Wednesday, June 16, 2010

Korea Utara dan Worldcup

Saya bukanlah pencinta Sepak Bola. Jadi jangan diharapkan melihat saya sebagai supporter bola atau ikut diskusi soal peta kompetisi bola sepak ini. Tapi tadi malam , saya maksakan diri nonton karena kebetulan mendengar cerita teman soal Korea Utara. Teman ini bercerita bahwa Korea Utara ditempatkan pada piala dunia ini satu group dengan Brazil, Portugal , Pantai Gading. Semua tahu bagi Brazil , Portugal, Pantai Gading, bola adalah agama kedua disana. Semua orang menyukai bola dan pemerintah mendukung total olah raga ini. Nah . Korut harus berhadapan dengan Brazail , Portugal , Pantai gading untuk bisa lolos menuju final. Sementara yang duduk di tribune penonton, hanya ada tak lebih 250 orang sebagai supporter warga korut dan sebagian lain adalah orang china yang sengaja datang ke Afsel untuk memberikan dukungan kepada Korut.

Dinegaranya sendiri supporter tidak juga banyak. Pemerintah Korea Utara tidak punya dana cukup untuk membayar hak siaran piala dunia itu dan mereka mengharapkan bantuan dari negara tetangganya seperti China dan Korea Selatan untuk merelay tapi inipun sulit karena akan pasti di block kecuali penduduk yang berada diperbatasan China dan Korsel. Dalam segi ekonomi dan Politik tidak sebagus Brazil yang menempati urutan negara nomor 9 GDP terbesar didunia. Korea Utara negara yang selalu kekurangan pangan, hidup rakyat dibawah standard kemakmuran dan garis politik negaranya telah memasung hak hak kebebasan rakyat. Namun, kata teman saya , dengan segala keterbatasan itulah Korea Utara terbang ke Afsel untuk ikut ambil bagian dalam world cup yang merupakan event paling bergengsi setelah olimpiade.

Korea utara yang dikenal sebagai negara Kimilsungia , yang konon nama ini diberikan oleh Mendiang Pendiri negara kita, Soekarno kepada President Korut (Kim Il Sung) ketika berkunjung ke Indonesia ditahun 1965. Negara yang rakyatnya sampai kini masih memuji Soekarno dan sangat mengenal Soekarno sebagai bapak pembebasan bangsa dari segala bentuk penajajahan. Kini , Mereka seakan tampil di piala dunia walau dengan rangking terbawah dibandingkan negara lain namun kedatangan mereka ke Afsel sebagai bentuk mengulang gelora semangat Bung Karno untuk tampil percaya diri dalam kondisi apapun , untuk sejajar dengan negara manapun. Maka Korea Utara dengan Team Chollima nya bersiap bertarung untuk sebuah keyakinan tentang cinta Negara dengan membela kehormatan bangsanya didunia persepak bolaan ini.

Dari segi tekhnik individu, korea utara jauh kelas dibandingkan Brazil. Dari segi tekhnik serangan, Korea utara bukan tandingannya Brazil. Tapi, lihatlah mereka berlaga. Tidak nampak sama sekali wajah yang terkesan inferior complex pada diri pemain korut. Ketika bola dikuasai ,para pemain korut dengan tenang mengontrol bola itu dan mengatur serangan balik walau dengan mudah dipatahkan oleh Brazil. Itu terjadi berkali kali dan tidak membuat mereka patah semangat untuk menjebol gawang team Samba ini. Walau telah ketinggal 2 angka, tapi dimenit terakhir mereka berhasil mencetakan goal kegawang Brazil. Ini fonumental sekali. Sunatullah berlaku. Kerja keras, bertarung dengan sungguh tanpa lelah, akan berbuah hasil walau dengan segala keterbatasan yang ada termasuk miskin teknik , miskin uang dan reputasi.

Ketika pertandingan usai , jam sudah menunjukan dini hari di Hong Kong, Pengunjung cafe yang kebanyakan orang asing mereupakan pendukung Brazil, tidak nampak bergembira dengan kemenangan Brazil, Mereka larut dalam drama pertandingan yang fonumental itu. Setidaknya Korut telah menunjukan kepada kita untuk menjadi petarung sejati dan kalahpun secara terhormat. Semua mata menyaksikan itu. Korea Utara yang saya kenal dalam beberapa kali kunjungan ke Pyong Yang, yang bangga akan Soekarno dan kini mereka bisa membuktikan ungkapan Soekarno, ”kita harus tegak sejajar dengan bangsa manapun termasuk yang pernah menjajah kita." Bayangan saya ketanah Air tercinta, yang kaya penonton, tapi miskin prestasi. Yang pernah punya pemimpin hebat , yang mewariskan "semangat" belanegara ."Semangat" itu terlupakan karena kemaruk soal harta dan jabatan....Maka jadilah kita Republik Penonton, puritan ditengah belantara prestasi dunia..

2 comments:

  1. Fonumental itu sebetulnya berasal dari bahasa inggeris atau phenomenal, yang artinya sesuatu yang luar biasa yang bisa dilihat. Saya memang bingung menempatkannya dalam bahasa indonesia gimana? penomental ya ? maklum saya memang tidak ahli bahasa.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.