Thursday, October 9, 2014

Jokowi harus jatuh...?

Setelah tiga hari tertunda untuk bertemu, akhirnya saya dapat juga bertemu dengan teman yang kebetulan dia berminat sebagai investor pembangunan proyek smelter nikel di Indonesia. Ada yang menarik dari pertemuan ini bahwa menurutnya saat sekarang Indonesia diambang krisis ekonomi. Mungkin bukan lagi diambang tapi sudah didalam putaran krisis ekonomi. Daya rusakannya akan lebih dahsyat dari tahun 1998. Seharusnya ini disadari oleh para elite politik agar menciptakan iklim politik yang sejuk. Cara cara politik kotor dengan menggunakan kekuatan mayoritas merubah UU dan tata tertip parlemen hanya untuk menguasai parlemen adalah sikap yang mengerikan bagi pengusaha. Mengapa? bagaimana begitu mudahnya para elite politik merubah UU dan aturan hanya untuk tujuan jangka pendek, hanya agar mereka bisa menjadi pemenang dan mengontrol parlemen. Kalau UU dan aturan mengenai politik saja bisa dengan mudah dirubah apalagi aturan soal ekonomi dan sosial. Bagaimana bisa dipercaya bahwa kedepan aturan yang dihasilkan oleh DPR adalah benar benar untuk kepentingan dunia usaha dan kemakmuran rakyat ? Demikian logikanya. Sementara kekuasaan Partai sangat besar menentukan arah sikap politik anggota dewan. Semua tahu pimpinan partai dari Koalisi Merah Putih yang menjadi oposisi pemerintah adalah gerombolan pengusaha yang sedang terlilit masalah financial yang nilainya triliunan. Tentu apapun bisa saja dilakukan untuk menjadi cara menyelesaikan masalah financial tersebut, dan ini bisa saja berdampak merugikan kepentingan dunia usaha dan keadilan sosial.

Saya tidak mau membahas lebih jauh soal politik. Saya berpikir positip saja bahwa bagaimanapun keadaan politik sekarang adalah cermin dari demokrasi sesungguhnya. Bahwa demokrasi punya cara magic bagaimana memastikan pemimpin terpilih dengan baik dapat diawasi dengan baik pula. Super majority yang dimiliki oleh KMP di Parlemen adalah berkah bagi rakyat karena dengan begitu koalisi yang mendukung Jokowi-JK sebagai presiden juga tidak bisa seenaknya menikmati kekuasaan dan bagi Jokowi-JK ini sebagai peringatan bahwa mereka harus hati hati bekerja serta harus amanah. Saya berdoa agar baik Presiden maupun DPR bekerja hanya untuk kepentingan rakyat. Saya ingin kembali kepada topik ekonomi. Bagaimana analisa teman ini soal Indonesia diambang krisis. Menurutnya bahwa ini bukan hanya pendapatnya tapi juga pendapat dari analis investasi kelas dunia seperti IHS Global Insight,Bloomberg,Reuters,FinancialTime.Minggu lalu Menteri Keuangan,Chatib Basri telah mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia ada pada kurs Rp.12.000. Keterpurukan rupiah ini terjadi setelah 4 tahun terakhir namun sengaja disembunyikan oleh pemerintah SBY melalui pencitraan.  Sampai hari ini, Rupiah belum mengalami penguatan, dan berada dalam rentang 12.200 sd 12.500 dan masih terkendali akibat aksi tahan dari para fund manager yang menggunakan assetnya menahan laju keterpurukan ini untuk menghindari aksi investor melepas saham serta kebijakan BI untuk menahan aksi lepas investor. Namun pertanyaan yang sangat fundamental adalah sampai berapa lama bisa bertahan sementara keadaan ekonomi masih cukup volatile/lemah?.

Beberapa hal yang mendorong terjadinya pelemahan Rupiah terhadap Dollar diantaranya adalah  stimulus kebijakan Feds Amerika atas supply dan demand diperkirakan berakhir bulan oktober mengingat kondisi ekonomi Amerika mulai membaik. Hal ini menyebabkan dana-dana asing banyak keluar dari Indonesia dan investor asing lebih menyukai pasar saham Amerika dimana kondisi ekonomi mulai menguat. Impor Indonesia lebih besar daripada ekspor sehingga menyebabkan neraca perdagangan defisit karena menurunnya permintaan export atas komoditas utama indoenesia seperti CPO, Barubara, Cocoa dll. Penyebabnya disamping faktor internal yang buruk, juga ditambah faktor eksternal yang tidak mendukung seperti  sentimen pasar yang negatif akibat negara Cina mulai mengurangi penggunaan batubara sehingga berakibat kepada investasi di Indonesia, dan melemahnya kondisi ekonomi di India sebagai salah satu pembeli batubara yang terbesar di Indonesia. Dari kegagalan Pemerintah SBY mengelola ekonomi terjadi hal yang sangat mengkawatirkan yaitu adanya penurunan nilai defisit Indonesia. Defisit mencakup alur pendapatan kas investasi negara dan antar negara yang akan mempengaruhi nilai perdagangan valuta asing dan nilai dari valuta asing itu sendiri. Sebagaimana data  BI , penurun defisit  menyebabkan moral investor turun dan melepas saham-sahamnya dibursa. Tentu berdampak pada jatuhnya index bursa.

Disamping itu indikasi lain adalah melonjaknya harga-harga properti yang mendorong tingginya over supply sementara biaya infrastruktur terus meningkat tinggi dan ini menyebabkan bubble dan pada akhirnya akan berimbas kepada kondisi ekonomi. Belum lagi semakin besar beban APBN untuk subsidi BBM dan bayar hutang luar negeri sebagai dampak dari melemahnya rupiah. Apabila Subsidi dikurangi maka dampak inflasi tidak bisa dihindari dan harga akan melambung yang semakin besar memangkas pendapatan tetap para buruh. Apabila subsidi dipertahankan maka APBN jebol dan hampir tidak ada lagi ruang fiskal untuk mengstimulus sektor real. Sangat dilematis. Sementara keadaan perbankan diujung prahara besar yang menyimpan potensi NPL gigatik. Sepuluh tahun SBY berkuasa dengan didukung oleh partai yang kini bernaung dibawah Koalisi Merah Putih memang hebat mewariskan masalah yang tak mungkin bisa diselesaikan tanpa ada stabilitas politik untuk melakukan tindakan cepat dan akurat. Kalau begitu, memang benar kata teman ini bahwa kedepan hampir sulit bagi pemerintahan Jokowi-JK untuk bisa menghindar dari krisis. Apapun kebijakan untuk keluar dari krisis akan dihadang oleh KMP di DPR. Perseteruan yang senyap akibat kekalahan dalam Pilpres, merupakan satu bukti bahwa para elite itu tidak pernah memikirkan kepentingan bangsa dan negara. Mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongannya saja. Target mereka , Jokowi-JK jatuh! 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.