Anda mungkin tahu group business Bakrie. Group ini tumbuh besar karena dibina oleh Credit Suisse. Semua tahu
bahwa Credit Suisse Bank adalah first class bank yang terlibat dalam pembiayaan proyek sektor pertambangan. Mereka ahli
mengukur resiko project dan menentukan assessment yang tepat untuk project. Mengapa ?
karena memang Credit Suisse Bank memfocuskan dirinya sebagai solution provider untuk pembiayaan sektor pertambangan. Tentu untuk itu mereka harus
mempersiapkan infrastruktur organisasinya yang solid seperti tenaga ahli pertambangan lulusan universitas terbaik dan pusat research business pertambangan. Semua itu ditujukan agar mampu memberikan layanan terbaik kepada nasabahnya yang merupakan komunitas binaannya. Di China ada empat bank besar yang merupakan
empat komunitas business terbesar di China, Yaitu, Industrial and Commercial bank
of china ( ICBC) merupakan bank berbasis komunitas Industriawan dan Pedagang.
Agriculture bank of china, komunitas pertanian. China Contruction Bank,
komunitas property dan kontruksi. Bank of China, komunitas investment. Bila anda menjadi nasabah bank tersebut maka anda seperti berhubungan dengan ahli yang bertindak sebagai mentor anda untuk berkembang. Masalah apapun berkaitan dengan business anda, maka pejabat bank dapat memberikan jawaban dengan tepat dan memberikan business solution.
Konsep ideal bank seharusnya bekerja sesuai dengan visinya sebagai agent of development dengan misi menciptakan kemakmuran ditengah masyarakat. Bank adalah mitra strategis pemerintah untuk melancarkan program pembangunan nasional. Semua banker harus mempunyai visi humanitarian. Bank yang didirikan dengan basis komunitas khusus adalah konsep perbankan yang tidak hanya sebagai lending resource tapi juga sebagai solution provider. Dulu Zaman Soeharto , kita mengenal Bank yang beroperasi khusus sesuai dengan misinya. Seperti bank yang membangun komunitas pedagang domestik ( Bank Dagang Negara ) , komunitas Perkebunan Besar ( Bank Bumi Daya ), Komunitas Petani dan Nelayan ( BRI), Komunitas koperasi ( BUKOPIN ) , Komunitas pedagang international ( Bank Eksim), Komunitas Industri dan Pertambangan( Bapindo ). Semua bank di dirikan berdasarkan komunitas. Sehingga keberadaan perbankan inline dengan grand strategy national (GBHN) untuk bersama sama pemerintah membangun bangsa. Berbagai program pemerintah untuk menggerakan sektor riel tertentu akan sangat mudah karena pemerintah punya mitra perbankan yang ahli dibidang sektor riel tertentu tersebut. Berbagai data research tentang potensi sektor riel akan mudah didapat dari pebankan dan ini data bukan hanya data formal tapi data real dari dunia business. Sehingga kebijakan pemerintah untuk memompa dana lewah APBN untuk revitalisasi sektor real tertentu akan lebih efektif dan terukur.
Konsep ideal ini mulai bergeser sejak adanya Paket Oktober tahun 80 an. Hingga bank khusus mulai berangsur angsur tidak lagi focus dengan misinya walau visinya tetap sama. Akibatnya terjadi kekacauan strategi nasional. Tambah lagi sejak adanya kebebasan membuka bank dengan kemudahan izin ( tahun 90 an ) . Bank tidak lagi berperan sesuai visi dan misinya tapi sudah berubah menjadi bank yang dikelola dengan mindset pedagang. Inilah cikal bakal kekacauan sistem moneter dan sektor riel kita. Klimak dari sistem perbankan in adalah rontoknya bank dilanda krisis 1998. Tak ada satupun bank yang selamat. Dan negara terpaksa mem bail out ini semua.
