Kemarin malam saya bertemu dengan teman
pedagang minyak dari Singapore. Dia
mengatakan bahwa kunjungan Jokowi ke Beijing dan Jepang, sangat beresiko. Karena
pertemuan itu sebagai tindak lanjut dari kebijakan Jokowi untuk ambil bagian mengontrol
Selat Malaka dengan menjadikan Sabang-Aceh dan Lampung sebagai Checkpoint. Waktu kebijakan itu
disampaikan di Beijing dalam Pertemuan APEC, pihak Amerika dan china tidak
begitu perhatikan secara serius.Karena mereka sadar bahwa Jokowi mewarisi
keadaan keuangan Negara yang defisit. Kekuatan Parlemen pasti akan menghadang
Jokowi untuk mengalokasikan anggaran untuk membangun fasilitas Checkpoint itu.
Para elite politik sebagian besar tidak mau ambil resiko dengan merombak APBN
yang anti subsidi konsumsi. Tapi apa yang terjadi? Perubahan APBN terjadi
begitu mudah dan cepat. Entah mengapa DPR bersatu untuk meloloskan APBN – P yang
diajukan Pemerintah Jokowi. Padahal dalam perubahan APBN itu bukan hanya angka
yang berubah tapi juga politik anggaran berubah 180 derajat. Indonesia mulai
bersikap kepada kemandirian dengan jelas dan siap menghadang resiko. Tapi
resiko itu tertuju kepada pemerintahan Jokowi. Teman saya berkata “parlemen
sengaja meloloskan APBN-P karena yakin Jokowi tidak akan mampu menghadapi
resiko dan itu cara mudah menjatuhkannya ditengah jalan “ Namun yang membuat para elite terkejut adalah
setelah ketok palu,peran TNI mulai nampak significant dalam program
pembangunan.TNI tidak lagi di barak militer tapi ambil bagian dalam operasi
territorial untuk swasembada pangan dan
kedaulatan di Laut.
Pada saat sekarang Pemerintah Jokowi tidak main
main dengan program Berdikari nya. Berkat pemotongan anggaran
subsidi untuk konsumsi ,pemerintah punya
ruang fiscal yang besar dan bebas digunakan untuk tersedianya infrastruktur
pelabuhan international sebagai check point. Indonesia siap dengan kondisi
terburuk atas kebijakan luar negerinya yang berkaitan dengan geopolitik atas
laut China Selatan. Program swasembada pangan dalam tiga tahun bukan hanya
ambisius tapi ini berkaitan dengan konsep perang semesta dimana kekuatan logistic
pangan menentukan kalah menangnya Negara menghadapi serangan hegemoni pihak
luar. Pada saat sekarang kekuatan dunia hanya dua yaitu China dan Amerika. Jepang
adalah Proxy Amerika dikawasan asia facific, khususnya berhadapan dengan China.
China dan Jepang (Amerika) sadar bahwa pemerintah Jokowi serius dengan
kebijakan geopolitik nya khususnya menjadikan selat malaka dan sunda sebagai kartu truft. Keadaan ini menempatkan Jepang dan China dalam posisi tidak punya
pilihan banyak. Namun Indonesia memberikan solusi damai bahwa baik China maupun jepang bisa menjadikan Indonesia sebagai mitra eklusif namun dengan prinsip kemitraan yang sejajar. Atau keduanya bisa bersatu dalam Poros
maritime sebagai satu kuridor yang disediakan Indonesia. Sehingga menjadikan
kawasan luat china selatan menjadi kawasan yang damai bagi semua.
Walau China dan Jepang telah memberikan
commitment terhadap proposal Indonesia namun realisasinya masih butuh waktu
paling cepat 3 tahun. Selama masa itu apapun bisa saja terjadi. Karena baik China
maupun jepang ( amerika ) punya proxy di Indonesia. Mereka bisa saja dari
kalangan LSM, Ormas baik berbasis secular maupun Agama ( Islam) yang menjadi
pressure group untuk melemahkan pemerintah Jokowi sehingga program unggulan
Jokowi kandas ditengah jalan. Sehingga Indonesia kembali seperti sebelumnya,
yang anti kamandirian dan bergantung dengan belas kasihan dari principal.
