Sunday, March 8, 2020

Saudi rentan konflik.


Harga minyak dan indeks saham terjun bebas pada Minggu setelah Arab Saudi mengumumkan diskon harga minyak yang fantatis, dari $ 6 hingga $ 8 per barel. Diskon ini diberikan kepada pelanggannya di Asia, Amerika Serikat dan Eropa. Benchmark Futures Minyak mentah Brent turun 30%. Ini penurunan tertajam sejak Perang Teluk pada 1991. Pada awal perdagangan Minggu malam sebelum pulih sedikit ke tingkat 24%, harga patokan minyak mentah Brent turun di bawah $ 34 per barel. Dampak penurunan harga minyak bergema di seluruh pasar keuangan. Dow futures turun lebih dari 1.000 poin, S&P 500 futures mencapai batasnya setelah jatuh 5%, dan yield Treasury 10-tahun turun di bawah 0,5%, rekor terendah.

Mengapa ? Arab Saudi punya masalah atas semakin melebarnya defisit APBN, apalagi utang berjangka pendek swastanya mencapai USD 660 miliar, atau 70% dari total nasional debt yang mencapai USD 1,2 trilion. Utang swasta ini didominasi oleh BUMN dan perusahaan yang terafiliasi dengan BUMN. Ini masalah serius kalau sampai default. Solusinya ada pada peningkatan pendapatan. Apa itu? minyak. Arab Saudi bersama negara anggota OPEC bermaksud memangkas produksi agar harga terkerek. Tetapi Rusia yang bukan anggota OPEC menolak memangkas produksi. Kesepakatan gagal.

Saudi tidak punya cara lain mengamankan APBNnya selain meningkatkan produksi dan memberikan diskon. Apalagi cost production Minyak Saudi terendah di dunia ini. Jadi dia tidak punya masalah serius atas jatuhnya harga minyak. Berbeda dengan Rusia yang cost productionnya tinggi. Itu sebanya penolakan Rusia menambah produksi justru memukul Rusia sendiri. Harga minyak tetap jatuh. ni sudah perang harga, dan targetnya adalah menjatuhkan negara pengekspor minyak, yang tentu menimbulkan masalah baru bagi perekenomian dunia, yang sedang menderita akibat wabah corona.

Masalahnya peningkatan produksi dan diskon harga, tidak akan meningkatkan pembelian. Karena pasar sedang stuck. Turunnya harga minya akan berdampak menurunnya pendapatan perusahaan minyak dan penerimaan pajak negara produsen minya. Ini akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi. Tetapi tidak akan efektif menjatuhkan Rusia dalam perang harga. Karena tidak akan bertahan lama. Apalagi secara internal, Arab Saudi sedang mengalami krisis politik. MBS sedang bingung kemana akan berlabuh. Apakah ke Opa Trumps ataukah ke Om Putin. ? Namun, setidaknya dalam jangka pendek, harga bahan bakar turun akan memberikan sedikit bantuan kepada industri penerbangan yang suffering akibat wabah virus corona.

***
Teman saya trader AS, tahun lalu pernah berkata kepada saya.  Waktu telah berubah. Kami tidak membutuhkan minyak Saudi seperti dulu.  Kini kami mulai kehilangan nalar. Bagaimana kerajaan yang menjadi penjaga dua kota suci, kebanggaan bagi umat islam di dunia menjadi penebar kematian dan kehancuran di Yaman. Itu bukan lagi perang, tetapi sudah masuk bencana kemanusiaan. Mereka membantu membiayai dan memicu perang saudara yang brutal di Suriah. Mereka memblokade Qatar, tempat kami memiliki pangkalan militer besar. Konflik itu pada gilirannya mencemari Dewan Kerjasama Teluk, yang pernah menjadi penyeimbang regional yang positif bagi pengaruh Iran. 

