Friday, July 24, 2020

Vaksin COVID-19 China tidak komersial



China sudah selesai melakukan uji klinis ( uk) fase pertama dan kedua atas vaksin Covid-19. Vaksin ini dikembangkan bersama oleh tim riset militer dan perusahaan biofarmasi China. Apa yang terjadi pada uji klinis ? sekitar 87 persen dari 108 peserta melaporkan setidaknya satu reaksi buruk dalam tujuh hari pertama setelah vaksinasi. Efek samping sistematis yang paling umum dilaporkan secara keseluruhan adalah demam (50 atau 46%), kelelahan (47 atau 44%), sakit kepala (42 atau 39%), dan nyeri otot (18 atau 17%). Menurut data yang dirilis oleh para peneliti pada 22 Mei dalam jurnal ilmiah The Lancet, para peneliti mengklarifikasi bahwa " peristiwa efeks sampingan ringan hingga sedang, dan tidak ada kejadian buruk yang serius yang tercatat dalam 28 hari setelah vaksinasi."

Sebagaimana vaksin pada Diphtheria, Tetanus dan Pertussis (DTP) yang digunakan untuk anak-anak dan balita, ada sering terjadi efek samping ringan. Tetapi tidak significant. Begitu juga dengan vaksin Covid-19. Artinya kalau ada efek samping, itu bukan bukti kuat bahwa vaksin gagal melindungi orang. Untuk selamat dari penyakit mematikan seperti COVID-19, vaksin dengan respon kekebalan yang kuat dapat diterima oleh kebanyakan orang meskipun disertai  efek samping dengan demam dan lainnya dalam jangka waktu terbatas.

Sebuah laporan CNN pada bulan Mei mengutip para ahli medis AS yang mengatakan bahwa hasil yang dikeluarkan oleh tim peneliti Tiongkok bukanlah tanda keselamatan yang baik dan mereka merekomendasikan agar para peneliti CanSino untuk menghentikan upaya mereka. Namun para sukarelawan Tiongkok yang berpartisipasi dalam fase satu dan dua uji klinis juga keberatan dengan laporan media Barat yang terlalu mempermasalahkan efek samping dari vaksin yang dikembangkan Tiongkok. Seorang sukarelawan berusia 18 tahun untuk Ad5-nCoV Huang Shiyue mengatakan kepada Global Times bahwa untuk sebagian besar sukarelawan dalam kelompoknya, demam biasanya hilang dalam waktu 48 jam dan efek samping lainnya telah hilang 14 hari setelah injeksi.

Huang merasa pusing dan mengalami peningkatan denyut jantung serta diare setelah suntikan, tetapi pulih dalam waktu seminggu. "Tim peneliti memberi tahu kami secara terperinci tentang kemungkinan reaksi merugikan sebelum kami disuntik sehingga kami tidak terlalu khawatir karena semua orang mendapat informasi," kata Huang. "Para peneliti terus melacak dan melakukan kontak online dengan setiap sukarelawan tentang reaksi apa pun setelah vaksinasi.” Meskipun skeptis dan pesimisme dari media Barat, para ahli vaksin menyarankan masyarakat untuk tidak panik atas efek samping yang terungkap dalam hasil awal dari vaksin coronavirus yang dikembangkan oleh Cina karena efek samping dalam batas bisa ditoleransi.

China tidak mengkomersilkan Vaksin ini. Negara manapun yang berminat atas vaksin ini, dipersilahkan ikut bergabung dengan China dalam kerjasama. Namun harus  melakukan  Uji Klinis fase tiga. Artinya tiap negara punya hak melakukan uji klinis terhadap masyarakatnya sebelum vaksin itu di produksi. Indonesia , PT Bio Farma (Persero) pada Juli tahun ini mulai melakukan uji klinis ketiga untuk vaksin Covid-19. Pada tahap sekarang sedang uji Lab. Rencana agustus 2020 sudah bisa Uji klinis pada manusia. Akan memakan waktu hingga enam bulan terhitung sejak Juli 2020.  Jika uji klinis ini sukses, pada awal 2021 Indonesia sudah memiliki vaksin untuk virus corona. Cara ini jauh lebih efisien daripada membuat vaksin sendiri.

China membuka formula vaksin itu dan memberikan hak kepada Indonesia ( termasuk negara lain yang berminat ) untuk memproduksi sendiri. Bagaimana dengan bahan baku? vaksin ini dibuat dari mikroorganisme patogen virus Corona. Metode itu dinilai lebih murah dan mudah dibandingkan dengan pengembangan vaksin dari dinding virus atau RNA-nya.  Diperkirakan harga jual vaksin akan sangat murah. Karena tidak komersial, terutama biaya riset tidak ada, dan tanpa paten. Dampak dari vaksin temuan perusahaan bioteknologi China, Sinovac Biotech Ltd, (SVA), maka rumor mengatakan bahwa COVID-19 akan mendatangkan bisnis vaksin multimiliar dollar, kini terbantahkan. 

Namun issue negatif atas vaksin ini akan terus bergaung, terutama datang dari media barat yang mewakili kepentingan perusahaan pharmasi yang akan siap meluncurkan vaksin dengan harga komersial. Tetapi kembali kepada konsumen. Mau terima vaksin dengan paten atau tanpa paten. Tugas pemerintah harus memastikan vaksin itu tidak berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan efektik menangkal Covid-19.

