Wednesday, March 16, 2011

Bencana di Jepang

Kehebatan tekhnologi Jepang hanya bisa mendeteksi Tsunami 20 menit sebelum terjadi. Maka tidak ada waktu untuk penduduk menghindar. Gempa yang disertai Tsunami di Jepang kali ini lebih besar dari yang terjadi di Aceh beberapa tahun yang lalu, bahkan pengaruhnya ke West Coast USA yang menyebabkan kerusakan walaupun tidak besar. Menurut Alhi gempa, bencana ini terbesar dari gempa gempa sebelumnya yang terjadi di Jepang. Gempa yang sangat dahsyat ini telah meluluh lantakan pusat industri dan tenaga listrik ( PLTN) yang sangat pital bagi pertumbuhan ekonomi jepang. Soal kerugian materi mungkin dapat diatasi oleh jepang. Namun menyediakan kembali infrastruktur ekonomi yang hancur itu tidak bisa sebentar. Tentu butuh waktu lama. Selama proses pembangunan itu , ekonomi akan melambat dan melempar banyak orang kehilangan pekerjaan. Apalagi sejak tahun 2009 jepang sedang mengalami krisis ekonomi dan sudah masuk pada spiral ciris.

Yang mengkawatirkan bagi semua pihak adalah meledaknya PLTN pertama, PLTN ke dua dan PLTN ketiga, sekarang PLTN keempat yang mengalami masalah besar karena sistim pendinginnya tidak dapat berfungsi, dan telah dikeluarkan perintah untuk pengosongan area sampai radius 20 km dari pusat PLTN tersebut. Kalau tidak terkendali, maka terulang kembalilah kejadian Chernobil di Rusia dan yang paling berbahaya adalah sebaran radioaktive yang ikut terbawa hujan dan bisa jatuh di mana-mana seperti Philiphine, Sulawesi Utara, Korea, Taiwan dan daratan China, sampai ke USA. Inilah harga dari kehendak untuk merekayasa atom untuk mendapatkan energi yang murah. Bencana di jepang namun negara lain mencekam akibat dampat radiasi itu.

Badai Krisis mortgage AS telah membuat ekonomi Jepang oleng dan gempa yang diiringi Tsunami semakin membuat jepang terjerembab. Semua boleh bilang bahwa Jepang Negara kuat mengatasi masalah. Tapi yang jadi masalah adalah generasi muda jepang tidak terlatih menghadapi badai ekonomi dan bencana super itu. Generasi yang tahan banting telah mencapai uzur dengan melahirkan generasi yang manja dengan berbagai fasilitas kemakmuran yang ada. Dari informasi yang saya terima bahwa Toyota, Nissan, Mitsubishi dan beberapa industri otomotive lainnya dalam waktu dekat ini akan stop produksi akibat kesulitan pasokan bahan komponen sebagai akibat dari krisis energy , yang sekarang di Tokyo sudah giliran pemadaman listrik seperti di Indonesia. Kalau demikian halnya, dalam waktu dekat ini akan ada lanjutan industri industri turunan lainnya yang akan ikut terseret akibat effek domino.

Belum tahu juga akan kemungkinan terjadinya lanjutan dari terhentinya industri di sektor lainnya sebagai dampak dari krisis energy tersebut, dan apa pula dampaknya bagi industri di belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia yang punya ketergantungan terhadap bahan baku dari industri di jepang tersebut. Perusahaan Jepang di seluruh dunia, berbondong-bondong berkontribusi untuk membangun kembali Jepang. Saya dengar kabar bahwa Jepang akan menjual non startegic asset mereka, termasuk yang berada di Indonesia, antara lain asset aset property seperti gedung gedung , perkantoran, perumahan perumahan staf mereka, Gedung perkantoran & hotel milik Jepang di Jakarta antara lain Summit Mas, Mid Plaza, Wisma Nusantara dan Nikko Hotel. Profesor Masatoshi HONDA (Analis Politik, National Graduate Institute for Policy Studies) berkata “ Saya yakin Jepang dapat pulih. Mungkin membutuhkan waktu. Mungkin waktu tiga tahun, lima tahun, mungkin 10 tahun. Tapi itu mungkin kesempatan bagi Jepang untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri kita.

Nah bagaimana dengan Indonesia ? Jepang adalah mitra dagang strategis bagi Indonesia sejak zaman Soeharto. Investasi Jepang di Indonesia masih menempati posisi tertinggi dibandingkan negara lain. Dengan adanya bencana Alam ini, sudah dapat ditebak akan berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi , khususnya penyediaan dana untuk insfrastruktur. Yang mungkin rencana bantuan Jepang untuk project MRT jakarta akan mengalami penundaan. Apalagi project lain yang masih dalam tahap pembicaraan , akan terkubur Sudah saatnya pemerintah tidak lagi bergantung dengan negara lain untuk terealisasinya project pembangunan. Sudah saatnya BUMN sebagai leading untuk penyediaan dana Sudah saatnya pula pemerintah mengalihkan output industri untuk pasar dalam negeri dengan mendorong peningkatan penghasilan bagi masyarat. Ada banyak strategi untuk itu. Yang pasti tekad kemandirian sudah saat dilakukan dan tidak hanya sebatas retorika.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.