Sunday, March 6, 2016

Mungkinkah Ahok Menang?

Sahabat saya pengusaha hiburan mengirim WA kepada saya bahwa Ahok kehilangan teman yang dulu mendukung pembiayaan dia menjadi orang kedua di DKI. Karena setelah berkuasa janji kepada teman tidak di penuhi. Pajak hiburan di naikkan dan penambahan izin baru untuk usaha hiburan di perketat. Bagaimana mungkin kota mentropolitan seperti Jakarta di perketat dunia hiburan malamnya? Sebelumnya teman yang pengusaha properti juga mengeluhkan karena pemaksaan membayar utang fasos. Bagi pelanggar utang fasos akan mengalami kesulitan mendapatkan izin baru. Ahok boleh bangga dengan pemasukan lebih dari 3 triliun rupiah dari tagihan kepada pengembang , tapi bagaimanapun mereka adalah pendukung riel bagi ahok untuk tetap menjadi gubernur periode kedua. Kini mereka menarik diri dari dukungannya. Ahok bukan lagi teman seiring sejalan. Ahok nampaknya tidak peduli dengan mereka yang berbeda pendapat dengannya.Tidak butuh dukungan pengusaha yang mengharapkan fasilitas dari kekuasaannya. Ahok nampaknya ingin melawan arus seperti ikan salmon. Kalah menang akan dia hadapi dengan keyakinannnya. Bahwa dia ingin maju bukan karena trasaksional tapi memang berbuat dengan agenda niat baiknya,untuk rakyat Jakarta.

Partai besar seperti PDIP dan Garindra sudah dalam posisi " lu mau ikut gua, ikutin aturan gua. Lue hanya kerja untuk gua." Hal ini berlawanan dengan sikap Ahok yang selalu ingin maunya dengan agendanya, bukan agenda partai yang ujung ujungnya duit. Ada beberapa partai yang mau mendukung tapi butuh backing dari pengusaha untuk menggerakkan mesin partainya. Tanpa itu mereka tidak seratus persen berani mendukung. Jokowi keliatannya akan mendukung Ahok yang tentu tidak secara langsung. Dukungan itu melalui politik agar lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan Pilgub dapat berlaku adil dan jujur tanpa terpengaruh dengan loby partai yang akan merugikan Ahok. Namun dukungan Jokowi akan sulit mengerakan resource nya bila Ahok tidak di dukung Megawati. Ahok memang tidak sendirian karena rakyat yang setia selalu ada di sampingnya. Kita akan liat nanti. Yang pasti kemenangan itu tidak lagi mudah yang dibayangkan

Apabila Partai tidak bersedia mengusung Ahok maka satu satunya harapan Ahok sebagai mesin politiknya adalah " teman Ahok" yang siap menjadi militan mendukung dia melalui calon Independent. Tapi apakah itu cukup di andalkan? Lawan yang di hadapan adalah Yusril, yang walau berkali kali gagal dalam capres namun dia punya koneksi kuat di kalangan elite politik dan juga pengusaha. Walau mengelola partai Yusril gagal namun secara pribadi piawai dalam memainkan perannya sebagai politisi. Dia tidak akan terjebak gaya politisi Islam walau dia punya dukungan dari partai dan ormas Islam. Yusril akan menghindari kampanye hitam dan menjauh dari slogan anti SARA. Dia akan menampilkan dirinya yang santun dan tentu berusaha menggandeng pasangannya yang mencerminkan dukungan kaum muda. Cara ini menjadikan Ahok berada dalam posisi tidak mudah melawan Yusril, apalagi bila Ahok tetap dengan gayanya yang terkesan keras dan mudah terpancing polemik.

Kalau sampai Ahok maju melalui jalur independent dan ternyata bisa mengungguli lawan yang di dukung partai besar maka suka tidak suka, ini merupakan tamparan keras kepada Pimpinan Partai atau elite politik bahwa dengan sistem demokrasi rakyat semakin cerdas dan bisa menghukum partai. Tamparan ini harus membuat partai belajar dari kesalahannya selama ini yang korup dan tidak pro aktif dengan suasana hati rakyat, dan hanya peduli kepada rakyat ketika PEMILU. Sudah saatnya bagi seluruh kader dan elite Partai untuk memperbaiki niat bahwa partai adalah lembaga pendidikan politik untuk lahirnya pemimpin berkelas nasional untuk tegaknya NKRI yang makmur atas dasar keadilan sosial bagi semua. Juga pelajaran bagi elite Islam agar mulai sadar bahwa umat tidak butuh retorika indah tentang sorga dan ditakuti karena neraka. Umat butuh pemimpin yang smart memperjuangkan keadilan dan kejujuran , dengan keteladanan berani walau harus kehilangan jabatan. Sudahilah menggiring umat hanya sebagai alat meraih kekuasaan. Karena rakyat semakin cerdas dan tahu, siapa yang pantas memimpin mereka.

Akankah dari Pilgub DKI ini kita bisa mendapatkan pelajaran terbaik tentang demokrasi dan mendapatkan hikmah? kita liat nanti.

....

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.