Monday, July 20, 2020

Kekuasaan, memenggal kepala


Saya penggemar buku sejarah kekuasaan totaliterian. Saya membaca sejarah komunisme, fasisme, Nazi, dan kekhalifahan. Secara ideal saya termasuk orang yang sangat setuju dengan kekuasaan terpusat. Saya juga senang berdiskusi dengan mereka yang gandrung paham totaliterian. Mengapa ? disitu ada semangat kebersamaan dalam satu barisan yang tertip menuju satu tujuan yang sama. Ibarat lebah, mereka patuh kepada kehendak ratu. Secara system setiap lebah punya tugas satu, yaitu melindungi ratu dan mengamankan ratu. Dan lebah salah satu insek yang memberikan manfaat bagi manusia.

Tetapi dalam dunia nyata, saya melihat dengan mata kepala bagaimana hebatnya design pembangunan China, namun secara politik tidak membuat orang lebih baik dari hewan. Secara politik mereka engga bahagia. Itu baru terasa ketika mereka ingin berbeda pendapat dengan partai, maka semuanya menjadi mimpi buruk. Tidak ubahnya dengan Kerajaan Saudi Arabia, yang semua sangat indah. Namun sekali anda berbeda pendapat dengan raja, selesai hidup anda. Kalau komunis mengenal istilah “dihilangkan” bagi pengkhianat. Kalau dalam islam, “dipenggal kepala”. Hebatnya, penggal kepala itu tidak melalui proses pengadilan yang rumit. Prasangka saja sudah cukup alasan memenggal kepala orang. Berbeda dengan Jokowi, Abu Bakar bashir masih diberi kesempatan untuk dapatkan grasi. Aktifis HTI masih bebas orasi dan berpolemik di sosmed walau HTI sudah dibubarkan. 

Karena totaliterian itu mengharuskan satu persepsi dalam segala hal, dan karena mereka bukan Tuhan yang Maha Tahu, maka suka tidak negara totaliterian adalah juga negara intel. Tidak ada satupun riak yang tidak diketahui. Dulu sebelum ada IT, di China ada 25 juta intel, bahkan para ibu rumah tangga di create jadi intel negara terhadap sikap suaminya. Kini setelah ada IT, di Shenzhen, yang penduduknya 9 juta orang, ada 15 juta CCTV. Artinya kemana saja langkah diayun, setiap orang sadar bahwa mereka diawasi negara. Itu hanya ingin memuaskan sifat paranoid kekuasaan. Karena penguasa Tahu bahwa kekuasaan yang mereka create untuk mereka sendiri, bukan untuk rakyat. Penguasa sadar , kekuasaan mereka rentan.

Kekhalifahan Rasyidin di tengah kejayaan islam dalam operasi penaklukan di berbagai wilayah, juga sangat rentan. Bukan karena serangan dari luar tetapi dari rakyatnya sendiri. Dari empat khalifah, semua meninggal karena dibunuh. Abu Bakar meninggal dalam keadaan sakit. Konon menurut cerita kitab tarikh al-Khulafa’, sakitnya karena diracun. Umar bin Khattab ditikam pisau oleh seorang budak dari Persia saat memimpin sholat Subuh di masjid. Utsman dibunuh oleh pemberontak dengan cara sadis. Ali Bin Abi thalib juga dibunuh dengan cara sadis. Selanjutnya dalam sejarah Khalifah, pembunuhan terhadap khalifah terus terjadi. Mereka terbunuh karena intrik politik internal. Teringat untuk jadi ratu lebah, mereka harus bertarung sampai mati dengan rivalnya agar menjadi satu satunya ratu. Tidak ada istilah berdamai. Tidak ada istilah matahari kembar. Karena tanpa itu sistem kekuasaan lebah tidak efektif.

Apa yang rumit dalam sistem khalifah itu adalah kekuasaan yang sangat besar pada khalifah. Sistem baiat secara personal mengharuskan loyalitas secara total. Jadi suka tidak suka, mereka menerapkan politik totaliter. Secara politik sama seperti PKI, Fasis, dan Nazi. Mereka hanya berbeda metode cara berkuasa. Namun esensinya sama, yaitu memaksa orang berhenti berpikir dan patuh pada satu dokrin. Situasi inilah yang membuat mereka sangat rentan jadi korban pembunuhan. Karena bukan hanya mereka, lawan politiknya juga sama, sama sama terancam terbunuh oleh  sistem kekuasaan khilafah, seperti khalifah Turki ustmani yang harus tega membunuh saudara kandung, bahkan anak sendiri tega dibunuh. Itu hanya ingin memastikan baiat setiap orang kepada khalifah adalah total.
Kalau diskusi membahas soal totaliterian, saya tidak pernah kehilangan spirit. Tetapi karena hidup tidak ada yang ideal. Karena hidup adalah cobaan diatas ketidak-idealan, sayapun harus mau menerima realitas hidup. Berdamai dengan kenyataan, dan terus memperbaiki diri sendiri, dan berharap sebaik baiknya kesudahan. Pada akhirnya orang diadili secara pribadi oleh Tuhan, dan tidak ada kaitanya dengan idioligi atau sistem politik. Karena Tuhan diatas sana tidak berpolitik. 

Saturday, July 18, 2020

Pertanyaan seputar UUD RI...?