Benarkah begitu ? Tanya saya. Teman saya memberikan analogi tentang Yaman.
Mengapa Yaman akhirnya diserang oleh koalisi Arab? Karena pemberontak Houthi ketika berhasil merebut kota Aden sebagai
pusat pelabuhan international Yaman,ingin mengontrol lalu lintas perdagangan
minyak. Maklum bahwa Yaman berbatasan
dengan Laut Arab di sebelah selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah barat
dan ini sangat strategis karena terletak di sepanjang rute laut utama
dari Eropa ke Asia, Laut Merah jalur tersibuk perdagangan.Jutaan barel minyak melewati perairan
ini setiap hari di kedua arah, ke Mediterania melalui Terusan Suez dan dari
kilang minyak di Arab Saudi ke pasar yang haus energi Asia. Iran
ingin menjadikan Pemberontak Houthi sebagai proxy mereka untuk mengontrol Negara Arab lewat lalulintas
minyak. Amerika tahu bahwa dibelakang Iran ada China ( dan Rusia). Ini sudah
menggangu kepentingan geostrategic dana geopolitik Amerika yang didukung oleh
TNC minyak. China ingin memastikan hegemoni dikawasan Timur Tengah demi
keamanan suplai minyaknya.
Mengapa sampai Arab Saudi dengan dukungan partisipasi lebih
dari 10 negara yang merupakan aliansi negara-negara Arab dibawah Dewan Kerjasama Teluk
atau Gulf Cooperation Council/GCC sampai terlibat? bukankah ini beresiko mengundang Iran masuk dalam
wilayah komplik? Ini bisa jadi perang besar. Dampaknya sekarang sudah dirasakan
dengan naiknya harga minyak dipasaran dunia. Menurut teman saya , bagi Amerika
ini soal masa depan ekonomi dan bisnis multibillion dolar dari para
konglomerasi minyak asal Amerika dan Israel. Apalagi kekuatan Al Qaeda sebagai proxy
Amerika di Yaman untuk melawan kekuatan Houthi yang merupakan cabang Zaidi Syiah Islam semakin tidak berdaya. Karena
Haouti didukung mayorita rakyat Yaman yang berpenduduk 26 juta itu. Rakyat Yaman
muak dengan kemewahan Negara tetangganya Aran Saudi sementara mereka kelaparan.
Pemerintah Yaman yang proxy Amerika mendapatkan batuan dana dari Amerika dan
Saudi namun rakyat Yaman tidak mendapatkan berkah apapun dari keberadaann Aden
sebagai pelabuhan laut minyak,dengan lalu lintas perdagangan minyak tersibuk.
Untuk Indonesia, China atau Amerika , tidak perlu mengirim pasukan
tapi cukup mengirim dana kepada proxy yang ada di Indonesia maka
kampanye anti pemerintah akan terus bergaung lewat media massa yang menciptakan
opini kebencian kepada pemerintah, dan lewat LSM, ormas untuk turun kejalan
menjadi pressure group. Jokowi menyadari itu semua. Itu resiko yang sudah
diperhitungkan.
Kini program Jokowi adalah program TNI. Tidak ada kekuatan
sipil yang bisa berbuat banyak menjatuhkan presiden tanpa dukungan TNI. Proxy
War ini sudah lama diperingatkan TNI tapi rezim reformis tidak peduli dan baru kini TNI ambil bagian menghadapi proxy
war. Karena sudah ada peritnah Presiden.Sekeras apapun pressure pada akhirnya akan menjadikan mereka terpidana
karena makar atau tindakan anarkis.Dan kalau sampai karena itu Amerika atau China melakukan direct attack maka Rakyat bersama TNI siap melakukan perang semesta, dan karenanya kita harus swasembada pangan. Tidak ada perang semesta bisa unggul bila logistik pangan kurang.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.