Wednesday, June 1, 2016

Pemimpin ideal

Bagaimanakah idealnya seorang pemimpin itu ? demikian kata teman kepada saya. Menurut saya, kekuatan seorang pemimpin terletak di tangan kaum yang lemah (dhuafa). Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw, “Hanyalah kamu akan mendapat kemenangan dengan memperhatikan nasib kaum yang lemah (dhuafa).” Apabila pemimpin turun  kebawah, melihat kampung-kampung dan desa-desa, berbicara dengan pak tani yang lemah itu, saya yakin dia akan merasa mendapat satu kekuatan baru, kembali dengan harapan yang baru. Pemimpin yang jujur adalah mengutamakan kepentingan rakyat , yang tidak memanfaatkan politik untuk mencari kekayaan. Ia tidak mungkin sempurna namun tidak seharusnya oportunis dan materialis. Agama tidak mendidiknya jatuh miskin karena idealismenya. Karenanya dia sudah selesai dengan dirinya sebelum jadi pemimpin. Tugas pemimpin menjadi inspirasi bagi semua orang melalui kebijakan dan keteladanan agar orang punya keyakinan melewati hidup yang kadang tidak ramah. Bahwa akan selalu ada harapan selagi mau berubah dan bekerja keras. Pemimpin juga haruslah democrat sejati , yang teguh pada pendirian dan menghormati pendirian orang lain. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan seyogianya menempuh jalan yang dibenarkan oleh hukum dan moral.  Walau pahit di rasa namun bila karena itu kedamaian terjadi maka ia lebih memilih berserah diri kepada Allah tanpa harus menimbulkan kekerasan.

Ada cerita teman kepala Daerah. Pada waktu blusukan ke kampung kampung seorang diri dia bertemu dengan satu keluarga yang tinggal di rumah gubuk. Ketika dia masuk, rumah itu tidak ada lantai kecuali tikar beralaskan tanah. Tidak ada penyekat ruangan. Dapur dan tempat mandi bersebelahan dengan tempat tidur. Entah mengapa ketika itu sempat berlinang air matanya. Segera dia kembali kekantor untuk memerintahkan SKPD agar meng evaluasi penyaluran revitalisasi rumah kumuh yang anggarannya di sediakan Jokowi melalui Menteri Sosial. Dalam evaluasi ternyata memang penyalurannya terkesan lambat karena banyak hal harus di buktikan sebelum dana di salurkan. Bahwa rumah yang akan di revitalisasi harus rumah sendiri dan berdiri diatas tanah sediri atau telah menempati lebih dari sekian tahun. Atas dasar itu dia berusaha meyakinkan pihak pemerintah pusat agar ketentuan itu dapat di perlunak. Pemerintah pusat setuju namun hanya memberikan bantuan material bangunan , tidak termasuk ongkos kerja.

Diapun meminta tokoh masyarakat yang tinggal di kampung itu agar menggerakan masyarakat bergotong royong membangun rumah bagi keluarga itu. Dia sendiripun terlibat mengimbau agar rakyat yang mampu bergotong royong. Singkat cerita dalam satu bulan telah berdiri rumah mungil untuk keluarga kecil itu. Diapun memberikan ternak agar di pelihara oleh keluarga itu sebagai sumber penghasilan. Maka jadilah rumah sehat bagi keluarga duafa, dan juga mata pencaharian bagi keluarga itu.  Teman itu mengatakan kepada saya bahwa Hal yang paling di takutinya ketika terpilih menjadi pemimpin adalah bila dia gagal atau lalai membela kaum duafa. Dan lebih takut lagi bila dia gagal mengajak masyarakat peduli kepada kaum duafa. Mengapa ?Kekuasaan itu sangat menyulitkan di akhirat kelak karena begitu besar tanggung jawab seorang pemimpin kepada rakyatnya. Sehebat apapun pemimpin berbuat tetap tidak bisa membuat dia membusungkan dada karena tentu banyak hal yang luput dari perhatiannya, dan ini tetap menjadi tanggung jawabnya di hadapan Tuhan.

Dia teringat ketika pertemuan dengan kepala daerah se Indonesia, Jokowi menasehati " Sering seringlah turun kebawah , lihat lapangan, temui rakyat, tegur mereka.Karena mungkin banyak hal telah terencana dengan baik tapi tidak menjamin semua sempurna. Bisa saja ada yang luput diperhatikan. Tugas pemimpin mengingatkan aparat dibawahnya agar tidak pernah lupa dan luput perhatian terhadap tujuan ideal dari semua program pemerintah" Di era Jokowi program revitalisasi kawasan kumuh di anggarkan melalui APBN dan juga melibatkan dana di luar APBN yang diantaranya dana CSR. Kepala daerah sebagai kepanjangan tangan Presiden harus memastikan program ini jalan. Tujuannya agar tanggung jawab membantu kaum duafa bukan hanya gerakan pemerintah tapi juga tanggung jawab masayarakat untuk terlibat aktif membantu. Bukankah tanggung jawab pemimpin bukan hanya membantu langsung tapi juga mengajak masyarakat ambil bagian dalam setiap program bagi kaum duafa. Tidak memanjakan mereka tapi meringankan yang berat mereka pikul, tidak memberi uang tunai tapi memberi kesempatan mereka mendapatkan hasil tanpa harus menadahkan tangan. Karenanya menata lingkungan mereka agar lebih manusiawi merupakan keniscayaan..

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.