Ada pertanyaan besar dalam diri saya. Siapa sebenarnya perumus Pancasila itu? Kalau membaca buku Soekarno, memang ada istilah Pancasila namun rumusannya adalah 1). kebangsaan Indonesia,. 2). internasionalisme atau perikemanusiaan, 3). mufakat atau demokrasi, 4.) kesejahteraan sosial 5).  Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu disampaikan Soekarno pada bulan Juni sebelum prokamasi agustus. Itu hanya soft draft tentang design negara kita apabila merdeka. Belum bisa dijadikan bingkai membuat UUD. Terbukti dalam rapat BPUPKI, soft draft itu ditolak oleh peserta rapat yang merupaka tokoh nasional ketika itu.

Yang jadi pertanyaan berikutnya. 12 hari setelah Proklamasi, UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Namun tidak sepenuhnya sependapat. UUD 45 yang disusun oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), tidak diperuntukan seluruh Indonesia tetapi hanya untuk Jawa. Karena sebelumnya pada tanggal 18 agustus 1945 PPKI sudah mengesahkan UUD 45 sebagai UUD RI. UUD 45 yang mana yang jadi patokan kita sekarang? apakah keputusan KNIP atau PPKI? 

Pertanyaan lainnya, dari juni sampai dengan Agustus, itu rentang waktu yang sangat singkat. Kebayangkan?. Kapan mereka membuat UUD 45 lengkap dengan kajian akademis dan senapas dengan Pancasila, yang sehingga semua pihak bisa sepakat? Padahal ketika itu keadaan sangat mencekam. Para tokoh nasional diawasi ketat oleh Jepang. Karena Jepang harus memastikan penyerahan Indonesia kepada sekutu dalam keadaan clean. Bahkan rapat mempersiapkan draft Proklamasi, para bapak pendiri bangsa kita harus numpang di Rumah Perwira tinggi Jepang- sahabat dekat Soekarno- agar aman dari grebekan aparat intel Jepang.

Sejarah UUD 45 itu sangaja dikaburkan. Karena setelah proklamasi dan terbentuk pemerintahan, UUD 45 hanya berlaku sampai tahun 1949. Setelah itu yang berlaku UUD Sementara. Hanya yang timbul pertanyaan besar dan mungkin menyibak misteri tentang Pancasila dan UUD 45 adalah ketika Belanda melakukan aksi militer tahun 1948, 30 tokoh ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan ke Penjara Wiroguna, Yogya. Pada waktu itu mereka di interogasi oleh  kepala dinas intel Belanda Kapten Vosveld yang terkenal keras cara penyiksaannya. Hadir dalam setiap interogasi itu seorang pemuda bernama George Kahin , Warga Negara AS ,mahasiswa yang sedang melakukan riset Doktornya. 

George Kahin dalam memoarnya, mengatakan tidak ada satupun tokoh itu yang tahu siapa perancang sebenarnya Pancasila dan UUD 45.  Padahal 30 tokoh itu adalah mereka yang juga terlibat dalam sidang KNIP dan BPUPKI. Justru ketika mereka bersidang, tidak ada satupun kata sepakat mengenai bentuk negara. Soal Pancasila, itu  hanya ada pada waktu penutupun sidang, Soekarno berpidato, dengan merevisi idea trisila, dwisila, dengan cukup Pancasila saja. Tidak ada kata aklamasi setuju soal Pancasila jadi pembukaan UUD 45. Lantas bagaimana bisa ada UUD 45. 

Saya terpaksa berhenti bertanya dan mencari tahu lebih jauh. Karena kata orang bijak, semakin banya tahu akan semakin membunuh nalar kita terhadap realitas. Butuh puluhan tahun untuk menyadari itu. Pemilu tahun 1999, PDIP tampil sebagai partai pemenang Pemilu, Gus Dur dan Megawati tampil sebagai penguasa.  Kaum Marhaen, nasionalis, islam moderat menguasai DPR. Saat itu yang terjadi adalah meng amandemen UUD 45. Proses amandemen berlangsung 4 kali, dari tahun 1999, 2000, 2001, 2002. Dan rencananya di periode kedua Jokowi ini akan ada lagi amandemen terbatas atas UUD 45. 

Artinya sejak Indonesia diproklamirkan sampai dengan tahun 1999 kita engga pernah ada UUD yang dibuat oleh wakil rakyat yang terpilih lewat pemilu langsung. Karena era Soeharto, UUD 45 secara murni diterapkan. UUD 45 yang mana? Apakah keputusan KNIP atau BPUPKI?  Dan yang diamandemen tahun 1999, UUD 45 yang  mana? 

Wednesday, July 15, 2020

Perak antimikroba dan COVID-19?


