Setelah berhasil mendapatkan persetujuan dari mayoritas Senat, Hillary dinyatakan pantas untuk memegang jabatan sebagai Menteri Luar Negeri. Gagasannya tentang smart power yang disampaikan didepan Senat mendapatkan dukungan penuh. Hal ini didasarkan oleh pertimbangan bahwa AS sedang dilanda krisis. Kekuatan ( Power ) dibidang militer yang menjadi pendukung politik luar negeri AS sedang melemah seiring semakin besarnya difisit anggaran AS. Uang adalah penentu untuk memastikan bergeraknya mesin militer dan politik. Ini disadari sepenuhnya oleh seluruh elite politik AS. Bahwa apabila mereka ingin tetap digaris depan sebagai polisi dunia maka mereka harus bermain cerdas memanfaatkan posisinya. Kalau tidak lambat atau cepat kekuatan yang ada akan terkuras dan berdampak buruk bagi kepentingan nasionalnya.
Memang didalam dunia politik dikenal dengan dua jenis kekuatan untuk menguasai sesuatu. Pertama adalah mengandalkan kepada tekanan politik melalui kekuatan militer ataui dikenal sebagai the power to coerce atau hard power. Kedua adalah the power to persuade, sering disebut soft power, kekuasaan atau kekuatan untuk meyakinkan, melalui pendekatan agama, budaya , ekonomi, pertemanan, sogokan. Ditengah perubahan zaman yang begitu cepat, ternyata hard power tidak efektif untuk mempertahankan kekuatan. Bahkan hard power menimbulkan paradox. .Sementara soft power mudah sekali tidak stabil .Politik kepentingan lebih dominant dan mudah terpecah belah dan melelahkan bagi sebagian orang yang aggressive dan dinamis.
Berangkat dari kekurangan dan kelebihan dari hard power dan soft power itulah, Joseph Nye dari Universitas Harvard , menerbitkan buku The Powers to Lead (Lembaga kajian CSIS Washington, November 2007). Buku ini memuat laporan ”Smart Power: Towards a Safer and More Secure America”, di mana disebutkan, kekuatan politik, ekonomi, dan militer AS sebagai adidaya sering kali membuahkan reaksi yang merugikan citra diri AS sebagai bangsa, negara, dan budaya. Karenanya harus ada koreksi secara mendasar soal kebijakan dan pilihan yang tepat adalah smart power.
Bila AS menggunakan Smart Power untuk politik luar negerinya maka itu artinya AS tidak akan ada kekerasan namun juga tidak menapik kemungkinan digunakan kekerasan. Singkatnya posisi berada ditengah tengah antara hard power dan soft pawer. Kedepan kebijakan Luar negeri AS tetap akan didukung oleh segala instrument yang tersedia berupa politik , budaya, militer, ekonomi namun diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang smart..
Mungkin dari segi militer AS tidak perlu kawatir tentang kekuataanya. Hanya saja dari segi ekonomi ( soft power ) inilah yang menjadi masalah. Ditengah tekanan difisit anggaran yang begitu besar, pertumbuhan ekonomi yang rendah serta tingkat pengangguran yang tinggi, masalah ini menjadi sangat rumit bila digunakan sebagai pendukung smart power. Pihak luar semua mengetahui tentang hal ini.
Dari segi politik luar negeri, AS tidak lagi sebagai negara yang punya daya pengaruh besar untuk menekan. Terbukti gagalnya AS menekan Iran. Melemahnya dukungan politik international terhadap perannya di Irak.. Serta pertarungan ketat di Asia tengah dengan keterlibatan Rusia yang lebih dominan. Belum lagi soal Palestina, Sudan, Afganistan, Pakistan dan banyak lagi , yang kesemuanya menunjukan AS kebingungan. Ditangah kebingungan inilah ,kita bertanya apakah mungkin Madam Clinton mampu menerapkan smart nya ? Apalagi ring satu Obama diisi oleh orang orang jalur keras ( faham hard power ).
Sebetulnya yang tepat bagi AS adalah bukannya smart power tapi “heart power”. Karakter Madam Clinton sebagai mantan ibu negara yang pernah dikianati oleh suaminya sendiri dan berhasil tampil tegar dihadapan public untuk membela dan memaafkan suaminya adalah kunci untuk menerapkan heart power ;dimana kesediaan untuk memaafkan dan menerima segala perbedaan dengan lapang dada untuk mengutamakan kedamaian dimuka bumi.
