Monday, March 22, 2021

Arek Suroboyo sahid demi merah putih.

 





Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran mendarat di Tanjung Priok. Kedatangan mereka bertujuan untuk mengurusi sisa-sisa prajurit Jepang, juga tentara Belanda yang ditawan, usai kekalahan Dai Nippon dalam Perang Asia Timur Raya. Setelah ada kesepakatan dengan Soekarno,  tanggal 18 September 1945, Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dibawah komando Inggris Jenderal Mallaby tiba di Surabaya. Pada saat itu ikut serta juga tentara Belanda yang dipimpin W.V.Ch Ploegman Palang Merah Internasional (Intercross).


Sebetulnya tidak ada masalah. Kedatangan mereka sudah diketahui oleh pemimpin TKR di Surabaya. Yang jadi masalah kemudian adalah Belanda sengaja memprovokasi rakyat Surabaya dengan mengibarkan bendera Belanda di hotel tempat mereka menginap. Pada atap hotel Yamato ( sekarang, Hotel Majapahit) berkibar bendara Biru, Merah, putih. Padahal seantero Surabaya berkibar bendera Merah Putih sebagai euforia diproklamirkan kemerdekaan RI. Rakyat Surabaya marah. Mereka datang berdemo di depan hotel. Keadaan memanas. 


Sudirman, residen Surabaya datang menengahi. Minta agar Belanda menurunkan bendera tersebut. Namun dijawab oleh Ploegman dengan todongan senjata kepada Sudirman. Saat itu Sudirman didampingi oleh dua pengawal. Salah satu pengawalnya, Sidik menerjang Ploegman. Terjadi gelut. Senjata berhasil direbut oleh Sidik setelah mencekik mati Ploegman. Kejadian itu di lobi hotel. Berlangsung cepat sekali. Namun salah satu prajurit Belanda melempar Belati kepada Sidik ketika hendak melarikan diri. Sidik tewas. Sudirman dilarikan oleh Hariyono keluar dari Hotel itu.


Di luar hotel , para pemuda naik keatas gedung Hotel. Merobek bendara Belanda warna biru agar hanya ada merah putih. Belanda merasa terhina. Karena benderanya dirobek robek. Keadaan ini membuat situasi tidak konduksif lagi. Suasana kota surabaya mencekam. Para santri mulai terprovokasi untuk meramaikan suasana. Mengusir belanda dari Surabaya. Saat itu TKR belum terorganisir rapi. Banyak laskar terutama santri yang juga punya senjata. Hanya mendengar komando dari kiyainya. Mengabaikan seruan Soekarno agar mematuhi gencantan senjata.


Hari hari berikutnya keadaan semakin tidak menentu. Gedung Internatio di surabaya yang dijaga oleh tentara Sekutu di bawah pimpinan Mayor K Venu dikepung oleh 500 TKR. Mallaby jenderal Inggris yang memimpin pasukan sekutu, didampingi Kapten H Shaw, Kapten RC Smith, dan Kapten TL Laughland bersama Biro penghubung Indonesia, Roeslan Abdulgani mendatangi gedung itu. Tujuannya agar pengepungan dihentikan.  Biro penghubung dari Indonesia berhasil meyakinkan pemuda untuk mundur. Mereka setuju mematuhi gencatan  senjata. Setelah itu Mellaby meninggalkan gedung itu.


Mobil baru bergerak sekitar 90 meter, sekelompok milisi menghadang. Mereka menodongkan pistol. Tak  lama kemudian datang seorang Pemuda bersenjata mendekati mobil dan menembak empat kali ke arah mereka. Tembakan meleset, tapi mereka berpura-pura mati. Menyangka musuhnya tewas, orang tersebut pergi. Aksi tersebut dihadapi oleh tentara inggris yang ada di gedung. Baku tembak terjadi. Pertempuran berakhir sekitar pukul 20.30. Keadaan tenang lagi. Kendaraan Mallaby siap melaju. Namun datang dua pemuda mencegat kendaraan. Sepertinya mereka ingin pastikan Mallaby masih hidup atau udah mati. 


Seorang di antaranya kemudian membuka pintu belakang pada sisi Mallaby. Terjadilah percakapan. Mallaby meminta agar dipanggilkan salah seorang anggota Biro Penghubung dari Indonesia. Kedua pemuda kemudian pergi. Salah seorang pemuda datang kembali ke pintu depan pada sisi Mallaby. Perbincangan kembali terjadi. Mendadak pemuda itu mengulurkan tangannya lewat jendela depan. Dengan darah dingin dia tembak Mallaby. Jenderal itu meregang nyawa.


Kematian Mallaby itu membuat Inggris marah dan mengirim 24.000 pasukan untuk menguasai Surabaya. Inggris mengeluarkan peringatan agar milisi Indonesia menyerahkan senjata pada 9 November. Namun tak dituruti, baru pada 10 November perang besar terjadi dan Inggris mulai mengebom Surabaya. Ribuan prajurit Inggris tewas. Dua jenderal inggris tewas. Sekitar 20.000 pihak Indonesia gugur.  Sebagian besar yang gugur adalah milisi yang merupakan para santri, yang menjemput sahid dengan gagah berani. Mereka gugur demi merah putih. Anehnya sekarang orang berani mati demi bendera ISIS/ Khilafah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.