Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono mengingatkan bangsa Indonesia agar berhati-hati terhadap operasi NED jelang Pemilu 2024. Apa sih itu NED? NED singkatan dari National Endowment for Democracy. NED adalah alat pemerintah AS menggunakan soft power nya untuk, menumbangkan pemerintah yang sah dan mengembangkan kekuatan boneka pro-AS di seluruh dunia dengan agenda “mempromosikan demokrasi”.
Karena caranya sangat canggih dan didukung bukan hanya oleh elite Politik AS tetapi juga oleh konglomerat financial dan komoditas berkelas dunia. NED bergerak menggunakan proxy yang merupakan bagian dari elite politik, tokoh ormas/LSM, Militer, pengusaha terkemuka di negara yang jadi target. Para Proxy tidak menyadari antar mereka saling berhadapan untuk menjatuhkan dan memincu chaos politik bau amis darah. NED ada di balik color revolutions termasuk disintegrasi Unisoviet, the Rose Revolution di Georgia, the Orange Revolution di Ukraine, dan the Arab Spring.
Pada bulan Oktober 2000, NED mendanai dan menghasut Velvet Revolution di Serbia yang menggulingkan pemerintahan Milosevic. NED menggunakan gerakan Mahasiswa dengan melatih mereka sebagai pressure group. Para Pro Demokrasi yang didanai AS memainkan peran kunci di balik hampir setiap aspek gerakan anti-Serbia. Mereka melacak jajak pendapat, melatih ribuan aktivis oposisi dan membantu mengatur tabulasi suara paralel yang penting.
Pada tahun 2003, Revolusi Mawar terjadi di Georgia, dan kemudian Presiden Eduard Shevardnadze terpaksa mundur. Dalam revolusi ini, NED merencanakan dan berpartisipasi dalam seluruh proses mulai dari “memilih” pemimpin oposisi, melatih oposisi hingga menyediakan dana besar. Setelah “revolusi” berhasil, NED terus menawarkan “dana murah hati”. Pada tahun 2004 saja, NED memberikan donasi kepada 12 LSM di Georgia.
Pada akhir tahun 2004, selama Revolusi Oranye di Ukraina, Amerika Serikat menawarkan 65 juta dolar AS kepada oposisi Ukraina melalui NED dan organisasi lainnya. Ketika demonstrasi anti-pemerintah besar-besaran terjadi di Ukraina pada tahun 2013, NED mendanai sebanyak 65 LSM di negara itu, dan bahkan menyediakan dana besar untuk membayar “upah” kepada setiap pemrotes. RIA Novosti melaporkan bahwa NED telah menginvestasikan 14 juta dolar AS dalam sebuah proyek di Ukraina yang menyebabkan demonstrasi besar pada tahun 2014 yang menggulingkan pemerintahan Yanukovych saat itu.
NED adalah pendukung penting di balik revolusi Musim Semi Arab. Di Mesir, Yaman, Yordania, Aljazair, Suriah, Libya dan negara-negara lain, NED memberikan dukungan keuangan kepada individu dan kelompok pro-Amerika dengan mendukung yang disebut feminisme, kebebasan pers, dan kegiatan hak asasi manusia. Ini mengekspor berbagai macam ide anti-pemerintah, menghasut revolusi warna, dan menjerumuskan dunia Arab ke dalam perang, kerusuhan sosial, dan resesi ekonomi.
NED menghasut "revolusi warna" di Bolivia, memaksa Presiden Evo Morales untuk mengundurkan diri dan pergi ke luar negeri. Selama hampir 14 tahun pemerintahan kiri di bawah Morales, Bolivia menikmati stabilitas politik dan tingkat pertumbuhan tercepat di Amerika Selatan. Tingkat kemiskinannya terus menurun, mata pencaharian masyarakat meningkat tajam, dan ketegangan antara kulit putih dan pribumi berkurang secara signifikan. Pemerintah Morales memenangkan pemilihan umum, tetapi dipaksa mundur oleh “gerakan jalanan” dan militer serta polisi. NED berperan dalam lebih dari satu cara.