Dahulu kala perak dijadikan mata uang untuk alat tukar.  Bahkan bangsa Fenisia, Makedonia, dan Persia memperkenalkan alat makan dari perak, seperti piring, cangkir minum, sendok, untuk kaum bangsawan. Waktu masih kecil saya punya penyakit kudis atau korengan. Nenek saya gunakan serbuk perak ditempel di tempat kudis. Keesokannya kering dan sembuh. Memang para orang tua dulu percaya khasiat perak sebagai antimikroba. Pada dinasti Han di China pada 1500 SM, perak sudah digunakan sebagai alat terapi kesehatan. Pada era modern perak juga digunakan sebagai terapi kesehatan dalam bentuk perak nitrat, perak sulfadiazin, dan koloid perak. Namun sejak ditemukan antibiotik awal abad 20, perak tidak lagi populer untuk antimikroba. Belakangan antibiotik tidak lagi efektif memerangi mikroba, bahkan banyak bakteri yang sudah kebal dengan antibiotik. Makanya kembali orang menengok cara kuno melawan  mikroba yang berbahaya. Studi kembali dikembangkan untuk memanfaatkan koloid perak sebagai pengganti antibiotik. Perak sedang diuji di Lab untuk mengetahui secara ilmiah sebagai terapi antibakteri dan sifat-sifat pembunuh virus. Bahkan riset melalui nanoteknologi  sudah diterapkan untuk memastikan perak layak sebagai alat terapi kesehatan khususnya memerangi pandemi akibat bakteri dan virus.

Perak dikenal aktif secara biologis ketika didispersikan ke dalam keadaan ion monoatomik (Ag +) terutama ketika larut dalam lingkungan berair. Ini adalah bentuk yang sama yang muncul dalam senyawa perak ionik seperti perak nitrat dan perak sulfadiazin, yang telah sering digunakan untuk mengobati luka. Bentuk perak lainnya adalah bentuk nanokristalin asli (Ag0). Bentuk logam (Ag0) dan ionik juga dapat muncul secara longgar terkait dengan unsur-unsur lain seperti oksigen atau logam lain dan dapat membentuk ikatan kovalen atau kompleks koordinasi.  Sampai saat ini, ada tiga mekanisme yang diketahui dimana perak bekerja pada mikroba. Pertama, kation perak dapat membentuk pori-pori dan menusuk dinding sel bakteri dengan bereaksi pada komponen peptidoglikan. Kedua, ion perak dapat memasuki sel bakteri, baik yang menghambat respirasi seluler dan mengganggu jalur metabolisme sehingga menghasilkan spesies oksigen reaktif. Ketiga, di dalam sel, perak juga dapat mengganggu DNA dan siklus replikasinya 

Pada tahun 1960, perak pertama kali digunakan untuk mengobati luka bakar dalam bentuk larutan perak nitrat 0,5% dan krim perak sulfadiazine. Namun, ini tidak praktis karena balutan membutuhkan rehidrasi setiap beberapa jam. Untuk mengatasi keterbatasan ini, gel berbasis nanopartikel perak dan gel berbasis garam perak telah dikembangkan, dengan semua pendekatan yang masih dianggap baru. Alat bedah invasif seperti jarum suntik dilapisi dengan nanopartikel perak. Perangkat medis yang secara langsung dimasukkan ke dalam tubuh manusia yang mengandung perak termasuk kateter pembuluh darah, implan tulang, dan kurung saluran empedu.  Bahkan Interior rumah sakit khususnya pada ruang ICU juga dilapisi oleh perak sebagai antimikroba.  

Pembalut luka berbasis perak telah meningkat penggunannya. Karena lebih manjur dibandingkan dengan pembalut standar. Pembalut luka yang baru-baru ini dikomersilkan memungkinkan penggunaan pembalut bisa digunakan selama 7 hari tanpa harus diganti setiap hari. Hal ini dimungkinkan melalui desainnya, yang secara perlahan melepaskan ion perak pada saat kontak dengan eksudat luka. Paddingnya yang memiliki daya serap tinggi juga dilapisi dengan lapisan silikon yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit selama pelepasan dan pengaplikasian dressing. Penggunaan perak untuk pembalut luka sangat bermanfaat mengurangi bekas parut. Pembalut luka berbasis perak tersedia dengan nama merek dengan komposisi yang berbeda, seperti Mepilex® Ag, Acticoat ™, Aquacel®, Flaminal®, Allevyn® Ag, dan Biatain® Ag, SILVERCEL ™. Produk-produk lain yang mengandung komponen perak, yang tidak secara khusus dikembangkan untuk penyembuhan luka, telah digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri.

Perak juga telah diaplikasikan pada perawatan gigi. Perak untuk penambalan amalgam gigi sudah digunakan selama lebih dari seratus tahun. Namun, sifat antimikroba tidak dipatenkan. Perak digunakan untuk pencegahan infeksi selama dan setelah operasi gigi. Gigitiruan juga terbuat dari perak dan benda restorasi tubuh lainnya, memiliki nanopartikel perak sebagai zat tambahan, itu dapat mengurangi infeksi bakteri, terutama selama beberapa bulan pertama pemasangan

Perak secara luas dimasukkan ke dalam pelapis permukaan barang-barang listrik seperti bathtub otomatis, mesin cuci, AC, kulkas yang  merupakan produk 'bebas bakteri’. Alat rumah tangga seperti keyboard, alat bantu keselamatan mandi, dan pegangan keselamatan kamar mandi, wadah untuk penyimpanan daging / air / anggur / susu. Itu semua sudah menggunakan penerapan nanopartikel perak agar terhindar dari kontaminasi terhadap bakteri dan aman untuk kesehatan. Tentu penggunaan perak untuk alat sekali pakai seperti sarung tangan, tisu desinfektan, dan deterjen pembersih dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Pelepasan sejumlah besar produk perak ke lingkungan dapat menyebabkan gangguan ekosistem mikrobiologis dan berpotensi menyebabkan resistensi bakteri terhadap perak. 

