Wednesday, January 11, 2023

Menilai proyek poros Maritim Dunia, Jokowi

 




Alfred Thayer Mahan, ahli sejarah angkatan laut, ahli strategi, dan ahli teori geopolitik yang terkenal.  Bukunya yang berjudul The Influence of Sea Power Upon History 1660-1783 (1890), menjadi "kitab suci" bagi banyak angkatan laut di seluruh dunia. Ini adalah wawasan geopolitik yang mendalam berdasarkan pemahaman tentang dampak geografi pada sejarah. Membuat kebijakan tanpa memperhatikan sejarah, itu konyol. Ingat, sejarah terus berulang.  Karena pemerintah boleh berganti, tapi laut tetap sama. Siapa yang menguasai akses laut maka dia menguasai dunia.


Cina pada abad ke-21 telah mendalami teori Mahan. Itu bisa dilihat pada buku, Chinese Naval Strategy in the 21st Century: The Turn to Mahan. Para pemimpin politik dan militer China tidak menyembunyikan keinginan mereka untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai kekuatan utama di kawasan Asia-Pasifik.  Atas dasar unsur unsur kekuatan geopolitik Mahan, China punya semua. Cina terletak di jantung Asia timur-tengah dan memiliki pantai laut yang panjang, populasi yang besar, ekonomi yang berkembang, kekuatan militer dan angkatan laut yang berkembang, dan, setidaknya untuk saat ini, sebuah pemerintahan yang stabil.


Sejak awal reformasi era Orba, Gus Dur,  Megawati, sampai SBY kita masih mengandalkan pendekatan geopolitik dari segi pertahanan dan keamanan regional untuk menangkal pengaruh dua raksasa yaitu AS dan China. Itu bisa dilhat dari aktifitas melahirkan kesepakatan ASEAN, Coral Triangle Initiative (CTI) dengan Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon.  Melanesian Spearhead Group (MSG), Dialog Pasifik Barat Daya (SWPD), Forum Kepulauan Pasifik, dan Forum Pembangunan Pulau Pasifik. Indo Pacific, dan Indian Ocean Rim Association (IORA) dan Indian Ocean Naval Symposium (IONS).


Lantas bagaimana dengan Indonesia ke depan? Di Era Jokowi visi itu mulai diubah walau tidak mudah. Pada periode pertama Jokowi, dalam pidato yang fenomenal di Parlemen, Jokowi menyampaikan visi poros maritim dunia. Saya terkesima dan yakin bahwa kita bukan hanya dapatkan presiden yang tidak terkait dengan Orba tetapi juga mendapatkan presiden yang punya visi hebat. Menjadikan kita negara hebat seperti kerajaan Sriwidjaya dan Majapahit. Yang dikenal penguasa dunia, berkat kekuatan laut. Bukan hanya kuat dari segi angkatan laut tetapi mampu menjadikan wilayah nusantara sebagai Hub perdagangan dunia. Inilah yang menjadi sumber daya yang tidak habis habisnya.


Visi poros maritim Jokowi, berlandaskan bahwa sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar menjadi poros maritim dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim. Nah kalau mengacu kepada teori Alfred Thayer Mahan, negara yang ingin memiliki kebijakan maritim yang kuat juga harus memiliki komitmen dan kebijakan yang kuat dalam aspek ekonomi. Harusnya focus kepada ekonomi untuk memperkuat bargain kawasan.


Mari kita lihat posisi strategis kita di Barat dan di Timur.  Kalau di wilayah Barat, memanfaatkan posisi Sumatera di jalur Selat Malaka. Sumatera akan berkembang pesat tentu karena Sumatera menjadi Hub Logistik Agro, yang akan mendatangkan investasi relokasi downstream industri dari dalam dan luar negeri. Akan menjadi pusat industri agro  berkelas dunia. Begitu juga kalau Manado menjadi Hub Poros Maritim Pacific maka akan menciptakan kawasan industri Agro dan mining berkelas dunia, yang akan jadi magnit bagi investor dalam dan luar negeri.


Jokowi di periode pertama sudah membangun Kuala Tanjung Port and Industrial Estate. Proyek diresmikan tahun 2019. Tetapi tidak ada kebijakan yang mendorong potensi strategis lokasi Sumatera menjadi potensi ekonomi. Padahal pemerintah bisa keluarkan tata niaga ekspor bahwa Kuala Tanjung Port dan Industrial Estate, sebagai hub logistik CPO dan downstream CPO. Itu sangat bisa. Karena kita punya SDA Sawit terbesar dunia. Kita juga bisa jadikan Pelabuhan bebas Sabang untuk hub logistik oil and gas. Kita market terbesar oil and gas nomor 5 dunia. Itu sangat bisa. Tapi kini kapasitas yang terpakai Kuala Tanjung Port hanya sekitar 15% dari kapasitas multipurpose terminal yang sebenarnya sekitar 400.000 TEUs. Pelabuhan Bebas Sabang masih dalam rencana sebagai Hub Poros Maritim.


Pemerintah juga sudah bangun Palabuhan Bitung dan Kawasan Industri. Ini bagian dari visi poros maritim Jokowi.  Posisi strategis Pelabuhan Bitung yang berada di bibir Pasifik, dinilai mempunyai keunggulan tersendiri dalam geopolitik. Pelabuhan sudah selesai tahun 2019 tapi kawasan industri belum juga rampung. Makanya jangan kaget bila kapasitas pelabuhan baru mencapai sekitar 30% atau sekitar 120 kontainer per hari. Padahal apabila pemerintah keluarkan tata niaga, menjadikan pelabuhan Bitung sebagai hub logistik untuk semua komoditi unggulan Pulau Sulawesi dan sekitarnya, yang  mempunyai pasar cukup kuat di Asia Timur dan pantai barat Amerika.  Itu sangat bisa karena SDA Sulawesi besar sekali.


Saya tidak akan membahas lebih dalam. Faktanya kini, hampir seluruh potensi Poros Maritim Dunia dinikmati oleh negara tetangga yang justru bukan negara kepulauan seperti Indonesia, yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand. Saat ini, sekitar 90% kapal dunia lalu-lalang di Poros Maritim Dunia yang melalui perairan Indonesia, yakni 80% di Selat Malaka dan 10% lainnya melintasi Selat Makassar. Di Selat Malaka, jumlah kapal yang melintas lebih dari 100.000 dengan mengangkut 90 juta TEUs kontainer per tahun. Singapura dan Malaysia masing-masing mampu menyedot sekitar 40 juta TEUs, Thailand 10 juta TEUs, sedangkan Indonesia tidak lebih dari 1 juta TEUs.

Setidaknya Jokowi sudah menyediakan infrastruktur untuk visi poros maritim. Ibaratnya kita sudah punya Mall, yang punya fasilitas parki luas, di lokasi strategis. Tugas Presiden berikutnya adalah melanjutkan bagaimana caranya agar Mall itu ramai dikunjungi dan tenan banyak. Nah visi poros maritim kedepan menurut saya bahwa geopolitik kita harus bertumpu kepada kekuatan ekonomi atas dasar potensi geographis kita, agar tercapai kemakmuran dan perdamaian bagi semua.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.