Saturday, March 28, 2015

proxy War

Kemarin malam saya bertemu dengan teman pedagang minyak  dari Singapore. Dia mengatakan bahwa kunjungan Jokowi ke Beijing dan Jepang, sangat beresiko. Karena pertemuan itu sebagai tindak lanjut dari kebijakan Jokowi untuk ambil bagian mengontrol Selat Malaka dengan menjadikan Sabang-Aceh dan Lampung  sebagai Checkpoint. Waktu kebijakan itu disampaikan di Beijing dalam Pertemuan APEC, pihak Amerika dan china tidak begitu perhatikan secara serius.Karena mereka sadar bahwa Jokowi mewarisi keadaan keuangan Negara yang defisit. Kekuatan Parlemen pasti akan menghadang Jokowi untuk mengalokasikan anggaran untuk membangun fasilitas Checkpoint itu. Para elite politik sebagian besar tidak mau ambil resiko dengan merombak APBN yang anti subsidi konsumsi. Tapi apa yang terjadi? Perubahan APBN terjadi begitu mudah dan cepat. Entah mengapa DPR bersatu untuk meloloskan APBN – P yang diajukan Pemerintah Jokowi. Padahal dalam perubahan APBN itu bukan hanya angka yang berubah tapi juga politik anggaran berubah 180 derajat. Indonesia mulai bersikap kepada kemandirian dengan jelas dan siap menghadang resiko. Tapi resiko itu tertuju kepada pemerintahan Jokowi. Teman saya berkata “parlemen sengaja meloloskan APBN-P karena yakin Jokowi tidak akan mampu menghadapi resiko dan itu cara mudah menjatuhkannya ditengah jalan “  Namun yang membuat para elite terkejut adalah setelah ketok palu,peran TNI mulai nampak significant dalam program pembangunan.TNI tidak lagi di barak militer tapi ambil bagian dalam operasi territorial  untuk swasembada pangan dan kedaulatan di Laut.

Pada saat sekarang Pemerintah Jokowi tidak main main dengan program Berdikari nya. Berkat pemotongan anggaran subsidi untuk konsumsi  ,pemerintah punya ruang fiscal yang besar dan bebas digunakan untuk tersedianya infrastruktur pelabuhan international sebagai check point. Indonesia siap dengan kondisi terburuk atas kebijakan luar negerinya yang berkaitan dengan geopolitik atas laut China Selatan. Program swasembada pangan dalam tiga tahun bukan hanya ambisius tapi ini berkaitan dengan konsep perang semesta dimana kekuatan logistic pangan menentukan kalah menangnya Negara menghadapi serangan hegemoni pihak luar. Pada saat sekarang kekuatan dunia hanya dua yaitu China dan Amerika. Jepang adalah Proxy Amerika dikawasan asia facific, khususnya berhadapan dengan China. China dan Jepang (Amerika) sadar bahwa pemerintah Jokowi serius dengan kebijakan geopolitik nya khususnya menjadikan selat malaka dan sunda  sebagai kartu truft. Keadaan ini menempatkan Jepang dan China dalam posisi tidak punya pilihan banyak. Namun Indonesia memberikan solusi damai bahwa baik China maupun jepang bisa menjadikan Indonesia sebagai mitra eklusif namun dengan prinsip kemitraan yang sejajar. Atau keduanya bisa bersatu dalam Poros maritime sebagai satu kuridor yang disediakan Indonesia. Sehingga menjadikan kawasan luat china selatan menjadi kawasan yang damai bagi semua.