Perak juga telah digunakan untuk berbagai produk pertanian dan industri. Dalam industri, pemurnian air skala besar sangat efisien dengan menggunakan koloid perak untuk pemurnian. Karena hanya diperlukan perak dalam jumlah kecil namun dapat memurnikan air dalam jumlah besar, meskipun potensi risiko lingkungan perlu dipertimbangkan. Untuk penggunaan pertanian, perak ada pada tali nilon yang digunakan untuk mengikat tanaman, menutupinya dengan jaring, dan untuk berbagai aplikasi lainnya. Tali-tali ini biasanya membusuk setelah beberapa waktu karena pembentukan biofilm bakteri, sehingga perak mencegah dekomposisi ini.  Dengan menggunakan Ag (I) dan Ag (II), dapat mengobati infeksi tanaman. Mesin agro industri juga dilapisi dengan perak agar terhindar dari bakteri dan steril. Sistem penyaringan air biasanya mengandung nanopartikel perak amobil untuk tujuan pemurnian air. 

Perak memiliki aplikasi yang luas dan terus berkembang dalam bidang kedokteran, perawatan kesehatan, dan aktivitas kehidupan sehari-hari lainnya. Analisis pertumbuhan paten yang menggambarkan aplikasi perak antimikroba terus meningkat. Di penghujung tahun 2019, Penggunaan perak dalam nanoteknologi sedang diuji untuk coronavirus, dengan hasil yang segera keluar.
 *** sumber 

Monday, July 13, 2020

Uang dan Kekuasaan itu racun.


Periode pertama Soeharto berkuasa, sangat bagus. Tadinya orang antri beli beras dan BBM, dalam 1 tahun udah engga lagi antri. Periode pertama Soeharto berhasil menstabilkan harga beras dan menjamin pasokan BBM. Periode kedua, making ngebut aja Soeharto. Infrastrutktur di bangun. Program SD inpres bagi 60.000 desa di bangun. Termasuk puskesmas. Tetapi masuk periode ketiga, keadaan tidak lagi se-ideal periode pertama dan kedua. Mulai muncul OKB. Apalagi periode ke empat dan ke lima, dimana anak anaknya sudah pada gede.  Mereka masuk ke bisnis. Saat itulah Soeharto yang periode pertama tidak lagi nampak. Dia cenderung paranoid.

Saya punya teman yang kehidupannya secara ekonomi sangat sederhana. Pekerjaannya engga jelas tapi istrinya Guru SD PNS. Suatu waktu tahun 2008, dia memperkenalkan saya dengan konglomerat yang mau beli blok minyak milik Pertamina di Libia.  Konglomerat itu perlu exit buyer setelah dia berhasil beli blok minyak itu. Hubungannya dengan konglomerat ini karena pamannya pejabat tinggi. Deal terjadi, saya sebagai exit buyer melalui dukungan dari relasi saya di London. Saya butuh 7 bulan urus transaksi sampai selesai. Karena komitmen, saya beri komisi kepada teman itu. Dari konglomerat itu juga dia dapat komisi. 

Tetapi dua tahun kemudian saya dapat kabar dia masuk penjara karena kasus Narkoba. Padahal sebelum terima uang komisi dia bukan pecandu. Setelah terima uang hasil komisi itu hidupnya berubah. Perubahan itu menimbulkan prahara bagi keluarganya . Dia kecantol wanita malam. Istrinya minta cerai. Setelah harta dan uangnya habis dikuras gaya hidup hedonis bersama wanita malam itu, diapun ditinggal oleh wanita malam itu. Dia miskin. Karena sudah kecanduan narkoba, uang tidak ada. Dia terpaksa jadi pengedar dan akhirnya tertangkap polisi. Berujung penjara. 

Saya datang ke penjara. Dia berkata “ Andaikan saya tidak pernah terima uang komisi dari kamu, mungkin sampai sekarang hidup saya akan baik baik saja. Keluarga tetap utuh dan tidak masuk penjara. Tetapi karena uang itu, saya berubah. Bukan menjadi baik malah membuat saya hancur. “ 

Kekuasaan dan uang sama. Sama sama racun kalau tidak bisa mengelola nafsu  dengan baik. Tetapi untuk bisa mengelola nafsu itu butuh proses. Engga bisa instant. Selama proses itu, kita akan menghadapi masalah kekurangan dan kelebihan. Berjalannya waktu, apapun yang terjadi, berlebih uang atau kekurangan, kita biasa biasa saja. Terbukti banyak orang punya uang hidupnya tetap sederhana. Tidak  terpengaruh karena uang. Jokowi hebat karena dia bisa mengelola nafsu kekuasaaan tanpa membuat dia euforia. Biasa saja. Kita perlu uang tetapi jangan tuhankan uang. Kita perlu kekuasaan, tetapi jangan tuhankan kekuasaan.

Thursday, July 9, 2020

Orang Minang diantara pendiri bangsa



Ketika saya lahir, Papa saya memberi nama saya Muhammad Yamin. Karena dia terinspirasi dengan tokoh Muhammad Yamin. Namun nenek dari ibu saya menolak. Karena nenek saya pendukung Masyumi. Sementara Muhammad Yamin berseteru dengan Masyumi. Tapi nenek saya terinspirasi dengan Kakek dari papa saya. Dia pedagang besar yang sukses namun rendah hati dan senang berbagi dengan hartanya. Kakek saya juga donatur gerakan Muhamamadiah yang berafiliasi dengan Masyumi. Nama saya diubah jadi Soleh seperti nama kakek saya. Ketika saya masuk sekolah TK, nenek saya mendaftarkan saya bernama Erizeli. Apa artinya? engga tahu. Yang jelas kelahiran saya menimbulkan harapan dari semua orang yang mencintai saya. Persepsi mereka berbeda terhadap bagaimana seharusnya masa depan saya.

