Berita Kompas hari ini
menyebutkan bahwa ada 900,000 sarjana yang menganggur. Memang hampir sebagian
besar para orang tua yang menyekolahkan anaknya , mengharapkan agar kelak
anaknya dapat menjadi pegawai. Yang pegawai negeri diharapkan jadi pejabat.
Yang pegawai swasta diharapkan kelak jadi manager atau direktur. Seakan dunia
bekerja adalah dunia yang menjanjikan masa depan cemerlang. Mungkin karena sebagian
besar kelompok menengah di Indonesia yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai
perguruan tinggi berlatar belakang pegawai. Para orang tua hanya mengenal dunia
“ Work and Reward “ yang serba pasti. Bayangan kehidupan wiraswata yang serba
tidak pasti bukanlah tempat aman dan harus dihindari kecuali kesempatan kerja
sudah tidak ada lagi. Ini bawaan yang salah dari generasa yang salah.
Para wiraswasta diabad modern
ini bukan lagi penyedia kebutuhan pasar tapi mereka pencipta kemakmuran dan
perubahan. Sikap mental wiraswasta yang tangguh menghadapi kompetisi, kreatifitas
yang tinggi serta kemampuan mengikuti perubahan adalah asset bangsa yang tak
terhingga untuk menggiring jutaan rakyat masuk kekelompok menengah. Untuk kemakmuran
Indonesia , tidak dibutuhakn 10 juta wirawasta tangguh. Cukup enam juta
wirawasta tangguh dengan bekal pendidikan yang cukup , sudah mampu menggiring
jutaan rakyat keperingkat menengah. Cobalah hitung,bila 6 juta pengusaha ( 3
persen dari jumlahn penduduk ) professional itu dapat menarik angkatan kerja
sebesar 5 orang per satu unit usaha maka jumlah angkatan kerja yang dapat
ditampung sebesar 30 juta orang. Andai masing masing pekerja itu mempunyai
tanggungan 3 orang maka jumlah yang dapat hidup dari kehadiran wiraswata unggul
itu menjadi 90 juta orang atau sama dengan separuh penduduk Indonesia.
Pengusaha dengan jumlah karyawan sebanyak 5 orang bukanlah perusahaan besar
tapi perusahaan tergolong menengah kecil. Artinya untuk menciptakan kemakmuran
kita tidak butuh konglomerat , kita hanya butuh 4 juta pengusaha professional
berskala kecil tapi tangguh.
Tentu bukan masalah besar bila
ada kemauan besar untuk merubah budaya jongos menjadi juragan Masalahnya
sekarang adalah budaya untuk memilih cara aman dan mudah adalah keseharian
kita. Budaya berani menghadapi ketidak pastian dan bertarung dalam kompetisi
meraih peluang sesuatu yang langka. Mungkin karena ratusan tahun terjajah dan
biasa diperintah hingga sangat sulit untuk merubahnya. Padahal dengan system demokratisasi
anggaran melalui mekanisme deficit sudah sangat jelas menegaskan bahwa peran
pemerintah/negara tidak lagi sebagai undertaker /provider untuk memenuhi semua
kebutuhan rakyat. Pemerintah dalam konteks demokratisasi hanyalah sebagai
regulator dan motivator untuk terbentuknya kemakmuran ditengah masyarakat.
Ketika pertumbuhan ekonomi
melambat dan angkatan kerja terus meninggkat maka kumpulan para sarjana itu
bukannya menjadi asset bangsa melainkan jadi beban negara yang minus
kontribusinya. Mereka terpaksa masuk daftar pengangguran dan menjadi masalah
social bagi Negara. Maka kitapun marah kepada pemerintah karena gagal
menyediakan lapangan kerja untuk para putra kita yang lulus universitas. Seakan
pemerintah kita tempatkan sebagai provider untuk ticket meraih masa depan.
Padahal pemerintah sendiri adalah bagian yang terpasung dari kehadiran rakyat
yang selalu meminta. Dimanapun , negara itu tidak pernah akan besar bila rakyat
tidak mampu menjadi pahlawan, baik bagi dirinya sendiri maupun pahlawan bagi
bangsanya. Itu hanya dimungkinkan dapat ditempuh melalui wiraswasta.
Di China sekarang tercatat
jumlah wiraswata mencapai 80 juta orang. Sebagian besar mereka tergolong usaha
kecil menengah. Sejumlah mereka tersebut rata rata menampung 10 orang tenaga
kerja per unit usaha atau secara total sumbangan pengusaha menengah kecil
tersebut terhadap penyedia lapangan kerja sebesar 800 juta. Artinya mereka
mampu menampung seluruh angkatan kerja di china. Hampir 1 milliar penduduk
china masuk dalam kelompok menengah dengan penghasilan USD 24,000 per tahun. Jumlah
ini akan terus bertambah dengan semakin gencarnya kampanye pemerintah untuk
melawan kehadiran pengusaha asing di china agar rakyat china dapat menjadi tuan
dinegerinya sendiri disegala bidang. Tapi lihatlah daftar orang terkaya
didunia. Dari 100 orang terkaya didunia tidak ada satupun berasal dari China
namun peringkat pertama didunia jumlah populasi kelompok menengah adalah china.
Padahal kekayaan alam yang
dimiliki Indonesia dan letak yang strategis diapit oleh dua benua serta
berhadapan langsung dengan pacifik yang merupakan zona paling pesat pertumbuhan
ekonominya adalah potensi yang tiada habisnya untuk unggul memanfaatkan peluang
usaha disegala bidang. Tapi, kita tidak pernah melihat potensi kita kecuali
terus berharap kemudahan dapat datang tanpa harus mengambil resiko
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.