Sunday, June 17, 2012

Cara China...


Dalam satu kesempatan saya pernah berdialogh dengan professor di Beijing Dia mengatakan bahwa dibalik uang ada asumsi,  maka uang adalah bagian dari asumsi. Selagi asumsi ideal terpenuhi maka uang berfungsi seperi tujuannya. Asumsi ini adalah sesuatu yang ideal namun tidak pernah yang ideal itu bersua dengan kenyataan. Jadi kalau ada orang masih percaya dengan uang maka itu orang masih hidup dalam konsep otopis. Kakinya menginjak bumi tapi pikirannya dilangit. Di China, uang disebut dengan kupon. Pemerintah meyakinkan public bahwa uang adalah omong kosong bukan hanya lewat kata kata tapi dalam segala segi.  Uang kertas china di design sangat mudah rusak. Jadi kalau orang mencoba menyimpan dirumah, dipastikan akan hancur dengan sendirinya. Kalau disimpan di bank, maka penabung akan dikenakan pajak kekayaan , juga pajak penghasilan atas bunga. Bunga tabungan/deposito di china sangat rendah. Bahkan lebih rendah dibandingkan kenaikan harga (inflasi). Artinya bank sebagai saluran mendapatkan rente uang, bukan tempat yang nyaman bahkan uang akan delusi.

Bila orang menyimpan uang dalam bentuk property seperti Rumah maka rumah yang dimiliki lebih dari satu dikenakan pajak berganda. Bagi yang belum punya rumah dibenarkan pinjam uang ke bank tapi hanya untuk satu rumah. Tidak bisa beli lebih dari satu dengan sumber dari bank. Akibatnya property sebagai sarana investasi, tidak bisa diterapkan di china. Mungkin saham adalah alternative investasi yang bagus bagi orang china. Tapi itu hanya diawalnya saja. Lama lama orang china tidak lagi percaya dengan bursa saham. Karena cara mereka berpikir sederhana. Mengapa kita hanya percaya dengan selembar kertas yang dijamin oleh neraca perusahaan. Siapa yang bisa jamin nilai neraca itu sama dengan nilai pasar saham? Buktinya ketika terjadi crisis bursa saham tahun 1998 di Shanghai, banyak orang bangkrut Pengalaman ini sangat mahal dan membuat orang kapok main dibursa. Kecuali hanya segelintir pemain yang bertindak sebagai channeling agent dari luar negeri.

Lantas bagaimana cara orang china untuk mengelola hartanya ?  Pemerintah china membuat kebijakan sederhana. Selagi harta yang didapat digunakan untuk kegiatan perdagangan, industry, manufacture , jasa maka harta itu tidak dikenakan pajak kekayaan. Hanya pajak penghasilan dikenakan, Itupun kalau ternyata orang itu mendapatkan laba dari kegiatan komersialnya. Bagaimana dengan mereka yang tidak punya kemampuan menyiapkan sarana berdagang, dan mempunyai kelebihan uang dari bekerja. Apa yang harus dilakukan? Masyarakat china memang cerdas. Mereka menggunakan sytem stokis. Apapun dijadikan stokis. Dari produksi industry, manufaktur, pertanian, pertambangan ( juga emas ) termasuk juga jasa seperti travel agent, Telp selular , kamar hotel dll masuk dalam skema stokis. Hampir semua orang china memegang warkat stokis sebagai alat investasi dan sekaligus sebagai alat tukar bertransaksi. Jadi siapapun yang pegang warkat tahu pasti bahwa setiap lembar warkat itu mewakili barang rill yang tertera didalam warkat itu.

Bagaimana mekanismenya ? sederhana saja. DIsetiap kota dan distrik tersedia gudang ( hall mark ). Gudang ini dikelola oleh Perusahaan yang mendapatkan izin dari Negara. Setiap orang bisa datang kegudang dan ada sederet pengawas dan lembaga yang menjamin keamanan stok itu.Setiap produsen yang menempatkan barang digudang harus berdasarkan harga pokok penjualan dan mereka akan mendapatkan tanda terima (warkat ). Warkat ini dapat diuangkan kapan saja atau ditukarkan ( barter ) dalam bentuk apa saja, seperti bahan baku dll melalui agent yang ditunjuk. Agent ini akan mem pool ( mengumpulkan ) warkat itu dan kemudian memecahnya dalam bentuk pecahan kecil kecil. Warkat ini dijual kepada public melalui asosiasi. Biasanya kepada anggota asosiasi yang terkait dengan barang tersebut. Ketika barang itu dijual dan ternyata ada laba maka laba itu bagi antara produsen dan pemegang warkat. Mekanisme ini dikelola dengan system IT yang canggih ( clearing house, exchange , Data Center, Settlement, Delivery dll ) yang melibat ratusan ribu produsen dan jutaan komunitas, serta terhubung dengan pasar international maupun domestic.

Apa yang terjadi akibat system tersebut diatas ? likuiditas industry dan petani  sangat tinggi, tentu pula akan mendongkrat produksi. Ketika supply tinggi mereka berlindung dibalik system stokis dari jatuhnya harga dan melepasnya ketika demand tinggi untuk mendapatkan harga layak. Para petani tidak dimakan oleh tengkulak. Para industriawan tidak dimakan oleh leasing company  atau anjak piutang yang memeras, para pengelola jasa pariwisata  terselematkan dari kelangkaan likuiditas ketika tidak musim liburan. Dan yang lebih penting lagi, masyarakat yang masuk dalam kelompok pekerja tetap bisa berdagang lewat system ( membeli warkat)  yang solid ini dan mereka mendapatkan yield sebagai tambahan dari penghasilan tetap mereka. Dan ini akan terus bergerak tanpa henti karena bila berhenti  ( alhkan dana ke bank )  maka kerugian yang pasti. Melewati mekanisme ini , memang ada resiko tapi kemungkinan untung juga besar. 
Tanpa disadari orang china berserta seluruh dunia usahanya telah melakukan mudharabah berjamaah berskala massive….Bagaimana dengan kita ?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.