Menurut UU Nomer 18 Tahun 2012 Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. United Nations’ Committee on World Foods Security mendefinisikan, Ketahanan pangan adalah semua orang setiap saat memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi ke pangan yang cukup, aman, dan bergizi yang memenuhi preferensi pangan dan kebutuhan pangan mereka.
Dari definisi tersebut memang terjadi perubahan paradigma dari produksi pertanian ke akses pangan. Maklum petani juga adalah konsumen pangan. Ketahanan pangan berhubungan dengan produsen, konsumen, financial resource. Singapore menurut Global Food Security Index 2022 Asia & Pacific, index ketahanan pangannya 74,2. Mengalahkan Indonesia yang indexnya 67,9. Padahal Indonesia negara agraris. Sementara Singapore tidak punya sawah dan kebun. Namun kemampuan financial nya sangat besar untuk menyediakan stok. Sehingga harga bisa stabil dan mudah diakses oleh siapapun.
Singapore terlalu tidak apel to apel dibandingkan dengan Indonesia. Karena penduduk singapore hanya 5,5 juta orang. China mungkin cocok untuk dibandingkan dengan Indonesia. Walau penduduk China 5 kali penduduk Indonesia namun dalam Global Food Security Index 2022 Asia & Pacific China yaitu 75,4. China menempati rangking 4 Asia Pacific dalam hal ketahanan pangan. Andaikan terjadi perubahan iklim ekstrim, tidak berdampak serius. Karena index Sustainability and Adaptation nya diatas 50. Beda dengan Indonesia dibawah 50. Sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Bagaimana konsep China menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan? Sejak tahun 2004. China berfokus pada tiga masalah, pertanian, pedesaan, dan petani. Orientasi China adalah swasembada Pangan. Sejak menjabat pada tahun 2013, Xi sering mengatakan bahwa “mangkuk nasi rakyat China harus selalu dipegang erat di tangan sendiri dan diisi terutama dengan biji-bijian China.” China tidak bersandar kepada program industrialisasi pangan seperti estate food. Tetapi kepada program pembangunan pedesaan berbasih produksi pangan.
Apa yang dilakukan China ? Pertama, China menyediakan stok pangan seperti jagung, beras, gandum, dan daging babi. Stok itu pada batas secure terhadap gejolak harga international. Tentu tidak sedikit dana dibenamkan untuk stok ini. Termasuk China juga berinvestasi pertanian di beberapa negara. Sepeti di Indonesia, Laos, Brazil, AS, Rusia dan Afrika. Misal di AS China punya lahan pertanian 384.000 hektar. Itu semua untuk menjamin pasokan domestik. Maklum bagi China pangan itu sudah politik. Terkait dengan Pertahanan dan keamanan nasional. Jadi all at cost harus dilakukan.
Kedua, memberikan proteksi harga beli produk petani. Contoh karena lahan China tidak seperti AS, ongkos produksi kedelai di China 1,6 kali dari AS. Kalau focus kepada ketahanan pangan, kan lebih baik China impor saja dari AS. Namun Pemerintah China tetap membeli kedelai dari petani diatas ongkos petani. Kalaupun China impor kedelai dari AS dan Brazil, namun harga produksi petani tetap dilindungi. Dan pada waktu bersamaan harga jual disubsidi. Besaran subsidi bersifat regionalitas. Artinya kalau daerah kaya, ya tidak ada subsidi. Tetapi daerah miskin ya harus disubsidi. Disparitas harga pangan bersifat regional itu dijaga agar proporsional. China juga memperkuat sistem rantai pasokan ( pupuk, bibit, anti hama, peralatan).
Ketiga. China menetapkan tata ruang nasional yang memberikan redline untuk lahan pertanian seluas 120 juta hektar. Artinya apapun kegiatan bisnis yang butuh lahan, tidak boleh melewati batas garis merah itu. Walau untuk Infrastruktur jalan sekalipun, tidak boleh merampas lahan pertanian. Makanya engga aneh ada jalan toll terpaksa harus Flyover karena melewati lahan pertanian ulat sutera. Jadi lahan pertanian tidak berkurang walau geliat pembangunan sangat kencang. Bahkan setiap tahun China cetak lahan baru, targetnya mencapai 66,7 juta hektar. Sementara Lahan pertanian di Indonesia berkurang hingga 287 ribu hektar selama tujuh tahun terakhir. Karena alih fungsi untuk perumahan, kebun besar dan industri.
Keempat. Setiap tahun China membelanjakan dana tidak sedikit untuk R&D pertanian. Belanja risetnya kira-kira dua kali lipat belanja riset pertanian AS pada tahun 2015. Belanja riset pertanian Uni Eropa telah meningkat sejak tahun 2000, seperti halnya India dan Brazil. Namun, tidak ada yang mengalami peningkatan belanja R&D pertanian secepat China. Tahun 2011 saja, China adalah negara yang membelanjakan dana riset pertanian terbesar di dunia. Apalagi dibandingkan dana riset Indonesia USD 8,2 miliar (tahun 2022), itupun untuk semua sektor, bukan hanya pertanian. Memang terkesan Indonesia tidak punya visi membangun secara modern.
***
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena El Nino dan IOD positif akan muncul bersamaan serta semakin menguat pada semester II tahun 2023. Kemunculan El Nino bersamaan dengan fenomena Indian Ocean Dipole atau IOD fase positif di pertengahan tahun ini berisiko meningkatkan kekeringan. Selain kebakaran hutan dan lahan, yang tentu mengancam ketahanan pangan Indonesia. Data riset terbaru menunjukkan, kombinasi El Nino dan IOD positif di masa lalu terbukti menurunkan produksi padi.
Berdasarkan Global Food Security Index 2022 Asia & Pacific, Sustainability and Adaptation Index Indonesia 46.3 Artinya, titik paling lemah bagi Indonesia dalam hal pangan adalah mengantisipasi perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional. DI level dunia, Indonesia menempati posisi 63 dari 113 negara. Memang Indonesia tidak punya design yang konkrit untuk ketahanan pangan nasional. Padahal sudah ada Dewan Ketahanan Pangan. Entah apa yang dikerjakan. Nyatanya masih aja mengandalkan estate food, yang sulit direalisasikan, yang justru menimbulkan konflik agraria dengan lahan adat.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.