilan , kesehatan dan perumahan, tidak datang dari langit. Ini datang dari hasil memeras kerja keras anda. Hasil design yang membodohi anda dengan diawali oleh ancaman rasa takut. Takut akan masa tua yang tidak aman, maka anda rela menyerahkan sebagian pendapatan anda untuk disisihkan bagi dana pensiun ( pensiun fund ) . Takut dari ancama penyakit, kecelakaan , bencana, anda harus rela menyerahkan sebagian pendapatan anda untuk asuransi (Insurance ). Takut tidak punya rumah untuk bernaung, anda harus bersedia menabung di bank agar qualified mendapatkan home loan. Tanpa anda sadari hasil kerja keras anda dikelola oleh segelintir orang didunia perbankan dan Sekuritas / Asset Management. Karena dana pensiun , asuransi akan parkir didunia perbankan dalam bentuk Deposito dan juga di sekurities company dalam bentuk penguasaan saham dibursa.

Dana Pensiun mendulang laba dari bunga bank dan capital gain dan dividen penyertaan saham dibursa. Mereka menyebut ini sebagai prestasi mengembangkan dana agar tidak terdulasi oleh inflasi. Perusahaan asuransi mendulang laba dari dana premi lewat deposito bank dan juga penyertaan saham lewat bursa. Keuntungan mereka tidak untuk anda sepenuhnya. Karena mereka hanya punya kewajiban membayar berupa uang yang anda tanamkan lewat pemotongan gaji anda dan sedikit berbagi berapa yang mereka peroleh dari pengelolaan uang anda itu. Lebih hebatnya lagi, dana anda itu dianggap dana pribadi mereka. Dana itu diputar dalam berbagai kegiatan untuk membuat mereka semakin kaya dan kaya. Kenapa mereka bisa seperti itu ? karena sistem negara membenarkan. Ada sederet UU dan Peraturan yang membuat mereka semakin eksis dalam gurita sistem kekuasaan

Dari sistem tersebut diatas , maka sebetulnya ada konspirasi hebat antara pemerintah dengan corporate financial untuk mengalirkan darah bagi enterpreneur mendulang kekayaan lewat produksi dan jasa. Mereka , adalah segelintir orang cerdas dan hidup diatas puncak piramida masyarakat. Data Credit Suisse tahun 2010 menyebutkan jumlah mereka di Indonesia hanya 60,000 orang. Hidup mereka sangat nyaman dan nikmat.Mereka bergelimang dengan status terhormat, kantor mentereng, pakaian bermerek, kendaraan bermerek, deposito /tabungan tak terbilang, singkatnya mereka adalah kelompok hedonisme yang miskin spiritual sosialnya. Mengapa ? karena secara sistem mereka berada jauh sekali dari kita semua. Pendapatan mereka ratusan kali dari pendapatan orang kebanyakan. Andaikan mereka mengalami kegagalan akibat lembaga perbankan salah urus, atau perusahaan sekuritas kalah ”bermain ” dibursa, tidak usah kawatir. Negara akan mem bail out nya dari uang pajak yang anda bayar dan ini secara tidak langsung memenggal nilai uang anda sendiri (efek inflasi).

Jadi, jangan terkejut bila kita yang mayoritas hidup bagaikan tikus terjepit dalam perangkap. Seperti orang gila yang terisolisi dijeruji besi. Sadar atau tidak , kita yang tidak berdaya menerima sistem ini terbangun, sebetulnya telah memberikan peran besar terbangunnya sistem RIBA. Padahal sebagaimana kita tahu dalam Islam bahwa RIBA adalah termasuk 10 dosa besar. Dosa yang bersanding dengan dosa besar lainnya seperti perbuatan Syirik, membunuh, melawan orang tua, Menfitnah wanita baik baik berbuat zina, memakan harta anak yatim, lari dari medan pertempuran, berputus asa dari rahmat Allah, merasa aman dari ancaman Allah , berbuat zina. Ya, saya ingat kata orang bijak, membiarkan kesalahan lebih jahat dibandingkan pelaku kejahatan itu sendiri. Itulah sebabnya ,saya ogah jadi pekerja, ogah punya deposito.ogah berhutang berbunga. Ogah punya asuransi. Mungkin saya tak berdaya merubah keadaan tapi setidaknya saya bisa keluar dari sistem itu dan bertawakal kepada Allah.

1 comment:

  1. Mantap pak, sayangnya malah banyak diantara muslim yang justru jadi pengerak dan 'pembela' sistem ribawi begitu

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.