Penduduk Sumatera Barat itu tidak banyak. Populasinya mungkin hanya sebanyak Kecamatan di Jawa. Namun sejarah mencatat bahwa dari komunitas kecil itulah lahir beberapa orang yang disebut bapak pendiri bangsa. Siapa saja itu. Muhammad Hatta, Sjahrir, Agus Salim, Muhammad Yamin, Muhamamd Natsir, Hamka, Tan Malaka, HR Rasuna Said. Mereka semua adalah sahabat Soekarno semasa perjuangan merebut kemerdekaan dan paska kemerdekaan. Mungkin anda menganggap mereka semua satu aliran? tidak. Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, walau mereka sama-sama belajar Marxisme dan mendapat pendidikan Belanda namun mereka berbeda pandangan soal politik.

Secara adat, Tan mendapat kedudukan terhormat tapi miskin, sedangkan Hatta-Sjahrir dalam strata ekonomi adalah kelas menengah. Masa kanak Tan lebih banyak di desa belajar agama. Sedangkan Hatta dan Sjahrir besar di kota dan hidup di lingkungan keluarga pedagang kaya. Tan mendapat kesempatan belajar ke Belanda karena beasiswa, sementara Hatta dan Sjahrir atas biaya sendiri karena keluarga mereka mampu. HR, Rasuna Said juga anak saudagar kaya di Minang, namun karena dia wanita tidak punya kesempatan sekolah ke luar negeri. Namun Rasuna otodidak sejati dan besar dari geraka pembaharuan Islam. Agus Salim juga sama dengan Tan. Lahir dari keluarga miskin. Dia tida seberuntung Hatta, Sjarir dan Tan Malaka. Dia tidak sekolah ke Belanda walau RA Kartini mengorbankan beasiswa ke Belanda demi Agus Salim, namun ditolak oleh Agus Salim. Agus Salim belajar secara otodidak dan lebih banyak memahami Politik dari komunitas Syarikat Islam. Latar belakang itulah yang membuat mereka berbeda.

Hatta sangat menentang komunisme. Hatta menganjurkan koperasi dalam menegakkan ekonomi Indonesia. Sebaliknya, Tan tidak menolak komunisme tapi menolak kerangka berpikir komunisme. Komunisme hanyalah metodelogi menjalankan revolusi. Makanya Tan percaya, jika digabung, Islamisme dan Komunisme, Indonesia akan digdaya. Namun baik Hatta maupun Tan Malaka punya pandangan sama soal bagaimana Indonesia merdeka. yaitu melalui revolusi Rakyat. Sjahrir ? Dia tidak sejalan dengan Hatta dan Tan soal itu. Sjahrir dan Rasuna Said percaya kemenangan hanya bisa dicapai lewat diplomasi. Dan itu perjuangan kaum terpelajar.

Tetapi Soekarno percaya kepada Sjahrir dan Rasuna Said. Perselisihan antara Tan Malaka VS Sjahrir makin meruncing ketika Sjahrir menjadi Perdana Menteri dan mengubah sistem politik dari presidensial menjadi parlementer. Praktis ia dan Amir Syarifuddin yang berkuasa. Karana itu Soedirman bergabung dengan Tan Malaka menentang kebijakan Sjahrir. Hatta menarik massa Islam Masyumi untuk mendongkel Sjahrir. Diantara konplik ini, Soekarno tetap berada ditengah. Walau karana itu Soedirman sempat kesal dengan Soekarno yang bersedia ditahan Belanda ketika class kedua dengan Belanda. Soekarno lebih mendengar saran Sjahrir daripada ikut Soedirman masuk hutan untuk bergerilya.

Dalam silang-sengkarut itu muncul putra Minang lain yaitu Muhammad Yamin. Yamin adalah diplomat ulung sebagaimana Sjahrir. Namun dia tidak begitu suka dengan Masyumi. Hatta walau dekat dengan Masyumi, bisa setuju dengan Yamin. Yamin gencar mengkritik secara terbuka politik diplomasi Sjahrir. Sikap frontal Yamin ini kian memanaskan situasi yang berakhir dengan mundurnya Sjahrir dari kursi perdana menteri pada 28 Februari 1946. Pada akhir medio 1950, muncul tiga dwitunggal yang punya jalan masing-masing menghadapi politik pecah belah Belanda: Soekarno-Hatta, Sjahrir-Amir, dan Soedirman-Tan Malaka. Ketiga Dwi tunggal ini semuanya ada putra minang. 

Masing masing Ketiga Dwi Tunggal ini punya kekuatan bawah tanah. Soekarno -Hatta, kekuatan dominan dari golongan Islam. Soekarno dari NU dan Hatta dari Muhammadiah. Sjahrir- Amir Syarifudin didukung oleh kekuatan sosialis dan komunis, dengan motornya  Aidit, yang ibunya berasal dari Minang ( Sumbar ). Tahun 1948, Amir Sjarifuddin dieksekusi mati karena pemberontakan PKI di Madiun. Dan kelak Aidit juga ditembak mati karena G30S PKI. Tan- Soedirman, didukung oleh TNI. Namun Tan dianggap sebagai duri dalam daging bagi Sjahrir, Soekarno dan Hatta. Karena Tan menolak politik diplomasi dengan Belanda.

