Tuesday, August 17, 2021

Konstitusi mempersatukan kita.

 



Tahun 1987 saya sedang satu kendaraan dengan pimpinan partai yang juga preskom saya. Kami sedang dalam perjalanan ke puncak, Bogor. Mampir sebentar di warung makan. Saat itu disebelah meja kami terdengar perdebatan antara yang pro dan kontra terhadap salah satu partai. Kami asyik aja makan. Setelah usai makan dan kembali ke mobil , pimpinan partai melirik saya” Jel, kasihan kadang sama rakyat. Mereka membahas apa kata koran. Padahal koran tidak pernah memuat berita dibalik peristiwa. Apa yang dibahas oleh rakyat itu semua omong kosong. Karena itu berita koran juga omong kosong. “ katanya.


“ Maksud bapak “ tanya saya bingung.


“ Sebetulnya tidak ada perbedaan pandangan politik. Apakah itu karena faktor agama atau idiologi. Konstitusi kita sangat sakti. Sehingga sehebat apapun perbedaan, ia akan merekat sendiri. Komunis pernah memberontak. Golongan Islam pernah berontak. Semua gagal dan akhirnya kembali kepangkuan ibu pertiwi dalam sesal. Tapi kadang orang suka berfantasi melewati batas konstitusi. Terkesan menakutkan dan mengkawatirkan. Padahal itu semua omong kosong.


***

Dunia awam sekarang terfokus kepada idiologi komunis dan agama Islam. Semua analisa geopolitik dan Geostrategis pasti dikaitkan dengan komunisme atau Islam radikal ( IR)  sebagai trouble maker. Dan memang seperti covid. Fakta covid itu mengkawatirkan, tidak bisa dibantah. Begitu juga komunis maupun IR punya catatan gelap dan bau amis darah. Itu fakta. Tetapi membuat kesimpulan komunis dan IR  sebagai hal yang menakutkan dan harus dimusuhi, jelas tidak tepat.  Tidak akan menyelesaikan masalah. Akar masalah bukan pada idiologi atau agama. Tetapi pada ekonomi dan bisnis.


Belanda akhirnya pada tahun 1949 menerima formula KMB  untuk mengakui kedaulatan negara Indonesia. Itu karena tekanan AS sebagai pemenang perang dunia kedua. AS mau melakukan itu karena alasan ekonomi untuk kepentingan TNC minyak dan tambang. Selanjutnya karena agenda kepentingan itulah proses politik bergulir dari satu rezim ke rezim berikutnya. Apa yang kita tahu dari sejarah dan koran seperti pemberontakan komunis, DII/TII, Permesta. Itu hanyalah riak dari gelombang yang terjadi karena arus kencang dibawah permukaan. Engga percaya? Soeharto naik jadi presiden, 90% SDA kita dikuasai asing.


Apakah Soeharto semudah itu dijatuhkan? Lagi lagi karena kepentingan agenda asing yang perlu paradigma baru dalam cara menguasai sumberdaya. Soeharto closed file. Rezim reformasi berhasil menjatuhkan Soeharto karena adanya dukungan asing. Terbukti selama era reformasi kita menyatu dengan liberasime investasi, perdagangan, financial dan IT ( termasuk telekomunikasi). Ini babak baru. Kalau tadi sumber daya dikuasai negara sekarang dikuasai oleh pasar lewat privatisasi, divestasi, konsesi, Aset sekuritisasi, bursa, digitalisasi, akuisisi.


Untuk mengamankan agenda asing itu, konstitusi kita mengawal dengan ketat agar tidak boleh ada yang menolak karana alasan idiologi atau agama. Sementara rakyat sibuk berdebat seakan terjadi polarisasi. Cebong dan kadrun. Tetapi pemerintah senyum aja. Tak nampak kawatir. Jokowi masih sering bagi bagi sepeda dan blusukan. Pemerintah cerdas mengaplikasikan UUD dalam bentuk UU dan peraturan agar NKRI tetap kokoh walau berdiri diatas birokrat yang culas dan elite yang brengsek sekalipun. Sampai kini NKRI tetap kokoh dan tentu besok.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.