Friday, October 2, 2009

China dan kemajuan

Tanggal 1 oktober, hari nasional China diperingati dengan sangat meriah. Puncak acara itu diadakan di Lapangan Merah. Parade militer dengan menampilkan keunggulan China dalam menguasai tekhnologi perang dan barisan militer professional , tak ada kesan lagi bahwa negeri ini pernah dijajah oleh Asing dan pernah hancur karena perang dunia kedua. Pada abad sekarang, China dapat menunjukan kepada dunia bahwa mereka memang pantas dihormati dan disegani. Putaran G20 untuk menyelesaikan masalah akibat financial global crisis hanya bisa dilakukan dengan keterlibatan china secara penuh. Kalau dulu timur tidak dipandang sebelah mata namun kini kekuatan dunia terpusat dua poros, Beijing –Washington.

China adalah negara yang berhasil membangun negerinya tanpa dikendalikan oleh AS ,seperti Jepang dan Korea. Negeri ini bangkit karena akar budaya yang menanamkan percaya diri yang tinggi atas nilai nilai budaya sebagai sebuah komunitas yang unggul dalam peradaban dunia. Namun ada hal yang menarik bahwa China gemar meniru yang baik dari negara /bangsa lain dan menerapkannya sesuai dengan budayanya sendiri. Bukan meniru buta dan bangga akan itu seperti layaknya negara yang menjadi American Follower. Bagi China , apapun yang baik untuk rakyat walau berasal dari negera lain maka itu harus dipelajari. Setelah dipelajari maka harus dikembangkan dengan membuang yang buruk dan meningkatkan yang baik.

Demikianlah ketika china meniru kapitalis tapi hanya mengambil sisi yang baik dari kapitalis dan membuang yang buruk. Seperti Capitalis memberikan hak pemodal untuk meningkatkan value resourcenya. Ini diterima oleh China. Tapi tujuan capitalis untuk mempermainkan pasar dan membunuh pesaing lewat modal, dibuang oleh Pemerintah lewat perlindungan penuh kepada yang tak mampu bersaing. Negara digaris depan mencipatakan keadilan pendistribusian modal lewat pendirian bank yang semuanya milik pemerintah. Pemerintah menciptakan keadilan mendistribusikan produk hulu dengan memberikan hak monopoli kepada BUMN menguasai business hulu. Agar business hilir dapat berkembang, terutama bagi dunia usaha kecil. Privatisasi layanan public dilakukan dengan hati hati dan hanya dilaksanakan dalam satu komunitas yang tingkat penghasilannya sudah diatas rata rata.

Yang jadi pertanyaan oleh kalangan akademis adalah bagaimana China bisa menggerakan rakyatnya dalam jumlah 3 kali penduduk AS atau 5 kali penduduk Indonesia untuk tampil unggul dalam persaingan global dan menjadi mesin pertumbuhan yang efektif. Kebanyakan negara, jumlah penduduk sebagai kendala meng eskalasi pertumbuhan ekonomi. Tapi bagi China jumlah penduduk sebagai peluang dan sekaligus keunggulan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Kemajuan China disegala bidang, hampir dipastikan karena keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan pemerintah yang solid lewat partai komunis. Apakah yang membuat hingga rakyat china dapat menjadi mesin ekonomi yang efektif ?

Ternyata jawabannya adalah strategy pembangunan sumber daya manusia yang tepat. Sejak kemerdekaannya, para pemimpin china punya konsep yang jelas untuk membangun SDM. Dan ini berlanjut secara berkesinambungan dari satu president ke president berikutnya. Beda dengan kita yang ganti president, ganti strategy. China strategy tidak pernah berubah. Yang berubah hanyalah taktik pengembangan SDM yang harus disesuaikan dengan situasi kondisi zaman.Mari kita lihat cara china membangun SDM rakyatnya dari satu president ke president berikutnya.

