Sunday, July 18, 2021

Obat dan kearifan lokal.

 




Seumur hidup saya belum pernah diopname karena penyakit serius. Saya pernah divonis jantung coroner. Sembuh dengan konsumsi jamu. Hasil medical check up, jatung saya clean. Bahkan walau saya perokok, hasi check up paru paru saya bersih. Karena sebulan sekali saya konsumsi rebusan kulit jeruk. Belakangan saya tahu di China ada kulit jeruk herbal. Itu saya beli stock untuk 5 tahun. Karena makin lama disimpan makin bagus khasiatnya.  Saya pernah kena radang otak. Saya konsumsi blackseed. Rempah rempah yang biasa istri saya pakai kalau masak rendang. Sembuh tampa operasi.


Kalau badan saya panas maka saya minum kelapa hijau campur kuning telur ayam kampung. Dua kali minum turun panas. Kalau kena influenza, ya saya menghirup uap panas dari air mendidih dicampur dengan sabun. Engga pakai lama. Tiga hari istirahat sudah bisa kerja lagi. Saya juga pernah kena penyakit penurunan fungsi lever. Sembuh tanpa operasi karena herbal dari ekstrak susu sapi atau immunocal.  Untuk menjaga gula darah, kolestrol dan asam urat saya konsumi setiap hari bawang putih yang dipermentasi dengan madu. Sampai sekarang gula darah, kolestrol, asam urat semua stabil, bahkan  walau usia diatas 50, stamina sex mantul.


Kalau perut kembung saya cukup konsumsi biji pepaya dicampur madu. Kembung hilang. Kalau perut sakit, ya sederhana saja. Saya segera minum susu cab beruang atau dan daun kapuk diperas diminum airnya. Dua kali minum selesai. Sembuh. Saya pernah kena radang pada kulit dekat mata kaki. Saya makan kulit manggis. Dijus dan saya minum. 7 hari sembuh dan tidak kambuh lagi. Walau begitu tetap saja setiap tiga bulan saya general check up di RS. Hasilnya semua bagus. 


Mengapa saya ceritakan ini. Itu semua obat bukan saya tahu sendiri. Tetapi saya dapatkan dari ibu saya. Saya orang kampung dan tentu hanya cara kampung ibu saya merawat saya. Putri saya pernah kena deman berdarah. Saya beri jus jambu biji merah. Sembuh. Tentu akan dia turunkan juga itu kepada anaknya. Anda mau bilang cerita saya hoax, engga sesuai medis, sains, engga penting bagi saya. Saya yang merasakan, bukan orang lain dan saya berhak menentukan pilihan untuk tubuh saya. 


Indonesia memiliki jenis tanaman herbal yang jumlahnya mencapai sekitar 30.000 jenis. Sayangnya, hal tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal untuk obat herbal. Berbeda dengan China yang hanya memiliki 13.000 jenis tanamaa herbal tetapi mampu membuat lebih dari 10.000 resep obat herbal berstandar premium ( apotik). Yang hebatnya China adalah menolak rekomendasi WHO tentang obat apa yang harus diberikan kepada pasien COVID. China punya obat sendiri mengobati gejala dari terifeksi virus COVID.  Namun kata teman saya di China, pemerintah tidak pernah melarang rakyat mengkonsumsi obat alternatif sesuai dengan budaya lokal. Bahkan mendorong kekuatan lokal ambil bagian memerangi COVID. Di Puer tidak ada orang terinspeksi COVID. Apa pasal?Oh ternyata mereka setiap hari sedikitnya 4 kali minum teh Puer ( teh hitam). Orang china jadikan teh puer sebagai alternatif penangkal COVID. Banyak dan beragam cara mereka menangkal covid. Setiap daerah berbeda. Dan itu menjadi kekuatan China menghadapi pandemi.


Tuhan itu menciptakan manusia dengan kemampuanya beradabtasi dengan lingkungan hidupnya. Dan untuk sehat engga perlu mahal. Kalau mahal tentu Tuhan tidak adil namanya. Setiap daerah punya cara sendiri bagaimana mengobati penyakit. Itu buah dari kebudayaan turun temurun. Masalahnya dikita adalah semua pengobatan standar medis international dan SOP pengobatan RS yang berpihak kepada big Pharma atau produsen pharmasi dan alkes. Seakan penyakit itu sains yang rumit dan budaya lokal tidak bisa menjangkau. Artinya kekuatan budaya lokal itu harus dihormati sebagai obat alternatif. Dan itu adalah sumber daya yang raksasa kalau dikembangkan secara modern seperti China. Setidaknya kita tidak lagi tergantung impor obat atau bahan baku obat dari luar negeri.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.