Tuesday, April 6, 2010

Peluang dan Ancaman

Uang tidak mengenal negara. Kalau air mengalir ketempat yang rendah maka uang mengalir ketempat yield yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi negara Eropa, Jepang, Korea, China serta Taiwan dan lainnya, dimasa lalu lebih disebabkan oleh kebijakan politik global AS untuk memperkuat hegemoninya. Tapi kebijakan itu telah membuat AS limbung dan Eropa ambruk, jepang senen kemis, Korea yang kesepian, Taiwan yang meradang. China yang over production dan meradang karena mata uangnya semakin kuat. Keadaan ini akan membalik situasi dari sorga investor menjadi neraka bagi investor. Maka Indonesia adalah target berikut nya bagi para investor. Benarkah ?

Dalam beberapa bulan ini arus dana asing masuk semakin deras. Alasan dana masuk ke Indonesia disebabkan oleh tiga factor

1. Suku bunga.

Dibanding AS, Eropa dan Negara asia lainnya, imbah hasil Indonesia dipasar uang maupun pasar modal , jauh lebih tinggi. Karena high rate policy yang kita anut untuk menekan uang beredar INi akan mendorong private investor untuk mengarahkan uangnya ketempat yang lebih tinggi yield nya dan Indonesia adalah pilihan yang tepat.

2. Rating.

Memang Rating formal Indonesia masih rendah dibandiing negara lain tapi para fund manager tahu betul bahwa fundamental ekonomi Indonesia sangat kuat. Lukuiditas SUN yang kuat, Likuiditas SBPU juga paling likuid. Nasitional debt ratio atas GNP paling rendah dibandingkan dengan negara emerging market seperti CHina, Thailand, singapore, Malaysia dll. Difisit APBN yang juga termasuk paling kecil. Ini semua menunjukan secara makro bahwa Indonesia adalah amazing investment opportunity.

3. Under capacity

Hampir semua pusat produksi / jasa yang dikelola oleh emiten dan non emiten dibawah kapasitas. Artinya, untuk peningkatan produksi tidak dibutuhkan investasi besar. Peluang masih sangat besar untuk pertumbuhan usaha baru ( new entry). Hal ini akan berhubungan dengan tingkat yield yang akan didapat bila dibandingkan dengan hal yang sama di Jepang, Korea, Vietnam, Thailand, China, Dimana Negara tersebut sudah sampai pada over capacity dan sulit untuk terus bersaing dan berkembang

Karena ketiga hal yang kelihatan sederhana namun hampir semua fund manager melihat ketiga factor tersebut untuk alasan utama mereka mengalihkan dananya. Apalagi sekarang, upah murah sebagai salah satu daya saing china tidak lagi significant. Karena mata uang RMB semakin menguat akibatnya upah buruh yang dibayar semakin mahal. Sebagai perbandingan upah buruh di china sekarang RMB 1200 ( Rp. 1600,000 ) tidak termasuk makan dan tempat tinggal. Sementara upah buruh di Indonesia hanya Rp. 1200,.000 sudah termasuk segala galanya. Itu juga alasan mengapa beberapa industri yang tadi hengkang dari Indonesia untuk pindah kecina, kini kembali masuk ke Indonesia.

Disamping itu, AS tidak bisa lagi mengandalkan China sebagai mitra karena system ekonomi yang berbeda telah membuat AS dirugikan secara system. Banyak Industri AS yang tutup karena itu. AS tidak mungkin terus menjadikan Korea , Jepang , Taiwan sebagai mitra masa depannya karena selama ini Negara tersebut lebih menjadi beban bagi AS --sebagai konsumen industri mereka yang rakus--. Kebijakan kemitraan diera globalisasi tak lagi melihat politik sebagai panglima tapi lebih kepada pertumbangan business. Indonesia mempunyai criteria itu semua karena kebijakan makro ekonomi yang solid, upah yang murah, likuiditas pasar uang yang kuat , national resource yang melimpah . Hal tersebut , akan membuat arus dana asing mengalir deras ke Indonesia dimasa masa mendatang.Apa yang dikawatirkan oleh Menteri Keuangan dan SBY tidak beralasan kalau dinilai arus dana bersifat sementara.

Yang perlu dikawatirkan adalah pengaruh dana asing ini dalam jangka panjang bagi perekonomian nasional. Memang pada tahap awalnya mereka masuk lewat bursa saham dan pasar uang tapi berikutnya akan mengalir kesektor produksi. Ada rinbuan industri China akan direlokasi ke Indonesia untuk mendapatkan upah murah dan SDA. Karena keadaan pasar uang Eropa dan AS butuh waktu lama untuk recovery dan tak mungkin bisa memberikan imbal hasil dibanding dengan Indonesia. Maka ada ribuan investor dari AS dan Eropa akan mengalihkan dananya ke pasar uang Indonesia untuk membiayai sector riel yang haus uang. Apalagi dengan masuknya Indonesia kedalam CAFTA maka produk asal Indonesia mempunyai potensi pasar bukan hanya dalam negeri tapi juga asean pluc China..

Melihat indikasi tersebut diatas, Indonesia hanya mungkin bisa menarik manfaat besar dari arus dana asing apabila ada dukungan significant dari pemerintah untuk tampilnya wiraswasta nasional menghadapi asing. Disamping itu harus ada new paradigms dari kelompok intelektual untuk tampil menjadi wiraswasta. Karena tantangan kedepan adalah menghadapi kekuatan arus dana asing yang didukung oleh penguasaan pasar, tekhnologi. Petani, nelayan dan buruh yan tak melek iptek tak akan mampu menghadapinya kecuali para sarjana yang terdidik baik serta bermental wiraswata , yang mampu mengatasinya menjadi peluang bagi kemakmuran rakyat. Kalau tidak , maka jangan salahkan bila dimasa depan kita akan menjadi kumpulan komunitas kuli berupah murah dan terjajah secara sistematis..

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.