Apakah selesai masalah ? Tidak.  Soekarno tetap percaya kepada Sjahrir dengan memberinya mandat melanjutkan diplomasi. Keputusan ini membuat kubu Soedirman-Tan kembali meradang. Saking marahnya, tentara sempat menembaki mobil Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin yang akan masuk Istana Negara. Bahkan saling tangkap pun terjadi. Amir memerintahkan tentara menangkap Tan dan tokoh Persatuan lain. Soedirman membalasnya dengan memerintahkan pasukan Peta menangkap Sjahrir. Kedua kubu sama-sama membebaskan sandera ketika Soekarno turun tangan. Itulah kehebatan Seokarno. Yang tidak berpihak kepada konplik dan mengutamakan persatuan. Akhirnya Tan ditembak mati oleh Tentara. Entah siapa yang perintahkan. Sejarah masih kabur. 

Sejarah indonesia mencatat bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia mencapai puncak legitimasi international berkat perjuangan diplomasi. Itu ide Sjarir. Namun itu tercapai berkat perlawanan rakyat semesta. Itu ide Tan Malaka, Hatta, dan Agoes Salim. Artinya perbedaan sikap itulah yang membuat mereka kuat mencapai tujuan. Mengapa ? Dalam sejarah walau Hatta, Tan, Sjahrir , Yamin berseteru karena perbedaan namun secara pribadi persahabatan mereka sangat hangat. Demi kepentingan nasional , mereka dengan mudah melepaskan sekat pribadi dan identitas, dan tak penting siapa berkorban atau dikorbankan. Mereka ikhlas.

Walau perbedaan terjadi diantara mereka. Namun mereka bisa berdamai dengan Pancasila. Sama halnya walau Papa saya inginkan saya menjadi nasionalis seperti Muhammad Yamin dan Nenek saya inginkan saya jadi Masyumi, namun akhirnya ketika saya masuk TK, justru nama saya Erizeli yang tidak ada identitas agama  dan keluarga.  Saya adalah produk masa depan. Sebuah kompromi yang indah.

Sunday, July 5, 2020

Hizb ut-Tahrir



Ide khilafah internasional ini pertama kali diperkenalkan oleh jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir pada tahun 1928, dan selanjutnya direvisi sedikit menjadi gerakan  Hizb ut-Tahrir yang didirikan di Jerusalem Timur tahun 1952. Walau Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) di Irak dan Syiria dianggap bukan seperti konsep Hizb ut-Tahrir namun ISIS menganggap merekalah yang benar mengikuti ide khilafah. Mengapa ? Hizb ut-Tahrir itu tidak punya dalil kuat dan baku secara fikih, untuk menjadi fatwa mewajibkan umat islam mengikutinya. Kalau dari fikih tidak tepat, apalagi dalam konteks peradaban modern yang terbentuk atas dasar nation states. Betambah tidak pas lagi kalau dikaitkan dengan system moneter uang fiat. Benar benar Hizb ut-Tahrir hanya sebuah gerakan yang berusaha mengangkat sesuatu yang pernah exist di era kekhalifahan dan tenggelam oleh perubahan zaman.

Kemarin pegiat HTI berusaha mentafsirkan kalimat hikmah pada Pancasila menurut versi Al Quran, langsung dikoreksi keras oleh tokoh muda NU. Dari koreksi terlihat sekali pegiat HTI tidak paham cara membaca Al Quran, apalagi mentafsirkan Al Quran. Padahal aktifis itu sangat populer dengan follower jutaan di Facebook. Saya hanya terseyum. Karena itu bukan hal aneh. Saya punya teman yang juga aktifis HTI. Dulu saya sering berdiskusi dengan mereka. Belakangan saya tidak lagi aktif berdiskusi. Karena persepsi mereka sudah terbentuk. Tidak mudah untuk berubah. 

Besarnya pengaruh HTI dikalangan anak muda islam, sebetulnya lebih kepada keresahan melihat kenyataan yang apa boleh buat sangat kompetitif. Sehingga merasa negara sekular tidak hadir melindungi orang duafa. Ini tidak aneh. Kekalahan Khilafah Turki Ustmani terhadap Inggris dan Prancis pada perang dunia pertama dan banyak wilayah taklukan Khilafah yang mendirikan negara merdeka, bukan berarti ulama khilafah Turki Ustmani berdiam diri. Mereka terus berjuang lewat politik, yang salah satunya terbentuknya gerakan Hizb ut-Tahrir di Timur tengah , dan akhirnya meluas ke seluruh dunia sampai sekarang.

Cara perlawanan HTI secara politik terhadap rezim Jokowi memang cerdas. Mereka menggunakan segala issue untuk mendiskriditkan pemerintah. Dari issue soal PKI yang sengaja dihidupkan. Sampai pembahasan soal gerakan uang dinar dirham sebagai anti uang fiat. Situasi ini juga dimanfaatkan oleh ormas dan Partai yang berbasis massa islam lewat agenda mendapatkan suara dan simpati dari umat islam. Bahkan gerakan anti pemerintah yang dimotori oleh ex Orba dan pengusaha rente juga ikut didalamnya. Maka, dapat disimpulkan bahwa HTI itu memang bukan gerakan agama tetapi politik. Mereka sekular yang bergamis. 

