Tadi malam tepat jam 8 lewat 8 menit 8 detik bulan 8 tahun 2008, Olimpiade Beijing dibuka. Kalau kita urut angka kejadian olimpiade ini adalah 88888. Angka 8 atau disebut Bintang kekayaan ini adalah salah satu white star yang diyakini oleh masyarakat China membawa keberuntungan special. Olimpiade ini dipersiapkan dengan seksama oleh China dengan anggaran mencapai USD 70 miliar selama 7 tahun. Mungkin inilah Olimpiade dengan anggran terbesar sepanjam sejarahnya. Makanya pembukaan olimpiade menampilkan atraksi paling spektakuler sepanjang zaman. Membuatt kagum dunia dan juga rasa haru bagi rakyat China yang hadir di stadion atau menyaksikannya melalui televise. Mereka pantas berbangga karena inilah puncak aktualisaasi China dimata dunia. Mereka pantas untuk dihormati sebagai bangsa yang besar.
Dari sejarahnya sejak awal pertama kali diperkenalkan di Athena , Olimpiade adalah ajang pertarungan olah raga sejagat dengan slogan citius, altius, fortius’ yang terkuat, tercepat dan terhebat. Negara sebagai komunitas dunia merasa terpanggil untuk tampil pada pesta olah raga ini karena didalamnya ada spirit sportifitas untuk menjadi yang terkuat , tercepat dan terhebat. Bagi negara penyelenggara , olimpiade juga sebagai bukti aktualisasi bangsa di mata international. Singkatnya , Olimpiade adalah project nasionalisme. Sebuah bentuk pembuktian kesuksesan membangun semangat nasionalisme untuk menjadi yang terbaik didunia. Inilah yang dapat kita tarik dari pelajaran sejarah keberadaan olimpiade.
Empat puluh tahun yang lalu , kita membayangkan China dengan seragam lusuh ala Mao. Kumpulan masyarakat yang muram ditengah antrian mendapatkan kupon belanja kebutuhan hari hari. China yang menutup rapat negaranya dengan tirai bamboo. Seakan ingin mengasingkan diri dari arus industrialisasi dan management ala Peter Drucker. Tapi, ketika reformasi Deng dicanangkan. China bangkit dari tidur panjangnya. Keliatannya komunis perlu akal dan nafsu dari ruh capitalism agar dapat membangkitkan budaya china yang gemar bekerja keras dan berkompetisi. Sikap cerdas inilah yang digunakan Deng menggiring ratusan juta rakyat china menjadi mesin pertumbuhan ekonomi China.
Berjalannya waktu, pembangun ekonomi bergerak cepat diluar yang dibayangkan oleh para petinggi Partai Komunis. Ini adalah sebuah revolusi lompatan jauh china kedepan. Sesuai dengan impian Deng. Ditengah kemajuan pesat ini, regenerasi politik berjalan dengan mulus namun menimbulkan rasa wawas oleh para orang tua. Ada rasa kawatir China akan kehilangan indentitas sebagai negara rakyat. Memang pembangunan telah menggiring ratusan juta rakyat meninggalkan desa. Rumah kumuh dibongkar. Tanah pertanian berubah fungsi jadi Kawasan industri. Technology dan budaya asing masuk bebas ke China. Tidak ada lagi seragam Mao nampak digunakan oleh anak anak muda China. Tapi China tetaplah China yang dikawal secara ketat oleh ideology Komunis. Kebebasan untuk bersaing bukanlah kapitalisme yang dimaknai sama seperti orang Barat. Ini adalah budaya China.
Di China , kebebasan tidak berlaku bila menyinggung bahaya laten Reformasi Deng. Bahaya itu meliputi 1) demokrasi liberal 2). Korupsi. 3). Separatisme. Selagi tiga hal ini tidak disinggung maka rakyat China boleh melakukan apa saja. Ini dipahami betul oleh generasi penerus elite politik china dalam mengawal china kemasa depan. Sepertinya China diyakini akan tesis para sufi tentang keberadaan akal, nafsu dan hati nurani. Akal dan Nafsu adalah repliksi dari paham kapitalis. Yang tidak mengenal belas kasihan untuk melumat siapapun yang kalah bersaing karena nurani memang tidak ada. Hati Nurani adalah repliksi dari paham Sosialis, yang hanya memberikan impian dan membosankan. Karena tidak ada kemajuan kecuali hidup dalam philosophy tentang kebersamaan. China butuh kapitalis untuk membangkitkan budaya bersaing. Namun negara mengawal dengan ideology komunis sebagai hati nurani untuk menciptakan keadilan dan kehormatan bagi siapa saja.