Sudah saatnya AS percaya dengan heart power untuk keluar dari IRAK secara total dan membiarkan bangsa IRAK menentukan sendiri masa depannya dan merangkul kekuatan Islam garis keras dalam nilai nilai persaudaraan untuk meyakinkan Israel berhenti dengan ambisinya menguasai tanah Palestina. Sudah saatnya AS menggunakan heart power untuk menghentikan intervensinya di IMF, WTO, WorldBank, PBB dan lainnya agar terbentuk tatanan dunia baru yang lebih adil bagi semua negara didunia khususnya negara miskin. Sudah saatnya heart power digunakan AS untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih bersih dan aman bagi masa depan penduduk planet bumi. Mungkinkah ?
Memang didalam dunia politik dikenal dengan dua jenis kekuatan untuk menguasai sesuatu. Pertama adalah mengandalkan kepada tekanan politik melalui kekuatan militer ataui dikenal sebagai the power to coerce atau hard power. Kedua adalah the power to persuade, sering disebut soft power, kekuasaan atau kekuatan untuk meyakinkan, melalui pendekatan agama, budaya , ekonomi, pertemanan, sogokan. Ditengah perubahan zaman yang begitu cepat, ternyata hard power tidak efektif untuk mempertahankan kekuatan. Bahkan hard power menimbulkan paradox. .Sementara soft power mudah sekali tidak stabil .Politik kepentingan lebih dominant dan mudah terpecah belah dan melelahkan bagi sebagian orang yang aggressive dan dinamis.
Berangkat dari kekurangan dan kelebihan dari hard power dan soft power itulah, Joseph Nye dari Universitas Harvard , menerbitkan buku The Powers to Lead (Lembaga kajian CSIS Washington, November 2007). Buku ini memuat laporan ”Smart Power: Towards a Safer and More Secure America”, di mana disebutkan, kekuatan politik, ekonomi, dan militer AS sebagai adidaya sering kali membuahkan reaksi yang merugikan citra diri AS sebagai bangsa, negara, dan budaya. Karenanya harus ada koreksi secara mendasar soal kebijakan dan pilihan yang tepat adalah smart power.
Bila AS menggunakan Smart Power untuk politik luar negerinya maka itu artinya AS tidak akan ada kekerasan namun juga tidak menapik kemungkinan digunakan kekerasan. Singkatnya posisi berada ditengah tengah antara hard power dan soft pawer. Kedepan kebijakan Luar negeri AS tetap akan didukung oleh segala instrument yang tersedia berupa politik , budaya, militer, ekonomi namun diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang smart..
Mungkin dari segi militer AS tidak perlu kawatir tentang kekuataanya. Hanya saja dari segi ekonomi ( soft power ) inilah yang menjadi masalah. Ditengah tekanan difisit anggaran yang begitu besar, pertumbuhan ekonomi yang rendah serta tingkat pengangguran yang tinggi, masalah ini menjadi sangat rumit bila digunakan sebagai pendukung smart power. Pihak luar semua mengetahui tentang hal ini.
Dari segi politik luar negeri, AS tidak lagi sebagai negara yang punya daya pengaruh besar untuk menekan. Terbukti gagalnya AS menekan Iran. Melemahnya dukungan politik international terhadap perannya di Irak.. Serta pertarungan ketat di Asia tengah dengan keterlibatan Rusia yang lebih dominan. Belum lagi soal Palestina, Sudan, Afganistan, Pakistan dan banyak lagi , yang kesemuanya menunjukan AS kebingungan. Ditangah kebingungan inilah ,kita bertanya apakah mungkin Madam Clinton mampu menerapkan smart nya ? Apalagi ring satu Obama diisi oleh orang orang jalur keras ( faham hard power ).
Sebetulnya yang tepat bagi AS adalah bukannya smart power tapi “heart power”. Karakter Madam Clinton sebagai mantan ibu negara yang pernah dikianati oleh suaminya sendiri dan berhasil tampil tegar dihadapan public untuk membela dan memaafkan suaminya adalah kunci untuk menerapkan heart power ;dimana kesediaan untuk memaafkan dan menerima segala perbedaan dengan lapang dada untuk mengutamakan kedamaian dimuka bumi.
Sudah saatnya AS percaya dengan heart power untuk keluar dari IRAK secara total dan membiarkan bangsa IRAK menentukan sendiri masa depannya dan merangkul kekuatan Islam garis keras dalam nilai nilai persaudaraan untuk meyakinkan Israel berhenti dengan ambisinya menguasai tanah Palestina. Sudah saatnya AS menggunakan heart power untuk menghentikan intervensinya di IMF, WTO, WorldBank, PBB dan lainnya agar terbentuk tatanan dunia baru yang lebih adil bagi semua negara didunia khususnya negara miskin. Sudah saatnya heart power digunakan AS untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih bersih dan aman bagi masa depan penduduk planet bumi. Mungkinkah ?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.