“ Dengar rumor katanya program makan siang gratis mulai bikin bingung banyak pihak. Mudah diucapkan tetapi tidak mudah diterapkan” Kata Ira saat ketemu saya tadi siang.
“ Ya mandatory spending aja udah mencapai 65% dari APBN Itu harus disediakan negara. Karena dasarnya UU. Siapapun presiden harus laksanakan itu. “
“ Untuk apaan aja mandatory spending itu ?
“ Anggaran pendidikan mencapai 20% dari APBN, Dana desa 10%, Dana transfer umum sebesar 25%. Walau dana kesehatan sudah dikeluarkan dari mandatory tetapi kan anggarannya tetap dipertahankan 10%. “ Kata saya.
“ Oh, Itu belum termasuk belanja pegawai yang kalau engga dibayar, bisa demo PNS. Belum lagi cicilan utang dan bayar bunga. Tanpa makan siang gratis, udah defisit APBN kita. “ Kata Ira.
Saya mengangguk.
“ Bisa engga realokasi pos APBN untuk sediakan dana Makan Siang Gratis.” Tanya Ira.
“ Duh kamu itu benar benar buta matematika. Kan udah dibilang Mandatory spending aja udah 65% dari APBN. Itu UU loh. Engga bisa dikurangi atau direalokasi. Belum belanja pegawai yang mencapai 30%. Emang mau PNS dikurangi gajinya demi Makan Siang Gratis.? kan engga mungkin. Emang mau lender ditunda bayar utang dan bunga karena makan siang gratis. Kan engga mungkin. “ Kata saya dengan tersenyum.
“ Jadi solusinya ?
“ Ya tambahkan aja anggaran makan siang gratis ke dalam APBN. Jangan ganggu anggaran lain. Tetapi konsekuensinya APBN akan bertambah defisit. Nah untuk menutupi defisit ini, ya terpaksa berhutang.”
“ Hanya itu solusinya ?
“ Ya apalagi ? Kening saya berkerut. " engga usah sekolah tinggi. Emak emak di rumah juga paham, Kalau defisit ya kas bon di warung. “ Kata saya. Ira terdiam. Saya biarkan saja dia mikir. AKhirnya dia berkata.” mereka mikir engga sih waktu buat rencana dan program itu. Darimana uangnya? mau ngutang lagi?, duh makin suram dech masa depan”
“ Ya mereka baru sadari setelah dinyatakan resmi sebagai pemenang oleh KPU. Dan apalagi setelah bicara dengan SMI, makin jelas kondisi keuangan negara. Makanya ada wacana makan siang gratis akan dilakukan bertahap. Diutamakan daerah 3T. Wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal. Itupun dengan mengurangi anggaran infrastruktur PSN seperti IKN dan lain lain. Kita berdoa aja agar otak elite tetap waras sehingga mampu menemukan solusi jenial tanpa harus nambah utang lagi."
***
“Jadi walaupun yield-nya stabil, tetapi jumlah stok utang kita naik maka pembayaran utangnya jadi lebih banyak,” tutur Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (19/3). Saat sekarang Yield semakin tinggi dan utang bertambah banyak juga. Klop dah mumetnya.
Untuk diketahui, utang RI hingga Januari 2024 telah mencapai Rp 8.253,09 triliun. Secara nominal, posisi utang pemerintah tersebut bertambah Rp 108,4 triliun atau meningkat 1,33% dibandingkan dengan posisi utang pada akhir Desember 2023 yang sebesar Rp 8.144,69 triliun. Utang akan terus bertambah. Karena sumber pendapatan kita dari komoditas primer. Sebanyak apapun hutan kita gunduli, migas kita sedot, nikel, timah dan lain lain kita keruk, utang akan terus bertambah. Apa pasal ?
Karena nilai tambahnya kecil. Engga cukup untuk menopang belanja yang terus meningkat dan lagi sumber modalnya mengeruk SDA itu dari luar negeri, itu menambah utang publik ( swasta) yang harus bayar dalam valas. Ini membuat Debt service Ratio kita atau rasio pembayaran valas utang pokok dan bunga terhadap penerimaan devisa, meningkat berada di kisaran 20-30%. Ini udah lampu kuning. Melampaui batas 20% yang disyaratkan Worldbank.Makanya kurs sejak era Jokowi terus melemah.
Sejak era Jokowi utang negara bertambah hampir 5 kali dibandingkan total utang 6 presiden sebelumnya. Itu terjadi karena adanya peluang. Program QE dari AS yang memungkinkan berutang mudah dan murah. Hanya sayangnya, peningkatan utang itu hanya 2% dari PDB yang masuk ke sektor real, yang bisa langsung dirasakan rakyat. Utang itu digali untuk mengatasi cash flow jangka pendek. Seperti kasus Covid 19 dan program pemulihan ekonomi. Bailout BUMN yang merugi, relaksasi perbankan yang terjebak kredit macet. Dan lain lain bersifat pragmatis saja.
