Saturday, July 20, 2024

Ponakan Prabowo jadi Wamen ?

 


"Pemimpin Indonesia yang akan segera habis masa jabatannya, Joko Widodo, melantik pada hari Kamis sebagai Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono- keponakan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan penasihatnya untuk masalah fiskal- guna membantu serah terima pemerintah," tulis Reuters. Hampir semua media asing menulis berita soal ini. Sentimen pasar terhadap politik domestik bercampur dengan menguatnya Index USD. Sejak pelantikan wamen itu , rupiah yang tadinya sudah menguat kembali melemah lagi.


Tentu ini politik trade off untuk Jokowi bisa mendukung menantunya jadi calon Gubernur Sumut dan putra bungsunya jadi calon Gubernur Jateng atau DKI. Tapi bukan itu saja. “ Saat Prabowo menang Pilpres, yang utama dijaga dia adalah anggaran. Dia bukan tidak percaya kepada Jokowi tetapi dari proses Pilpres dia tahu, dukungan kepada dia tidak tulus. Dia tidak mau start kepemimpinannya kena trap anggaran. Sehingga selanjutnya dia jadi Presiden yang lemah.” Kata teman.


Jadi wajar kalau Prabowo lebih percaya kepada keponakannya daripada teman dan relawan yang jelas oportunis. Hubungan keluarga lebih secure dari segi emosional. Dan lagi Thomas Djiwandono lulusan master di bidang International Relations and International Economics di Johns Hopkins University School of Advanced International Studies, Washington, Amerika Serikat. Ayahnya mantan Gubernur BI. Dia bukan kaleng kaleng seperti Kaesang dan Gibran.


Kita tidak bisa begitu saja mencibir Prabowo dengan sebutan nepotisme. Karena suka tidak suka. Prabowo mewarisi keadaan yang sudah rusak. Ketika Jokowi selalu mencitrakan dirinya sebagai rezim yang kuat dan peduli kepada rakyat kecil, maka sebenarnya dia sedang berusaha menjaga kepentingan pribadi yang selektif terhadap keluarga dan kelompoknya. Kalau anda tidak sependapat dengan itu, artinya anda sedang di manipulasi oleh proses demokrasi lewat UU dan aturan. Prabowo paham sekali itu. Dia tidak mudah dimanipulasi.


Awalnya kepercayaan Prabowo kepada Jokowi adalah karena hal yang ideal. Jokowi hebat karena dia lahir sebagai pemimpin dari bukan proses nepotisme. Proses terpilihnya menjadi inspirasi bagi orang lain dan secara alami termotivasi untuk mendukungnya sebagai pemimpin. Namun inspirasi memudar diujung kekuasaannya. Jokowi mewariskan kepemimpinan yang lemah. Kekuasaan perlu didukung oleh ayah, ayah mertua, paman, ponakan, kakak, adik, relawan yang selalu berkata 'ya', dan sebagainya. 


Wajar kalau akhirnya Prabowo bersikap tidak lagi sepenuhnya percaya kepada Jokowi. Mengapa ? Godfather Isme tidak bisa menang terus-menerus... sebaliknya, ia menghancurkan dan meruntuhkan apa yang seharusnya dijunjung tinggi. Itu yang harus dihindari dan diperbaiki. Agar korupsi, yang melintasi sebuah garis batas, tidak berakhir jadi cerita hantu. NKRi harus dirawat dengan smart tanpa terjebak dengan UU dan Aturan yang di create oleh rezim Jokowi.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.