Belum lagi, dalam laporan tahunan Hak Asasi Manusia AS , selama beberapa dekade, Saudi punya daftar panjang atas pembunuhan, penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang, dan pembatasan kebebasan berekspresi, berkumpul, dan beragama. Dan terakhir terungkap dengan jelas penangkapan Khashogg atas prakarsa MBS, yang memerintahkan Khashogg dimutilasi dalam keadaan hidup hidup. Ini bukan manusia tapi monster. Sekejam kejam penguasa, tidak ada yang memutilasi lawan politiknya. 

Tapi apa mau dikata? memang AS tidak lagi tergantung MIGAS dari Arab Saudi, tetapi banyak mitra AS dan TNC yang terhubung dengan AS masih sangat tergantung dengan Arab.  Kami memiliki ikatan pertahanan, bisnis, perbankan, dan investasi yang penting di Saudi. Itu faktanya. Salah sedikit bersikap, pengurangan produksi Migas Saudi akan berdampak naiknya harga minyak dan bukan hanya AS tetapi juga dunia akan oleng. Dengan sumber daya yang luas, dan sebagai tempat dua kota suci umat Islam, tentu Arab Saudi memiliki pengaruh dalam politik dan diplomasi Timur Tengah dan dunia Islam.

Betambah sulit lagi, adalah Saudi telah menginvestasikan kembali sebagian besar pendapatan mereka selama bertahun-tahun dalam surat utang, US Treasury note yang mencapai hampir USD 200 miliar. Kamu tahu, itu menjadikan Arab Saudi pemegang utang luar negeri AS terbesar ke-10. Itu sebabnya dalam konflik di Timur Tengah, Afganistan, libanon, Arab Saudi tetap menjadi focus utama AS. Sangat melelahkan, dan kini semua bandul politik , berubah. Seakan kami tidak lagi melihat Saudi seperti awal berdiri'. Awalnya kerajaan memang memiliki kekuatan besar, tetapi kekuasaan itu bersandar pada konsesus kolektif dari para pemimpin senior dari klan Al Saud yang lebih luas dan Al Ash-Shaykh, tokoh agama yang terkemuka. Ketika raja mangkat , proses suksesi melalui proses bay'ah, yaitu membuat sumpah kesetiaan. Itu yang menentukan adalah House of Saud dan House of Ash-Shaykh.

Mungkinkah akan ada konflik di Arab Saudi dan akhirnya menimbulkan masalah baru di Timur Tengah?  Teman saya dengan analisanya mengatakan itu bisa saja mungkin. Ada empat faktor yang bisa memicu konflik. 

Pertama, dalam beberapa tahun terakhir, kekuatan teknologi informasi telah memberikan kesadaran kepada kekuatan tradisional maupun non tradisional akan perlunya kebebasan bagi kaum wanita, kebebasan berekspresi, dan termasuk sikap kritis masyarakat Arab terhadap kehadiran AS dalam bidang Ekonomi,. Apalagi di saat Arab sedang mengalami defisit anggaran dan gagalnya Saudi Aramco melantai di bursa utama, terjebak utang.  China datang sebagai penyelamat dengan memberikan bantu uang dan proyek B2B. Mereka semakin sadar bahwa ada kemitraan yang lebih baik dibandingkan dengan AS dan sekutunya. 

Kedua, Sejak Putra Mahkota, Muhammad bin Salman  ( MBS) mendapatkan kekuasaan yang sangat luas keadaan jadi berubah. Kamu bisa bayangkan. MBS adalah wakil perdana menteri, menteri pertahanan, ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan, ketua Dewan Urusan Politik dan Keamanan, dan kepala Aramco, perusahaan minyak dan gas milik pemerintah. Dia memindahkan dinas keamanan domestik mabaahith, menjadi tanggung jawabnya untuk kontraterorisme dan kontra-intelijen, dari yurisdiksi Menteri Dalam Negeri ke Keamanan Negara yang baru, dan harus melapor kepada raja melalui dia. Dia ingin menjadi diktator.