Sejak AS menarik dana dari pasar lewat taper tantrum sebagai koreksi dari QE, berhutang tidak murah lagi. Ongkos sudah mahal. Likuiditas semakin ketat. Yield meningkat di pasar. Resiko juga meningkat. Era suku bunga tinggi melilit. Harga harga barang dan jasa terkerek naik. Itu bukan karena faktor eksternal saja. Karena secara fundamental ekonomi kita bermasalah. Jebakan utang. Apapun masalah, solusinya ya ambil utang. Mindset ini yang tidak bisa hilang dari elite dan bertambah subur di era Jokowi. Dan dilanjutkan Prabowo, untuk MSG ya utang lagi.
***
Cash flow atau arus kas adalah perputaran uang tunai. Ibarat tubuh manusia, arus kas itu peredaran darah. Kalau darah mampet atau tersendat, ya akan terjadi stroke. Berujung pada fall down. Sesehat apapun jantung dan organ tubuh anda yang lain, itu tidak ada gunanya. Begitu juga dalam bisnis atau negara atau personal.
Katakanlah. Asset Rp. 1 miliar. Pengeluaran setiap bulan Rp. 20 juta. Sementara pemasukan Rp. 15 juta. Defisit Rp. 5 juta. Apa yang anda lakukan dengan situasi itu ? kalau spiritual anda tinggi, anda akan memilih mengurangi belanja dan berusaha meningkatkan pendapatan agar sesuai dengan pengeluaran. Kalau spiritual rendah dan bego, ya cari utangan. Bisa lewat koperasi, bank syariah atau pinjol. Saat anda berhutang, hanya masalah waktu, anda dipastikan bangkrut. Makanya personal financial planning itu penting dipahami.
Juga, dalam bisnis perencanaan cash Flow itu sangat penting. Dari perencanaan itu bisa diketahui atau diprediksi berapa pemasukan dan berapa pengeluaran. Kalau pengeluaran lebih besar, ya harus ada rencana peningkatan pendapatan atau kalau sulit, ya kurangi pengeluaran. Itu biasa saja. Yang tidak biasa dan konyol, adalah rencana cash flow dibuat tetapi tidak dilaksanakan dengan disiplin tinggi. Akibatnya tanpa disadari usaha terjebak utang jangka pendek. Engga jalan tanpa adanya utangan. Ya hanya masalah waktu, usaha akan bangkut.
Dalam mengelola negara juga begitu. Apalagi dalam sistem neraca APBN berbentuk I, tidak lagi T seperti orba. Itu sangat mudah mengetahui surpus dan minus APBN. APBN kita disusun dengan baik. Tetapi dalam implementasinya tidak disiplin. Misal, dari awal proyek kereta cepat itu B2B. Di luar APBN. Eh diganti jadi jaminan APBN. Awalnya proyek IKN itu dibiayai lewat PINA ( Pembiayaan investasi non anggaran) seperti KPBU dan lain lain. Ternyata dalam pelaksanaannya tanpa APBN tidak jalan. Semua perubahan itu berujung kepada utang. Kalau tidak ada penambahan income, ya ujungnya pasti bangkrut.
Kebangkrutan bukan karena utang. Karena hutang itu hanya alat leverage untuk menggapai peluang meningkatkan pendapatan. Bukan alat menuaikan mimpi yang tak terjangkau oleh kita. Jadi ini soal mindset. Kalau tidak ada peluang nambah income atau lemah otak menggapainya, sebaiknya tidak berhutang.
Mengapa ?
Mari kita mengenal DSR ( debt service ratio). Aset anda Rp. 1 miliar. Katakanlah utang sebesar Rp. 1,5 miliar. Itu artinya Debt to asset mencapai 150%. Cicilan per bulan Rp. 5 juta. Tetapi karena utang itu, pendapatan bulanan anda setiap bulan bertambah, sehingga hanya 10% (DSR) dari pendapatan untuk bayar bunga dan cicilan. Itu smart. Pada tahun 2023, rasio utang bruto pemerintah Singapura terhadap PDB adalah 167,9%, sementara rasio utang Indonesia terhadap PDB adalah 39%. Tetapi DSR singapore hanya 16% sementara Indonesia 30%. Negara maju lainnya memang begitu. Walau hutang terhadap PDB tinggi namun DSR mereka rendah. Dan itu karena mereka jaga cash flow dengan baik..
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.