Pada Olimpiade ini , semua tesis tentang ideology dan keyakinan cara china membangun diaktualkan secara sempurna. Para generasi tua dapat tersenyum kebanggaan karena impian mereka tentang lompatan jauh Deng terbukti sudah. Generasi berdasi dan berjas tidak larut terbawa arus kekuatan asing. Dari Olimpiade Beijing , kita mendapatkan pelajaran berharga bahwa kekuatan bangsa hanya dapat dibangkitkan dari semangat nasionalisme, dan itu bersumber dari karakter bangsa itu sendiri. Bukan meniru orang lain. Maka kitapun terharu bila pesan dari Beijing “ One World ,One dream. Sebuah pesan , semua negara punya impian yang sama dan itu tidak dengan pemaksaan melalui cara cara neocolonialism
Dari sejarahnya sejak awal pertama kali diperkenalkan di Athena , Olimpiade adalah ajang pertarungan olah raga sejagat dengan slogan citius, altius, fortius’ yang terkuat, tercepat dan terhebat. Negara sebagai komunitas dunia merasa terpanggil untuk tampil pada pesta olah raga ini karena didalamnya ada spirit sportifitas untuk menjadi yang terkuat , tercepat dan terhebat. Bagi negara penyelenggara , olimpiade juga sebagai bukti aktualisasi bangsa di mata international. Singkatnya , Olimpiade adalah project nasionalisme. Sebuah bentuk pembuktian kesuksesan membangun semangat nasionalisme untuk menjadi yang terbaik didunia. Inilah yang dapat kita tarik dari pelajaran sejarah keberadaan olimpiade.
Empat puluh tahun yang lalu , kita membayangkan China dengan seragam lusuh ala Mao. Kumpulan masyarakat yang muram ditengah antrian mendapatkan kupon belanja kebutuhan hari hari. China yang menutup rapat negaranya dengan tirai bamboo. Seakan ingin mengasingkan diri dari arus industrialisasi dan management ala Peter Drucker. Tapi, ketika reformasi Deng dicanangkan. China bangkit dari tidur panjangnya. Keliatannya komunis perlu akal dan nafsu dari ruh capitalism agar dapat membangkitkan budaya china yang gemar bekerja keras dan berkompetisi. Sikap cerdas inilah yang digunakan Deng menggiring ratusan juta rakyat china menjadi mesin pertumbuhan ekonomi China.
Berjalannya waktu, pembangun ekonomi bergerak cepat diluar yang dibayangkan oleh para petinggi Partai Komunis. Ini adalah sebuah revolusi lompatan jauh china kedepan. Sesuai dengan impian Deng. Ditengah kemajuan pesat ini, regenerasi politik berjalan dengan mulus namun menimbulkan rasa wawas oleh para orang tua. Ada rasa kawatir China akan kehilangan indentitas sebagai negara rakyat. Memang pembangunan telah menggiring ratusan juta rakyat meninggalkan desa. Rumah kumuh dibongkar. Tanah pertanian berubah fungsi jadi Kawasan industri. Technology dan budaya asing masuk bebas ke China. Tidak ada lagi seragam Mao nampak digunakan oleh anak anak muda China. Tapi China tetaplah China yang dikawal secara ketat oleh ideology Komunis. Kebebasan untuk bersaing bukanlah kapitalisme yang dimaknai sama seperti orang Barat. Ini adalah budaya China.
Di China , kebebasan tidak berlaku bila menyinggung bahaya laten Reformasi Deng. Bahaya itu meliputi 1) demokrasi liberal 2). Korupsi. 3). Separatisme. Selagi tiga hal ini tidak disinggung maka rakyat China boleh melakukan apa saja. Ini dipahami betul oleh generasi penerus elite politik china dalam mengawal china kemasa depan. Sepertinya China diyakini akan tesis para sufi tentang keberadaan akal, nafsu dan hati nurani. Akal dan Nafsu adalah repliksi dari paham kapitalis. Yang tidak mengenal belas kasihan untuk melumat siapapun yang kalah bersaing karena nurani memang tidak ada. Hati Nurani adalah repliksi dari paham Sosialis, yang hanya memberikan impian dan membosankan. Karena tidak ada kemajuan kecuali hidup dalam philosophy tentang kebersamaan. China butuh kapitalis untuk membangkitkan budaya bersaing. Namun negara mengawal dengan ideology komunis sebagai hati nurani untuk menciptakan keadilan dan kehormatan bagi siapa saja.
Pada Olimpiade ini , semua tesis tentang ideology dan keyakinan cara china membangun diaktualkan secara sempurna. Para generasi tua dapat tersenyum kebanggaan karena impian mereka tentang lompatan jauh Deng terbukti sudah. Generasi berdasi dan berjas tidak larut terbawa arus kekuatan asing. Dari Olimpiade Beijing , kita mendapatkan pelajaran berharga bahwa kekuatan bangsa hanya dapat dibangkitkan dari semangat nasionalisme, dan itu bersumber dari karakter bangsa itu sendiri. Bukan meniru orang lain. Maka kitapun terharu bila pesan dari Beijing “ One World ,One dream. Sebuah pesan , semua negara punya impian yang sama dan itu tidak dengan pemaksaan melalui cara cara neocolonialism
Olimpiade Beijing memang wujud nyata dari keberhasilan China.
ReplyDeleteKebetulan saya nonton pembukaan Olimpiade setengah jalan.., tetapi rasa haru toh "mampir"di hati saya melihat Li Ning berlari diatas torehan video sejarah China dengan membawa "obor Olimpiade".. rasa haru karena apa yang saya lihat adalah sebuah pencapaian dari sebuah bangsa yang mempunyai sejarah 3000 tahun tanpa mengalami kehancuran karena murka Allah... Beaya yang 70 milyard dolar toh tidak berarti untuk sebuah bangsa dengan sejarah 3000 tahun dan warisan tiap dinasti yang tetap "exist"... Terbersit sebuah pertanyaan "apakah memang China di berkahi oleh Allah ?", bukan kah dalam membangun mereka juga banyak membunuh orang2 yang korupsi, yang berakhlak buruk..?
ReplyDelete