Sikap MBS yang angkuh yang tidak mencerminkan pribadi Ayahnya Salman, yang dikenal sangat jujur, bijaksana, mendengar nasehat ulama dan para sekutunya, semakin menciptakan ketidak stabilitan politik di Saudi. MBS membangun citranya sebagai pewaris tahta dengan memerintahkan operasi penggeledahan sebagai bagian dari kampanye antikorupsi. Banyak pengusaha dan keluarga kerajaan yang dipenjara dan diasingkan. Sebetulnya ini bukan lagi bagian dari program reformasi ekonominya, tetapi upaya menghabisi saingannya dari kalangan keluarga kerajaan. Semua itu dia lakukan tanpa konsultasi dengan House of Saud dan House of Ash-Shaykh.  Bukankah apa yang dilakukan MBS adalah bagian dari visi Saudi 2050? Kata saya. Ada yang bilang itu semua omong kosong. Reorganisasi keamanan putra mahkota membuat semua hal lain dapat diperdebatkan. Ayahnya sudah tua. MBS memegang semua tampuk kekuasaan yang efektif. Dia bisa melakukan banyak hal yang dia suka. Keadaan sekarang sulit membedakan dia dengan Sadam Hussein.  

Ketiga, Sejarah kekuasaan Saudi tidak jauh dari amis darah. Pada 25 Maret 1975, Raja Faisal  ketika dia sedang di majlisnya dibunuh oleh seorang keponakan laki-laki, Faisal bin Musaa'id. Mengapa ? Keponakan itu jelas-jelas menaruh dendam terhadap raja: saudaranya, Khalid, telah dibunuh oleh polisi pada tahun 1966 ketika memimpin serangan terhadap pemancar TV  di Riyadh. Masalahnya sederhana. Protes keras atas sebuah inovasi pengadaan pemancar TV yang diperkenalkan Raja Faisal yang dianggap sebagai sumber kemaksiatan.

Pada tanggal 20 November 1979, seorang mantan tentara Garda Nasional Saudi, Juhaiman bin Muhammad bin Sayf al-tUtaybi, memimpin beberapa ratus ekstremis dalam aksi pengambilalihan dua minggu Masjid al-Haram di Mekah. Ini adalah Masjid Agung Mekah, rumah Ka'bah, tempat paling suci dalam Islam dan titik fokus haji tahunan, atau ziarah. ‘Utaybi berasal dari daerah Qasim yang konservatif beragama di Provinsi Najd tengah. Dia merasa House of Saud telah kehilangan legitimasi karena korupsi, dan yang dia maksudkan adalah kerentanan korup terhadap pengaruh Barat. Dia menyalahkan ulama Saudi, atau lembaga keagamaan, karena terlibat dalam hal ini.

Juhaiman dan lainnya diadili dan dieksekusi. Hikmahnya, untuk meningkatkan kepercayaan Rakyat, pemerintah melancarkan kampanye penegakan moral publik yang lebih ketat, dengan perhatian khusus kepada orang asing yang tinggal di Kerajaan. Untuk menarik simpati umat islam di Luar negeri, Kerajaan meningkatkan anggaran donasi pembangunan masjid dan mensponsori kelompok-kelompok politik Islam konservatif, kegiatan amal, madrasah, melalui organisasi-organisasi seperti Liga Muslim Dunia yang berbasis di Jeddah. Sebagai bagian dari penekanan umum pada religiusitas ini, ketika Fahd menggantikan Khalid sebagai raja pada Juni 1982, ia menggunakan kembali gelar “Penjaga Dua Tempat Suci (Mekah dan Madinah)” sebagai pengganti “Yang Mulia”.

Aspek yang paling mencolok dari hikmah dari adanya aksi berdarah itu adalah peningkatan agresivitas mutawwa'un, yang disebut “sukarelawan” dari Komite untuk Menyatukan Apa yang Benar dan Melarang Apa yang Salah, polisi agama. Inilah bibit islam fundamentalis. Mutawwaun sangat bersemangat untuk menegakkan aturan berpakaian Islam dan penutupan toko pada waktu-waktu shalat, dan menangkap pria dan wanita tidak muhrim satu kamar. Narasi agama dan islamisme ini meluas. Terutama sikap anti AS ketika operasi militer “ Badai Gurun” mengusir Irak keluar dari Kwait, tahun 1990. Kerajaan Saudi tahu bahwa akan ada reaksi negatif dari kaum konservatif agama. Usama bin Ladin ada di antara mereka. Dia secara terbuka menyerang keputusan pemerintah untuk mengizinkan pasukan A.S. masuk ke negara itu, dengan mengatakan tempat-tempat paling suci dalam Islam seharusnya hanya dipertahankan oleh umat Islam.