Konsep ideal bank seharusnya bekerja sesuai dengan visinya sebagai agent of development dengan misi menciptakan kemakmuran ditengah masyarakat. Bank adalah mitra strategis pemerintah untuk melancarkan program pembangunan nasional. Semua banker harus mempunyai visi humanitarian. Bank yang didirikan dengan basis komunitas khusus adalah konsep perbankan yang tidak hanya sebagai lending resource tapi juga sebagai solution provider. Dulu Zaman Soeharto , kita mengenal Bank yang beroperasi khusus sesuai dengan misinya. Seperti bank yang membangun komunitas pedagang domestik ( Bank Dagang Negara ) , komunitas Perkebunan Besar ( Bank Bumi Daya ), Komunitas Petani dan Nelayan ( BRI), Komunitas koperasi ( BUKOPIN ) , Komunitas pedagang international ( Bank Eksim), Komunitas Industri dan Pertambangan( Bapindo ). Semua bank di dirikan berdasarkan komunitas. Sehingga keberadaan perbankan inline dengan grand strategy national (GBHN) untuk bersama sama pemerintah membangun bangsa. Berbagai program pemerintah untuk menggerakan sektor riel tertentu akan sangat mudah karena pemerintah punya mitra perbankan yang ahli dibidang sektor riel tertentu tersebut. Berbagai data research tentang potensi sektor riel akan mudah didapat dari pebankan dan ini data bukan hanya data formal tapi data real dari dunia business. Sehingga kebijakan pemerintah untuk memompa dana lewah APBN untuk revitalisasi sektor real tertentu akan lebih efektif dan terukur.
Konsep ideal ini mulai bergeser sejak adanya Paket Oktober tahun 80 an. Hingga bank khusus mulai berangsur angsur tidak lagi focus dengan misinya walau visinya tetap sama. Akibatnya terjadi kekacauan strategi nasional. Tambah lagi sejak adanya kebebasan membuka bank dengan kemudahan izin ( tahun 90 an ) . Bank tidak lagi berperan sesuai visi dan misinya tapi sudah berubah menjadi bank yang dikelola dengan mindset pedagang. Inilah cikal bakal kekacauan sistem moneter dan sektor riel kita. Klimak dari sistem perbankan in adalah rontoknya bank dilanda krisis 1998. Tak ada satupun bank yang selamat. Dan negara terpaksa mem bail out ini semua.
Anehnya , krisis moneter 1998 terjadi akibat
system yang lemah tidak dijadikan dasar untuk memperbaikinya. Seharusnya rezim reformasi mengembalikan fungsi perbankan diatas relnya. Namun kita nurut apa
kata IMF agar bank semakin jauh dari idealismenya sebagai agent of development. Selanjutnya peran bank sudah menjadi
liberal dan hanya bekerja untuk kepentingan pemegang saham. Padahal semua tahu
bahwa pemegang saham adalah minoritas dari total akumulasi dana di bank.
Selebihnya dana milik masyarakat yang ditempatkan di bank berdasarkan izin yang
diberikan oleh penguasa ( Pemerintah). Anehnya, bila bank tersebut bermasalah seperti
kasus Century dan lainnya, maka pemerintah yang harus bertanggung jawab (
LPS). System ini benar benar culas dan tiran. Memberikan mandat kepada
segelintir orang untuk pooling fund dengan legitimasi negara , tanpa
bertanggung jawab sama sekali secara hukum untuk kepentingan nasional.
Belakangan dari akibat krisis
Global 2007 ternyata sistem perbankan berbasis komunitas ini ternyata sangat
solid dan sangat cepat keluar dari krisis. Mereka berperan aktif memberikan solusi kepada
komunitasnya yang terkena badai krisis
akibat pasar menyusut dan melambungnya
harga bahan baku dll. Paska kejatuhan Lehman Brothers, AS mulai membuat kebijakan mengarahkan perbankan untuk focus membangun komunitas dan melarang bank terlibat dalam transaksi keuangan yang tidak ada hubungannya dengan komunitas nasabahnya. Di indonesia, perbankan jadi TOSERBA lumaga : apa lu mau
gua ada tapi tanpa solusi apapun kecuali
lu bawa jaminan diatas nilai pinjaman , gua kasih kredit. Ya gaya rentenir, memeras
dan menjajah , yang memang tidak butuh analisi data dan resiko yang sophisticated
untuk menghasilkan assesment yang tepat...Amerika mulai disadarkan akan system yang culas ini. Tapi di Indonesia tidak terdengar niat pemerintah dan DPR untuk merubah sistem perbankan kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.