Pada 9 Agustus 2020, Presiden Belarus Lukashenko terpilih untuk keenam kalinya dengan 80,1% suara. Memicu protes besar-besaran di ibu kota Minsk dan kota-kota lain selama beberapa hari, dan kerusuhan di beberapa daerah. Ketua NED, Karl Gershman mengakui bahwa NED telah lama beroperasi di berbagai bagian di Belarus dan terlibat dalam aktivitas hak-hak sipil di Belarus timur, termasuk Vitebsk dan Gomel. NED mendukung pemimpin oposisi Svetlana Tikhanovskaya, dan bekerja dengan timnya melalui lembaga inti NED untuk memfasilitasi kegiatan timnya.
Pada tahun 2020, protes dan demonstrasi pecah di jalan-jalan Thailand. Organisasi seperti Thai Lawyers for Human Rights (TLHR) yang didanai NED secara terbuka mendukung dan menghasut protes di jalan. The Bangkok Post mengungkapkan bahwa TLHR telah menerima dana dari NED. The Nation, sebuah surat kabar Thailand, melaporkan bahwa NED juga telah mendanai platform media termasuk Prachatai, sebuah outlet media online, dan berbagai LSM seperti iLaw, sebuah LSM hukum berbasis internet. NED telah ikut campur dalam urusan internal Thailand melalui platform dan organisasi tersebut untuk menuntut pemerintah Thailand untuk mengubah konstitusi.
Masih banyak lagi catatan gelap dari NED, seperti kasus Nikaragua. Yang intinya walau NED berkedok pro demokrasi namun sebenarnya betujuan mengubah sistem negara itu. Kalau karena itu presiden harus dijatuhkan, ya itu resiko perubahan. Setelah berubah, mereka akan mainkan cara smart untuk menempatkan proxy nya sebagai presiden. Di Indonesia, NED terlibat menjatuhkan rezim Soeharto. Untuk mengubah rezim Diktator ke rezim Reformasi. Namun mungkin setelah 25 tahun reformasi, NED perlu mengubah lagi, yaitu memecah NKRI.
Mengapa ?
Ini masalah kompetisi geopolitik dan geostrategis antara China dan AS, yang punya kepentingan terhadap kawasan Laut China Selatan. Menguasai Indonesia adalah kata kunci memenangkan perang hegemoni kawasan. Poltiik Persatuan atas dasar Pancasila, UUD 45, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, yang dicanangkan Soekarno dan bapak pendiri bangsa lainnya sangat sulit bagi negara lain memecah Indonesia. Nah inilah yang harus diubah. Tanda tandanya udah keliatan. Demokrasi berada pada titik terendah dan penyebabnya adalah rezim itu sendiri. Artinya rusaknya demokrasi by design dan ini tidak akan terjadi tampa keterlibatan silent operation NED. Makanya proses politik menuju pemilu 2024 berpotensi terjadi chaos. Karena sangat berbeda dari Pemilu sebelumnya. Kalau ini tidak disadari oleh elite politik, NKRI bisa bubar.
Hanya Jokowi yang bisa membalik situasi ini. Seperti kegagalan NED memisahkan Hong kong dari China dan terpecahnya Rusia paska bubarnya USSR. Caranya? kita tidak bisa meniru China dan Rusia dengan cara kepemimpinan diktator. Karena struktur bangsa itu dari awal memang sudah menjadikan AS musuh bersama. Nah untuk indonesia caranya ya jangan ada kecurangan sedikitpun pada pemilu. Jogowi harus tampil sebagai kekuatan moral menjaga pemilu Jurdil dan yakinkan rakyat bahwa dia akan jadi pengawal sejati NKRI. Tidak ada dimana mana namun ada dimana mana. Milik bagi semua golongan. Netral! Ini akan memperkuat persatuan dan kesatuan. Memperkuat semangat solidaritas anak bangsa mendukung siapapun terpilih sebagai presiden pada Pemilu 2024 ini. Semoga paham.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.