Walau gerakan HTI sudah menjadi ormas terlarang di Indonesia, namun pemikiran HTI tidak bisa dihapus begitu saja.  Orang tidak bisa dihukum karena pemikirannya tetapi tindakannya. Begitu hukum positip kita. Pemikiran HTI masuk kesemua ormas Islam, dan bahkan mereka membentuk sel dalam sistem birokrasi kita. Mereka ada disemua kementrian, Pemda dan BUMN. Itu sebabnya muncul ide membentuk UU HIP, yang ditolak keras oleh Ormas Islam, namun sebetulnya otak dibalik gerakan penolakan itu adalah HTI. Untunglah sekarang PBNU setuju UU HIP itu dilanjutkan dengan perubahan judul menjadi RUU BPIP.


Thursday, July 2, 2020

Kualitas anggota DPR.



Saya tidak tahu bagaimana mekanisme pengawasan DPR terhadap pemeritah. Namun dari cerita teman, menurutnya rapat kerja antara komisi di DPR dengan kementrian atau BUMN atau lembaga tergantung pendekatan sebelum rapat. Anggota DPR akan ribut kalau sebelum rapat Kementrian atau lembaga atau BUMN tidak melobi mereka. Kalau lobi sudah dilakukan dan tentu ada janji deal, rapat akan berlangsung adem, dan penuh saling dukung.  Tidak akan ada anggota Dewan yang garang. Kalau ada yang coba garang, yang udah di lobi akan tampil jadi pembela. Tetapi kalau sebelum rapat , kementrian atau BUMN atau lembaga  tidak melakukan lobi, mereka akan dikeroyok rame rame oleh anggota DPR.  Rapat jadi penuh marah dan tendesius.

Dari sistem pemilu memang tidak bisa berharap kualitas anggota DPR itu akan lebih baik dari kementrian atau direktur BUMN. Karena mereka jadi anggota DPR  berkat pengaruh mereka kepada pemilih. Pengaruh ini bukan hanya karena faktor kepintaran. Tetapi lebih karena mereka punya uang yang bisa mudah mendapatkan dukungan partai agar jadi caleg dan menang berkat bantuan Patron yang punya pengaruh di masyarakat. Itu sebabnya setelah reformasi, DPR ada anggaran untuk staff ahli. Setiap anggota DPR punya staff ahli yang digaji oleh negara.  Artinya setiap anggota DPR akan mampu menganalisa setiap persoalan secara mandiri, agar setiap rapat kerja dengan kementrian atau lembaga atau BUMN mereka bisa melaksanakan fungsi pengawasan. Yang jadi masalah adalah kualifikasi staf ahli itu yang menentukan adalah anggota DPR sendiri, bukan lembaga profesional khusus rekruitmen. Jadi kalau kualitas DPR rendah, ya rendah juga staf ahlinya. Rapat kerja Komisi VII DPR dengan dirut Inalum dua hari lalu, engga mungkin terjadi kisruh memalukan kalau anggota DPR punya staf ahli yang qualified. 

Di AS walau untuk jadi staf ahli anggota senat atau kongres itu sangat sulit namun kebanyakan staf ahli itu tidak berharap bayaran. Umumnya mereka menjadikan pengalaman kerja sebagai staf ahli itu sebagai jalan pintas mencapai karir terbaik.  Karena pengalaman kerja sebagai staf ahli senat itu sangat mahal. 
Hampir semua petinggi Lembaga Keuangan papan atas di AS adalah mereka yang pernah menjadi staf ahli senat atau anggota kongres. Di China juga. Anggota Komite Konsultatif Politik sebagai pendamping anggota Kongres Rakyat Nasional (KRN), itu orang yang benar benar ahli, yang grade mereka diatas rata rata. Walau rapat kerja antara KRN dan pemerintah setahun sekali, namun sangat efektif. Umumnya Anggota Komite Konsultatif Politik digaji kecil tetapi alumni staf ahli KRN itu sangat berharga bekerja dimana saja. Semua yang sekarang jadi banker dan CEO BUMN China adalah mereka yang penah jadi staf ahli Anggota Komite Konsultatif  dari KRN.

Menonton rapat kerja antara DPR dan Pemerintah, kadang terkesan DPR jadi mandor dan Pemerintah jadi buruh. Di hadapan DPR, pemerintah selalu salah. Padahal dalam sistem demokrasi , hubungan pemerintah dan DPR itu equal, kemitraan yang sejajar. Apalagi kita menganut sistem presidentil yang sebetulnya tidak ada istilah oposisi. Artinya peran DPR itu benar benar mitra pemerintah dalam hal pengawasan kebijakan politik. Kalau melihat kinerja dan kalakuan anggota DPR, maka saya ingat kisah Yesus ketika diminta  oleh pengikutnya mengadili seorang pelacur dengan hukuman rajam, atau dilempari batu sampai mati.  Yesus berkata “ Yang merasa enga pernah buat dosa, silahkan lempari batu ke wanita ini”  Apa yang terjadi? tidak ada satupun yang berani lempar batu ke pelacur itu. Karena memang tidak ada manusia yang clean, juga DPR.