Pengumuman kedatangan bala bantuan non-Muslim di Tanah Dua Tempat Suci mendorong munculnya kampanye oposisi yang tangguh melawan keluarga kerajaan, yang dilakukan oleh gerakan  al-Sahwah al-Islamiyya, 'kebangkitan Islam’ yang terorganisir dengan baik. Ketika rudal Scud dan Patriot berduel di atas udara,propaganda lewat radio mengingatkan warga Saudi untuk bangkit melawan pemerintah dan orang-orang kafir yang diijinkan tinggal di tanah Saudi. Para penyiar mengajarkan dengan terperinci tentang cara membuat bom rakitan dari bahan-bahan yang tersedia di pasar lokal. Mereka menyarankan untuk melakukan aksi teror di kantor kantor pemerintahan.

Sementara itu, jangan lupa, setelah Soviet meninggalkan Afghanistan pada tahun 1989.  Pejuang asing  di Afghanistan yang umumnya berasal dari Arab  kembali ke negara asal mereka setelah Soviet terusir. Efeknya terasa di banyak tempat, termasuk Arab Saudi. Keadaan semakin memburuk pada 1990-1991 ketika Washington berfokus pada Kuwait, Irak. Pemerintah Najibullah jatuh pada tahun 1992. Afghanistan runtuh ke dalam perang saudara. Pertempuran antar faksi menghasilkan kekacauan, peningkatan produksi obat-obatan terlarang dan akhirnya, dengan dukungan Pakistan lahirlah Taliban. 

Usama bin Ladin telah menjadi perekrut utama pejuang Saudi untuk Afghanistan dan membentuk al-Qa'ida di sana pada tahun 1988. Setelah penarikan Soviet pada tahun 1989, bin Ladin kembali untuk waktu yang singkat ke Arab Saudi ... ia terus mendukung militan Islam yang mulai menargetkan pemerintah di Mesir, Aljazair, Tunisia, Yaman, Filipina, dan tempat lain ... Pihak Keamanan Saudi menahan paspor bin Ladin selama periode 1989-91, dengan harapan dapat mencegah atau paling tidak mengecilkan kontaknya dengan ekstremis yang pernah bekerja dengannya.  

Untuk menghindari resistensi ini Bin Ladin pindah ke Sudan pada 1991. Dia dan pengikutnya mulai melakukan aksi  pembangkangan melawan kehadiran militer Amerika dan keluarga kerajaan Saudi sendiri. Kewarganegaraan Saudi nya dicabut pada tahun 1994. Tekanan AS terhadap Khartoum memaksanya untuk pindah dari Sudan pada tahun 1996. Bin Ladin kembali ke Afghanistan. Di sana, ia menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Dia merekayasa pemboman kedutaan AS di Kenya dan Tanzania pada 1998 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Organisasinya Al-Qaeda melakukan serangan teroris 11 September 2001 di NY yang menewaskan hampir 3.000 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya.  

Keempat, MBS menghapus desentralisasi kekuasaan provinsi yang berada di bawah ketua suku yang merupakan bagian dari sistem kekuasaan kerajaan Saudi. Ini akan memicu ketidaksetiaan ketua suku kepada Raja Arab. Konflik wilayah akan menyebar ke semua elite Saudi , untuk cari selamat dan mendapatkan keuntungan dari kekacauan itu. Ingat di Arab itu, no matter how bad you think things are, they can always get worse. 

Nah, dengan empat hal tersebut diatas adalah fakta, bahwa Arab tidak sekuat yang dibayangkan oleh MBS. Persatuan sangat rentan. Ruang konflik sangat mudah diledakan. Siapapun itu yang nekat, maka yang terjadi, terjadilah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.