Monday, November 11, 2013

Indonesia dikuasai Intel AS ?

Amerika Serikat sedang memperluas bangunan Kedutaannya di Jakarta. Pemerintah Indonesia melalui Pemprov DKI telah memberikan izin untuk perluasan bangunan itu.  Sebetulnya tidak ada yang luar biasa dengan pembangunan ini namun menjadi luar biasa adalah ketika terjadi polemic dimedia massa antara Jokowi dan Elite Partai Demokrat, dimana terkesan bahwa penyadapan yang dilakukan oleh Kedutaan Amerika terhadap Indonesia disebabkan karena izin perluasan bangunan yang diberikan oleh Jokowi.  Kalaulah benar penyadapan dilakukan oleh Amerika melalui kedutaannya maka seharusnya Pemerintah melakukan peringatan keras kepada Amerika, dan bukannya menyalahkan Gubernur yang memberikan izin. Karena dalam hukum internasional, di antara negara-negara berdaulat dilarang saling melakukan kegiatan spionase atau memata-matai untuk memperoleh informasi secara ilegal, termasuk melalui penyadapan. Jadi adalah tugas Lembaga Sandi Negara ( Lemsaneg ) untuk membuktikan penyadapan ini agar dapat dilaporkan kepada Mahkamah International. Memang kalaupun terbukti, dan bisa menyalahkan Amerika di Mahkamah International , juga tidak ada jaminan bisa menghukum Amerika. Karena berbagai pelanggaran terbukti dilakukan Amerika terhadap Negara lain, PBB bungkam bagaikan macan ompong. Hokum hanya berlaku bagi Negara lemah bukan Negara kuat.

Waktu ketemu dengan teman dari Amerika yang sudah bermukin di Indonesia lebih dari 5 tahun , dia berkata kepada saya bahwa bila perluasan gedung Kedutaan Amerika selesai maka itu akan menjadi bangunan kedutaan Amerikan nomor tiga terbesar didunia setelah Irak dan Pakistan. Bangunan itu akan terdiri dari 10 lantai dengan luas 36,000 meter persegi. Untuk apa bangunan sebesar itu ? teman itu mengatakan bahwa Indonesia merupakan Negara yang sangat penting bagi AS. Apalagi sejak era Clinton, AS menjadikan Asia Pacifik sebagai kawasan masa depannya yang harus dikelolanya dengan all at cost. Mengapa ? Indonesia berada di kawasan Pacifik yang diapit oleh tiga benua Amerika, Australia dan Asia. Secare geo strategis maupun geopolitik , keberadaan Indonesia sangat pital bila ingin mengontrol Asia Pacific. Apalagi dikaitkan dengan ambisi China untuk ikut mengendalikan kawasan ini. The Carnegie Endowment for International Peace menerbitkan sebuah studi oleh sembilan peneliti AS, yang mengklaim bahwa dalam dua dekade mendatang, kemampuan militer China akan setara AS, termasuk kemampuan untuk membangun kapal induk dan pesawat tempur siluman. Dari segi Ekonomi hanya masalah waktu China akan mengungguli AS, setidaknya sekarang China merupakan negara kreditur terbesar bagi AS.

Menurut teman saya bahwa sejak jatuhnya Soekarno, Indonesia adalah Negara satelit dari AS. Terlalu banyak kepentingan AS  yang harus dipertahankan di Indonesia. Hampir semua the Biggest Multi National Corporation (MNC) AS  beroperasi di Indonesia. Semua MNC AS tersebut tentu punya loby kuat di White House dan akan menggunakan loby itu untuk memastikan AS mengontrol Indonesia. Itu sebabnya teman saya berkata dengan satire bahwa keberadaan Jakarta tak lebih sebagai markas intelligent bagi Amerika. Saya sempat mengerutkan kening. Untuk apa operasi intelligent dilakukan ? menurutnya dalam masa damai , intelligent diperlukan untuk mendapatkan seluas mungkin informasi sebelum kebijakan dikeluarkan. AS tidak mau salah dalam bersikap sehingga kepentingan mereka terganggu.  Maklum bahwa Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Islam yang sangat sensitive dengan AS dan juga termasuk negara demokrasi terbesar didunia. Seluruh Elite Politik di Indonesia masuk dalam target operasi intelligent CIA dan NSA. Dari penguasaan informasi inilah , AS bisa melancarkan taktik dan strategi untuk melemahkan setiap upaya memperkuat idiologi karena dasar kebangsaan maupun dasar agama. Yang paling dikawatirkan oleh AS adalah idiologi  karena dasar Agama. Ini  harus dieliminate dengan all at cost.

Operasi intelligent melemahkan idiologi  ini sangat efektif diterapkan karena di Indonesia tidak ada kekuasaan tunggal. Tidak ada komandan barisan tunggal yang memastikan barisan bergerak kesatu arah sebagaimana China dengan Partai Komunisnya atau Iran dengan Islamnya. Ini sharing power sesuai dengan system demokrasi liberal.  Sehingga para Intel AS bisa dengan leluasa melakukan operasi "mengobok obok" politik untuk menjadikan elite politik jinak dalam kendali mereka. Yang tidak bisa dijinakan akan dihabisi melalui KPK dan pembunuhan karakter ( character assassination  lewat pemberitaan media massa.  Mereka berada dibalik amandemen UUD 45 dan Pasal 33 dengan menambah ayat 4. Ayat  ini seakan mengingkari secara halus ayat 1,2, dan 3-nya dimana perekonomian disusun secara prinsip demokrasi. Jadi siapa saja dapat mengusahakan perekonomian secara bebas alias liberalisasi perekonomian. hal ini tertuang dalam ayat selanjutnya yaitu ayat 5 dimana ketentuan lebih lanjut diatur UU. UU yang mana? lihat saja UU penanaman modal dan UU PMA yang kental sekali nuansa liberalnya. Dampak dari amandemen itu adalah ekonomi tumbuh dengan pesat namun melahirkan gap kaya dan miskin yang sangat lebar, dan MNC AS semakin tak tergoyahkan dari keberadaannya menguasai SDA Indonesia.

Bila Indonesia lemah maka ASEAN juga akan lemah karena maklum sebagian besar negara ASEAN tergantung dengan Indonesia baik dari segi pasar maupun bahan baku. Mark J. Valencia dalam tulisannya The South China Sea: Back to the Future? berpendapat bahwa perairan china selatan menjadi kawasan sengketa berbahaya dalam perebutan pengaruh atau hegemoni di Asia antara China dan Amerika Serikat (Global Asia, 2010). Bila terjadi komplik regional atau katakanlah konplik laut china selatan maka Indonesia akan jadi Pangkalan perang yang efektif bagi Amerika dan sekutunya untuk menjangkau China dan memenangkan perang. Namun bagaimanapun China akan terus berupaya untuk merebut pengaruh di Indonesia melalui pendekatan yang sama yaitu operasi intelligent. Yang pasti kedua kekuatan ini ada di Indonesia, setidaknya kita bisa lihat dimana sebelum Pertemuan APEC di Bali, Xin JInping datang lebih dulu sebelum Obama datang. Indonesia telah menandatangani Comprehensives agreement dengan China yang sebelumnya Agreement ini telah tertunda lebih dari 10 tahun. Itu sebagai tanda “perang” antara AS dan China telah dimulai, kini dan disini. Siapakah yang akan unggul lihatlah nanti siapa yang akan jadi Presiden di Indonesia, dari partai apa ?.Yang jelas keduanya adalah predator...

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.