Era Mao ( 1966 ) ketiika revolusi kebudayaan, Mao berhasil menggiring lebih dari separuh rakyat China menamatkan SLA. Program ini termasuk salah satu dalam agenda revolusi Mao. Pada Era Mao , kualitas tidak begitu diperhatikan. Yang diutamakan adalah menjaring sebanyak mungkin rakyat bisa melek hurup dan melek berhitung. Revolusi Kebudayaan, jumlah siswa masuk sekolah dasar meningkat separuh darti sebelumnya, sekolah menengah pertama naik empat kali lipat, dan sekolah menengah meningkat 14 kali lipat. Kebanyakan yang sekarang jadi elite China berasal dari program pendidikan era Mao. Program ini hampir tidak mungkin diterapkan tanpa revolusi. Dan Mao berhasil untuk itu. Revolusi kebudayaan berhasil menghancurkan paham feodal yang menghambat pendidikan.

Era Deng ( 1978 ) , Reformasi Deng dijalankan secara systematis. Pendidikan dijadikan prioritas utama. Pendidikan diarahkan untuk menguasai iptek dan menciptakan sytem pendidikan yang berbasis caracter building. Kualitas gurupun ditingkatkan. Reformasi pendidikan era Deng memang banyak yang memberhentikan guru yang tak berkualitas namun menarik guru yang berkualitas dengan standard gaji professional. Hal ini disadari oleh Deng ,bahwa reformasi ekonomi ( Ekonomi terbuka ) tidak akan berhasil membuat China sebagai tuan dinegerinya sendiri bila tidak menguasai iptek. Deng berhasil membangun basis reformasi ekonomi ya pro kapitalis dengan basis pendidikan SDM yang kuat.

Era Jiang Zemin ( 2000) , pendidikan diarahkan lebih kepada efektifitas metode belajar dan mengajar. Tidak ada lagi pemaksaan orientasi pendidikan yang terkomando lewat hapalan atau paket. Era ini, adalah pendidikan diarahkan kepada menciptakan pendidikan yang tepat sesuai umur dengan memasukan dimensi memanusiakan manusia. Proses ini merupakan taktik untuk melahirkan masyarakat yang creative dan mampu bekerja sama dengan siapapun untuk menghasilkan yang terbaik hingga mampu pula bersaing di segala bidang dikancah international. Program ini bukan hanya keputusan president tapi merupakan hasil musyawarah kolektif dari seluruh pemimpin china kala itu.

Era Hu Jintao (2003) hingga sekarang meneruskan konsep pendidikan dari president sebelumnya namun meningkatkan mutu pendidikan luar sekolah kejuruan dibidang industri dan management. Tujuanya agar pendidikan formal maupun informal dapat berdiri sejajar untuk berbuat bagi kemajuan China. Tidak ada lagi diskriminasi dan kesempatan diperluas bagi siapa saja. Memperhatikan cara china membangun negaranya, utamanya sektor pendidikan, kita patut merenungkan kata kata Jhon Adam ( president ke dua AS)’ Aku ingin berjuang keras untuk rakyat agar kelak anak anakku bisa belajar matematika, dan cucuku kelak dapat belajar science , cicitku dapat belajar filsafat dan seni. ”

Pendidikan itu memang harus disesuaikan dengan sosial ekonomi suatu negara dan zamannya. Kita tidak bisa membayangkan betapa beratnya tantangan Mao ketika harus membunuh jutaan kelompok feodal yang selalu menginginkan rakyat bodoh. Kita tidak tahu bagaimana beratnya beban anggaran yang harus dipikul Deng ketika awal reformasi. Dia harus menanggung anggaran pendidikan yang besar. Karena itu dia harus menutup hampir semua pusat riset tekhnologi militer dan memangkas anggaran pertahanan walau situasi masih diliput perang dingin. Tapi para pemimpin China, telah berbuat dengan keyakinannya untuk masa depan negaranya. Kini rakyat China dapat tersenyum dan berterimakasih kepada pemimpinnya. Itu terlihat jelas dalam parade hari nasional china di lapangan merah. Ribuan anak sekolah mengusung photo berukuran raksasa president yang terdahulu maupun yang kini berkuasa. Bagaimana dengan kita ?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.