Walau China dan Jepang telah memberikan commitment terhadap proposal Indonesia namun realisasinya masih butuh waktu paling cepat 3 tahun. Selama masa itu apapun bisa saja terjadi. Karena baik China maupun jepang ( amerika ) punya proxy di Indonesia. Mereka bisa saja dari kalangan LSM, Ormas baik berbasis secular maupun Agama ( Islam) yang menjadi pressure group untuk melemahkan pemerintah Jokowi sehingga program unggulan Jokowi kandas ditengah jalan. Sehingga Indonesia kembali seperti sebelumnya, yang anti kamandirian dan bergantung dengan belas kasihan dari principal. Benarkah begitu ? Tanya saya. Teman saya memberikan analogi tentang Yaman. Mengapa Yaman akhirnya diserang oleh koalisi Arab? Karena  pemberontak Houthi ketika berhasil merebut kota Aden sebagai pusat pelabuhan international Yaman,ingin mengontrol lalu lintas perdagangan minyak.  Maklum bahwa Yaman berbatasan dengan Laut Arab di sebelah selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah barat dan ini sangat strategis karena terletak di sepanjang rute laut utama dari Eropa ke Asia, Laut Merah jalur tersibuk perdagangan.Jutaan barel minyak melewati perairan ini setiap hari di kedua arah, ke Mediterania melalui Terusan Suez dan dari kilang minyak di Arab Saudi ke pasar yang haus energi Asia.  Iran ingin menjadikan Pemberontak Houthi sebagai proxy mereka untuk mengontrol Negara Arab lewat lalulintas minyak. Amerika tahu bahwa dibelakang Iran ada China ( dan Rusia). Ini sudah menggangu kepentingan geostrategic dana geopolitik Amerika yang didukung oleh TNC minyak. China ingin memastikan hegemoni dikawasan Timur Tengah demi keamanan suplai minyaknya.

Mengapa sampai Arab Saudi dengan dukungan partisipasi lebih dari 10 negara yang merupakan aliansi negara-negara Arab dibawah Dewan Kerjasama Teluk atau Gulf Cooperation Council/GCC sampai terlibat? bukankah ini beresiko mengundang Iran masuk dalam wilayah komplik? Ini bisa jadi perang besar. Dampaknya sekarang sudah dirasakan dengan naiknya harga minyak dipasaran dunia. Menurut teman saya , bagi Amerika ini soal masa depan ekonomi dan bisnis multibillion dolar dari para konglomerasi minyak asal Amerika dan Israel. Apalagi kekuatan Al Qaeda sebagai proxy Amerika di Yaman untuk melawan kekuatan Houthi yang merupakan cabang Zaidi Syiah Islam semakin tidak berdaya. Karena Haouti didukung mayorita rakyat Yaman yang berpenduduk 26 juta itu. Rakyat Yaman muak dengan kemewahan Negara tetangganya Aran Saudi sementara mereka kelaparan. Pemerintah Yaman yang proxy Amerika mendapatkan batuan dana dari Amerika dan Saudi namun rakyat Yaman tidak mendapatkan berkah apapun dari keberadaann Aden sebagai pelabuhan laut minyak,dengan lalu lintas perdagangan minyak tersibuk. Untuk Indonesia, China atau Amerika , tidak perlu mengirim  pasukan  tapi cukup mengirim dana kepada proxy yang ada di Indonesia maka kampanye anti pemerintah akan terus bergaung lewat media massa yang menciptakan opini kebencian kepada pemerintah, dan lewat LSM, ormas untuk turun kejalan menjadi pressure group. Jokowi menyadari itu semua. Itu resiko yang sudah diperhitungkan.

Kini program  Jokowi adalah program TNI. Tidak ada kekuatan sipil yang bisa berbuat banyak menjatuhkan presiden tanpa dukungan TNI. Proxy War ini sudah lama diperingatkan TNI tapi rezim reformis tidak peduli dan baru kini TNI ambil bagian menghadapi proxy war. Karena sudah ada peritnah Presiden.Sekeras apapun pressure pada akhirnya akan menjadikan mereka terpidana karena makar atau tindakan anarkis.Dan kalau sampai karena itu Amerika atau China melakukan direct attack maka Rakyat bersama TNI  siap melakukan perang semesta, dan karenanya kita harus swasembada pangan. Tidak ada perang semesta bisa unggul bila logistik pangan kurang. 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.